Jalan tak bertepi, hingga jalan tak berujung bak lingkaran peradaban pun pernah ku tapaki. Sobek hingga terkoyak pun kakiku kan tetap berjalan seirama dengan jalan kenang kita. Tak peduli aku mengemban luka hingga luluh lantak menyisakan tangis sepi di penghujung senja. Namun di sini kita pernah memeluk rindu yang sama, mengemban setiap rasa yang kita yakini sama, selamanya.
Hari berlalu begitu saja, membakar setiap waktu yang sudah berguling cepat merambat ke peradaban baru. Menyisakan kenangan yang semua orang tau, takkan terulang. Kita yang sudah menjadi aku dan kamu, memilih menjadi dua orang asing yang tak kasat apabila tak sengaja bertatap.
Elegi pun ikut serta dalam perannya. Menyaksikan perpisahan yang aku benarkan ke beradaannya. Tangis pilu bergema dalam dadaku, gambar tawa lenyap di telan gelap. Yang diyakini sama, selamanya nyatanya hanya sementara. Rupanya hanya aku saja yang berharap banyak. Hingga menelan jurang bernama kecewa. Yang ku tau, kamu berkhianat.
YOU ARE READING
Without the tittle
PoetryKu ucapkan selamat datang kembali. Untuk kalian yang jauh lama pernah ada. Yang ku tinggalkan dalam kotak gelap bersama senja di zaman lalu. Kini ingin ku ambil kembali menjadikan kalian beku dalam goresan penaku.