Part 7 - The Saviour

12.2K 753 8
                                    

Happy Reading
Jangan Vote & Commentnya ^^

Dalton memarkirkan mobil ditepi jalan dan keluar dari mobilnya. Ia menyandarkan punggungnya di mobil dan mengambil sebatang rokok lengkap dengan sebuah korek api sebelum menghidupkan rokok itu dan menyesap lalu menghembuskan asap rokok tersebut.

Di tengah malam begini, semua orang sudah pasti tertidur sehingga hanya terdengar suara burung hantu dan desah napas dari mulut Dalton sendiri. Pria itu berdiri tegak, membuang puntung rokok yang baru disesapnya sekali dan menginjak rokok tersebut hingga api rokok tersebut padam.

Dalton menatap sebuah rumah yang berada diujung jalan. Tempat yang sangat ia dekati karena orang yang sangat ia rindukan berada didalam sana. Gejolak rindu yang mengantarkannya kemari, ia tidak kembali ke markas sesuai permintaan Enrico dan malah berakhir disini. Pria itu mengitari mobilnya dan membuka bagasi mobilnya. ia mengambil botol whiskey yang ia temui didalam bagasi. Ia baru akan mengangkat botol tersebut saat menyadari itu hanyalah sebuah botol kosong tanpa cairan yang bisa membantunya menghilangkan rasa rindunya.

Dengan rasa kesal, Dalton menutup kembali kap bagasi mobil dan berjalan menjauh dari rumah dan mobil itu. Ia berjalan cukup jauh hingga sampai disebuah mini market yang beroperasi dua puluh empat jam dan membeli tiga botol bir. Dalton mengambil botol bir tersebut dari kantong belanjaannya dan membuka penutup botol tersebut dan menandaskan hampir setengah botol bir sambil berjalan balik ke arah mobil.

PRANGG

Seseorang menghantam bagian belakang kepala Dalton dengan botol kaca. Dalton membalikkan badan dan dengan sebelah tangan memegangi kepala, ia melihat tiga orang pria yang berada dihadapannya. Dalton merogoh jubah mantel nya mencari pistol.

" Sial!" Umpat Dalton yang menyadari pistol nya ketinggalan di dalam mobil.

Dalton terpaksa melawan mereka dengan tangan kosong saat ketiga orang tersebut maju secara bersamaan dengan senjata di tangan masing - masing. Ia menghindari tusukan yang dilayangkan padanya. Ia menahan tangan pria itu dan merebut pisau lipat yang digenggamnya lalu menusuk perut pria itu sebelum menendang tubuh pria itu kepada kedua temannya. Satu orang gugur dan kini tersisa dua. Dua pria bayaran itu berlari menyerang Dalton dengan tongkat kayu.

BUGG

Dalton menghindari pria di kanannya dan mengambil kesempatan saat pria itu berada dihadapannya sebelum menggoreskan pisau lipat itu pada leher pria itu. Kesempatan itu pula yang digunakan oleh salah satu pria bayaran itu untuk memukul nya lagi dari belakang dengan tongkat kayu.

" Fuck!" Umpat Dalton memegangi kepalanya yang semakin berdarah karena hantaman kayu tadi.

Dengan segenap kekuatannya yang tersisa, Dalton melayangkan pisau lipat yang ada ditangannya ke pria bayaran yang tersisa dan bermaksud melarikan diri itu.

BLESS

Tepat sasaran. Pria itu ambruk dengan pisau yang menancap dibelakang punggungnya.

Dengan menahan sakit, Dalton melangkah untuk kembali kedalam mobilnya. Langkahnya terhenti saat pandangannya semakin kabur tatkala matanya semakin memberat hingga tanpa sadar tubuhnya terhuyung kebelakang dan terjatuh diatas tanah.

~

Suara mesin peracik kopi yang sedang dihidupkan mengisi ruangan semulanya sunyi. Chilla mengambil cangkir kopi di cabinet atas dapur dan menuang racikan kopi yang selesai ia buat kedalam cangkir dan menyesapnya perlahan.

Malam ini, entah kenapa ia tidak bisa tidur. Jadilah ia meracik kopi untuk menahan kantuknya. Ia melihat bungkusan - bungkusan plastik yang berserakan di lantai dan memutuskan untuk memungutnya lalu membuang kembali bungkusan itu kedalam tong sampah. Rupanya tong sampahnya sudah penuh hingga bungkusan plastik itu terus mencuat keluar.

Chilla menatap jam dinding yang menunjuk pukul 12.45 AM. Cukup malam untuk membuang sampah sendirian diluar tapi ia tidak tahan melihat sampah yang harus dibiarkan berserakan hingga esok pagi. Chilla menghembuskan napasnya mengira – ngira sebelum membulatkan tekadnya untuk tetap membuang sampah sekarang. Ia mengikat kantong sampah penuh itu dan membawanya keluar rumah.

Ia merapatkan sweater kebesarannya saat angin malam berhembus menggelitik tubuhnya. Suhu udara di pinggiran kota yang sejuk menjadi lebih dingin dimalam hari. Sepertinya keputusannya salah dengan keluar malam seperti ini. Apalagi ia seorang perempuan dan itu sangat berbahaya.

"ARGH!"

Jeritan tertahan Chilla. Ia menutup mulutnya melihat sebuah mayat di dekat pembuangan sampah. Seorang pria yang tergeletak diatas tanah dengan kepala dan wajah yang tertutupi oleh noda darah.

Ia baru akan memanggil orang saat ia mendengar rintihan kecil dari seseorang yang ia kira mayat itu hingga ia tidak jadi memanggil orang dan memutuskan untuk mendekat dengan segenap keberaniannya.

" Kamu?!" Chilla terlonjak saat menyadari siapa orang yang sedang terbaring itu.

Demi tuhan, itu adalah orang yang ia cari - cari selama ini. Si pria misterius yang pernah menolongnya dan sekarang mereka bertemu lagi dengan situasi yang tidak enak.

" Aku.... Aku akan menolongmu." Chilla berusaha memastikan pria itu masih mendengarnya.

" Kita harus kerumah sakit." Chilla baru akan menghubungi nomor ambulans tapi cengkraman pada lengannya membuat Chilla menoleh pada pria itu dan menunda menghubungi panggilan tersebut.

" Jangan.. Jangan ke.. Rumah... Sakit.." Pria itu bergumam ditengah ketidaksadarannya.

" Tapi kau terluka parah, Sir.." Chilla masih merasa kalau permintaan pria itu benar – benar tidak masuk akal.

" Jangan.." Suara Dalton semakin mengecil.

" Baiklah.. Kita tidak kerumah sakit tapi aku akan tetap menolongmu." Kekeuh Chilla.

Chilla menarik lengan pria itu agar berdiri dan mengaitkan lengan pria itu di bahunya.Dengan susah payah ia menyeret pria itu sendiri bahkan beberapa kali ia hampir terjatuh bersama pria itu jikalau ia tidak berpegangan erat pada pagar pembatas rumah orang.

" Ayo, kita hampir sampai." Ujar Chilla memberi semangat pada dirinya sendiri.

Chilla membuka pintu kamar dan membaringkan pria itu diatas ranjang kamarnya lalu dengan cepat berlari mengunci pintu rumahnya yang masih terbuka lebar.

Ia mengambil kotak P3K sebelum membawa kotak itu kembali ke kamar. Chilla mengambil perban, salep antibiotik, alcohol, kapas dan cairan desinfektan yang ia temui di kotak tersebut. Ia membasuh luka yang ada di kepala pria itu dengan hati – hati sebelum dengan telanten mengobati luka tersebut.

Selesai mengobati kepala pria itu, Chilla menyelimuti dengan benar dan memperhatikan pria itu tertidur. Sedikit pun pria itu tidak terbangun. Pria itu sepertinya sangat tertidur sangat lelap sehingga Chilla memutuskan untuk mengganti bajunya yang terkena noda darah dulu sebelum kembali merawat pria itu.

TBC

His Lover (Mafia Series)Where stories live. Discover now