Part 10 - Relieved

12.6K 746 12
                                    

Janiero menuntun Chilla kesebuah ruang makan yang terletak dilantai bawah. Sebuah ruang makan yang sangat mewah dengan meja dan kursi berwarna keemasan yang dapat menampung kurang lebih dua puluh orang. Selama perjalanan mereka, Chilla sebisa mungkin mengingat lorong – lorong yang ia lewati hingga berakhir di ruang makan. Ruangan makan itu masih sepi. Hanya ada beberapa pelayan yang berjalan kesana kemari meletakkan peralatan makan diatas meja.

" Duduklah disini."

Janiero menarik sebuah kursi kosong dan mempersilahkan Chilla untuk duduk disana. Tapi bukan Chilla namanya jika ia langsung menuruti permintaan Janiero. Ia memilih duduk disalah satu kursi yang bersebrangan dengan kursi yang disarankan Janiero dan berhasil membuat pria itu kesal.

" Benar – benar...." Umpat Janiero saat niat baiknya ditolak mentah – mentah.

" Benar – benar apa, Janiero?" Suara datar Dalton berhasil membuat Janiero tidak jadi melanjutkan umpatannya. Sebenarnya, Dalton sudah berada diruang makan sesaat setelah Janiero dan Chilla masuk keruang makan dan tentu saja ia melihat aksi Chilla yang menolak niat Janiero.

" Nothing." Janiero menahan kekesalannya dan duduk dikursi yang ia tarik untuk Chilla tadi.

' Jadi nama pria kurang ajar itu, Janiero.' Batin Chilla sambil memperhatikan Dalton dan Janiero.

Kedua pria itu memiliki kemiripan pada wajahnya namun Chilla tidak terlalu memusingkannya dan lebih memilih menyesap orange juice yang diberikan oleh pelayan. Orange juice di mansion Dalton sangat segar dan nikmat hingga tanpa terasa hampir setengah gelas orange juice itu sudah berpindah kedalam perut Chilla.

" Aku harap kau betah tinggal disini, Chilla." Ujar Dalton yang mengambil tempat duduk di sebelah Chilla.

" Iya." Chilla tidak tahu harus menjawab apa selain iya pada pria disampingnya ini.

" Tentu saja dia akan betah selama ada kau disisinya, Brother." Gurauan Janiero membuat Chilla tersedak orange juice dan terbatuk – batuk.

" Kau sudah tidak sayang nyawamu, Jan?" Dalton mengambil alih orange juice ditangan Chilla dan memberikannya pada pelayan terdekat lalu menepuk – nepuk punggung Chilla untuk meredakan batuk gadis itu.

" Hanya orang gila yang tidak sayang pada nyawanya. Hahaha.. Lihatlah betapa lucunya dia.." Janiero menertawakan Chilla yang dihadiahi pelototan tajam Chilla dan lemparan sendok dari Dalton.

" Diam atau aku tidak akan segan untuk membunuhmu disini." Dalton memperingatkan Janiero.

" Baiklah – baiklah. Aku tidak akan bercanda lagi." Janiero menyudahi tawanya dan meneguk sampanye yang tersedia diatas meja.

" Ngomong – ngomong dimana Enrico?" Tanya Janiero tidak melihat Enrico sejak pagi.

" Enrico sedang menjalankan misi." Jawab Dalton dengan acuh dan mulai memakan sarapan yang disajikan diatas meja.

" Oh.. Jadi kau sudah menemukan cara membalasnya?" Janiero berhenti memotong irisan daging dipiringnya dan menanti jawaban dari Dalton.

" Ya.. Aku tinggal meledakkan kembali rumahnya." Dalton menjawab masih fokus dengan makanannya.

" Jeofree Luciano memang pantas mati. Aku tidak sabar untuk mendengar berita kematiannya dari Enrico." Janiero berujar dengan menggebu – gebu.

Kematian. Membunuh. Kedua kata itu seolah menghantarkan Chilla pada sesuatu tapi ia tidak dapat mengingat dengan baik dan ia tidak tahu arti dari kegelisahan yang melandanya. Deheman Dalton membuat Janiero menghentikan ceritanya karena ia juga dapat melihat raut ketidaknyamanan Chilla yang sedang menyantap fish fillet dipiring gadis itu dan deheman itu juga berhasil menyadarkan Chilla dari kegelisahannya.

His Lover (Mafia Series)Onde histórias criam vida. Descubra agora