Sorry

10.2K 818 10
                                    

Aina sudah hampir seharian mengunci diri di kamar. Ia sedih, kesal, marah, cemburu dan benci. Tak ada barang yang ia lempar hanya tempat tidur nya yang acak -acakan, serta di penuhi tisue yang bertebaran dimana-mana. Rasa laparpun tak ia hiraukan. Ia hanya memeluk guling sembari menangis.

Tok... tok... tok..

"Ai, buka pintunya!! Loe kelamaan dikamar sendirian. Apa Loe gak laper?" Aina hanya menengok ke arah pintu tanpa mau membuka. Ia nyaman berada di kamar sendirian meratapi nasib percintaannya. Kalai sakit hati rasanya begini, lebih baik dirinya dulu tak jatuh cinta.

"Buka dong Aina, loe harus cerita. Gak diem aja dikamar. Tante khawatir." Begitu nama ibunya disebut Aina langsung membuka pintu. Karena tak mau menyusahkan mamahnya yang tengah sibuk mengurus katering dan EO. Mamanya sudah lelah mencari uang, harusnya Aina tak bersikap terlalu murung hingga membuat pikiran mamanya terbagi-bagi.

Ceklek

"Loe gak apa-apa kan?" Angel mengamati raut wajah Aina yang memucat, rambutnya yang berantakan karena khawatir. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Aina .

"Badan Loe panas Aina, loe kenapa? Apal ini ada hubungannya sama Loe kemarin yang pulang dalam keadaan basah kuyup?" Tak ada kata yang keluar dari bibir Aina. Ia hanya berusaha menggigit bibir menahan lelehan air mata yang sebentar lagi akan banjir.

"Hiks.... hiks., .. hiks.... Angel gue harus gimana?" Tangis Aina pecah, Ia memeluk tubuh sahabat itu erat- erat. Menumpukan beban tubuhnya pada tubuh Angel yang kecil.

"HEY, loe harus cerita apa yang terjadi sama loe kemarin." Mulailah Aina bercerita bahwa kemarin saat berada di acara ulang tahun Kanya. Ia melihat Jefran berciuman dengan ketua dance baru. Sampai kejadian naas yang menimpanya, tercebur ke kolam renang. Walau Jefran yang menyelamatkannya tapi ia tetap saja marah dan memutuskan hubungan mereka.

"Jefran emang brengsek. Udah simpan air mata loe buat hal yang lebih berharga. Dengerin gue Aina masih banyak kok cowok cakep di luar sana yang lebih baik kelakuannya dari pada Jefran Antony." Andai Aina menuruti logika bukan hatinya, ia tak akan sesakit ini. Andai juga hati bisa di setel, saat sakit ia pilih memindahkan atau mematikannya sekalian.
"Habis ini kita ke rumah sakit ya? Loe sakit." Aina hanya mengangguk, menuruti ucapan Angel. Tak ada gunanya menolak, raga Aina sudah lemas tak kuat menahan jiwanya yang penuh luka.

🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠

Bukannya Jefran tak khawatir dengan keadaan Aina. Ia cukup tahu diri untuk tak menemui gadis itu dulu. Perbuatannya tak dapat dimaafkan, karena egonya sebagai lelaki terlukai. Ia menggandeng perempuan lain untuk menyakiti Aina. Niat awal hanya main-main tapi akhirnya Jefran terbakar api yang ia nyalakan sendiri.

"Kita putus." Kata-Kata Aina penuh luka kemarin malam terngiang-ngiang. Membuat Jefran kesulitan tidur. Di sinilah ia sekarang, berada di dalam mobil yang terparkir tak jauh dari rumah Aina. Mengamati dan menunggu berjam-jam apakah pujaan hatinya akan muncul namun nihil.

"Itu kan adik Ain." Nampak seorang anak berseragam SMP keluar dari rumah, Jefran tak menyiapkan nyiakan kesempatan ini untuk tahu bagaimana keadaan Aina .

"Dek, kamu Bagas, adiknya Aina Septa kan?" Pemuda yang dipanggil Jefran malah mengerutkan dahi dan mengangguk.

"Kenapa kak?"

"Boleh titip ini nggak Buat Aina." Jefran menyerahkan setangkai bunga mawar dan boneka beruang tak lupa disertai secarik kertas.

"Tapi Kak Ai gak ada di rumah, kakak  ke dokter. Dia lagi sakit". Aina sakit. Jelas Jefran kaget, memang sih tadi Jefran tak masuk sekolah. Ini pasti karena tercebur ke dalam kolam kemarin. Salahnya juga kenapa harus berbuat hal yang tak pantas.

Aina, my nerd girl  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang