Chapter 6 - END

4.4K 271 57
                                    

Seorang yeoja melangkahkan kaki jenjangnya menuju sebuah rumah yang terbilang sangat mewah. Di tangannya terdapat sebuket bunga mawar putih. Senyuman tampak merekah indah di bibir merahnya. Dengan mengenakan dress bewarna putih, gadis itu terlihat sangat cantik. Layaknya bidadari yang turun dari kayangan. Langkah kaki yeoja manis itu terhenti tepat di ambang pintu utama rumah itu.

Seketika senyum yang terukir di bibirnya luntur begitu saja, tepat saat dia melihat sesuatu hal yang sangat tak ia duga. Di ruang tengah rumah yang biasanya terdapat perlengkapan rumah tertata rapi, kini berubah. Hanya terdapat sebuah peti mayat berwarna putih. Buket bunga yang di bawanya pun seketika jatuh ke lantai. Bulir kristal mengalir begitu saja dari mata almond miliknya.

Dengan langkah gontai gadis ini mendekati peti itu, memastikan jika yang berada dalam peti bukanlah orang yang sangat dicintainya. Tubuhnya bergetar hebat menahan isakan tangis. Agar tak terdengar. Namun sia-sia saja usahanya saat dia melihat orang yang tak ingin dia lihat kini ada di hadapannya. Tepatnya berada dalam peti itu.

Tubuh Jisoo, yeoja cantik itu langsung lemas seperti tak bertulang. Tubuhnya roboh tepat di samping Seokjin yang sudah terbujur kaku di dalam peti. Tangisnya pun langsung pecah, tubuhnya bergetar. Dia masih tak percaya dengan apa yang kini di lihatnya. Namja yang berstatus sebagai sahabat sekaligus orang yang sangat dicintainya itu kini terbaring lemah tak lagi bernyawa.

"Seokjin-ah, aku mohon bangun. Jangan bercanda!! Bercandamu ini sama sekali tidak lucu!!" Sentak Jisoo menepuk pipi Seokjin yang kini dapat Jisoo rasakan sangat dingin.

"Kau tidak perlu bercanda!! Aku tidak suka!! Mana janjimu untuk menjadi sahabatku selamanya?! Kenapa kau  pergi meninggalkanku sekarang??" Jisoo kembali menepuk pipi Seokjin. Tapi tetap saja, namja itu tak memberikan respon sama sekali.

"Hei Kim Seokjin bangun!!" Bentak Jisoo yang mulai kesal dengan apa yang kini terjadi pada Seokjin.

CKLEKK... pintu terbuka lebar. Muncul sepasang suami istri berserta seorang namja tampan yang duduk di atas kursi roda. Namja itu masih tampak pucat. Karena memang pemuda itu baru saja keluar dari RS. Dengan masih sesenggukkan, Jisoo menghampiri satu keluarga itu. Tepatnya di depan namja yang tak lain adalah Jungkook, dongsaeng dari namja yang sangat dicintainya. Mata Jungkook tampak memerah ketika menangkap pemandangan sebuah peti mayat berada di dalam rumahnya.

Jisoo berlutut di hadapan Jungkook, mensejajarkan tingginya dengan Jungkook. Pandangannya begitu sayu. Air mata masih terus mengalir dari mata indahnya. Tangannya bergerak memegang tangan Jungkook yang terasa hangat. Sangat hangat. Sama seperti genggeman tangan Seokjin dulu. Saat dia masih bisa dapat merasakan kehangantan dari genggaman Seokjin.

"Jungkook-ah.." gumam Jisoo sendu.

"Jisoo-ah.." gumam Jungkook bersamaan dengan Jisoo.

"Apa benar yang aku lihat sekarang? Apa benar itu Seokjin?? Katakan padaku kalau semua itu bohong??" tanya Jisoo tak sabar.

"Jisoo-ah.. Kau tenang dulu, Nak. Jangan seperti itu!! Seokjin pasti sedih kalau melihatmu seperti ini." Ny. Kim membantu Jisoo untuk berdiri.

"Ahjumma.. Apa benar itu Seokjin??" tanya Jisoo beralih pada Ny. Kim.

"Iya, Jisoo-ah. Itu memang benar Seokjin. Dialah yang sudah mendonorkan jantungnya untuk Jungkook." Jawab Tn. Kim. Beliau tahu jika istrinya tak akan sanggup untuk mengatakannya.

"Apa?!" Sentak Jisoo kaget. DEGG.. jantung seperti berhenti berdetak dan darahnya berhenti mengalir.

Kedua tangan Jisoo membungkam mulutnya sendiri. Ia kembali berjalan menuju tempan Seokjin kini terbujur  kaku. Di pandangnya wajah teduh Seokjin. Bibir yang biasanya berwarna merah kini tampak membiru. Kulitnya yang putih kini lebih mirip seperti salju. Dengan penuh kepedihan yeoja yang sangat mencintai Seokjin ini, mendaratkan satu kecupan hangat di kening Seokjin.

The Last GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang