"Kwetiau! Sekalian pepsi kalo perlu yang botol paling gede!" teriak Yuki, iasedang menyusun baju-bajunya di lemari jati di kamar itu. Lalu menyusun semuaperalatan make-up di meja rias. Stefan benar, dirumah Stefan yang bahkan lebihbesar    

dari rumahnya ini hanya ada dirinya dan Stefan. Stefan juga menjelaskan kalau 5 pembantu akan datang setiap hari untuk membereskan rumah. Tapi tidak menginap, hanya ada satpam di depan dan dia tidak akan pernah masuk ke rumah.

Yuki menghela nafasnya, tubuhnya bau keringat dan sangat lengket. Yuki memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum turun dan bergabung bersama Stefan yang 'sibuk' menonton acara motogp. Yuki mengambil sabun cair dan handuk, lalu masuk ke kamar mandi.

Stefan loncat sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Ia bersorak sorai sambil mengatakan "YO! BABY ALIEN MARC MARQUEZ ABANG GUE MENANG LAGI!". 

Dia terus meloncat-loncat dan di layar televisi itu menunjukkan marc yang sedang memegang tropinya. Stefan berhenti meloncat-loncat dan menyadari dari tadi Yuki tidak turun-turun ke bawah. Delivery yang ia pesan pun sudah berada di depan mata. Tapi Yuki belum juga turun. Stefan naik tangga marmer rumahnya sedikit cepat dan tanpa mengetuk pintu langsung menekan handle pintu kamar Yuki.

Yuki sedang memoleskan lotion ke seluruh kulitnya saat itu, duduk di atas ranjang yang bedcovernya sudah diganti dengan warna pink polos. Kaki satunya terangkat dan tertumpu di tepi tempat tidur. Ia bersenandung kecil sambil memoleskan lotion ke tubuhnya.

 Matanya langsung terbelalak ketika melihat Stefan masuk ke kamarnya, ia juga bisa melihat air muka Stefan yang tadinya khawatir sekarang menjadi seperti om om mesum yang melihat daun muda. Stefan menyeringai, Yuki memang tidak naked tapi gadis itu benar-benar menguji tingkat benteng 'gairah' yang sudah susah payah ia bangun.

 Yuki mengenakan hotpants dan kamisol ketat berwarna hitam. Stefan juga bisa mencium aroma harum di seluruh penjuru kamar Yuki.


"Dasar kaum bar-bar! Lo gabisa ketuk pintu dulu hah!" teriak Yuki, Yuki langsung menyambar jaketnya dan langsung memakainya.


"Ya abis gue khawatir sama lo. Lo ga turun-turun. Siapa tau lo pingsan di kamar mandi." Jawab Stefan. Stefan melangkah mendekat ke arah Yuki. Setiap satu langkah Stefan, 

Yuki akan mundur selangkah juga. Tapi ia tidak bisa mundur lagi ketika kaki belakangnya menabrak ranjang. Stefan berada 20 sentimeter dari tubuhnya. Yuki harus mendongak untuk melihat wajah laki-laki itu.


"Mau apa lo? Jangan macem-macem!"


"Kalo gue mau macem-macem gimana?"


Yuki memasang tatapan setajam mungkin, "gue bakal teriak, terus orang-orang kesini dan gue bakal bilang lo melakukan tindakan pelecehan!" ancam Yuki


Stefan menautkan alisnya, lalu tertawa terbahak-bahak. "pelecehan? Gimana itu bisa disebut pelecehan kalo gue bisa bikin lo ngedesah keras?" ujar Stefan setelah tertawanya mereda. 

Yuki yang mendengar itu langsung memucat, mengingat ketika Stefan menyupang lehernya. Dan ia malah menarik dan meremas lembut rambut Stefan. Bahkan ia duduk di pangkuan laki-laki itu!


"Gu-gue laper." Yuki berusaha mengalihkan pembicaraan, Stefan terkekeh. Ia tau Yuki tidak bisa menjawab pernyataannya tadi. Stefan menarik pergelangan Yuki dan membawanya ke depan tv.

love poisonWhere stories live. Discover now