.
.
.
.
Entah kenapa gue trus mikirin hinata dan pengen cepat-cepat pulang apa ini karena kejadian di sekolah, apa hinata denger ucapan gue?, udah beberapa kali gue liat jam tangan gue sambil terus nyuci piring. Gue sekarang terpaksa bekerja saat pulang sekolah menjadi pelayan di kape dan pencuci piring. Saat gue liat hp gue bunyi gue begitu girang kaya anak kecil eh ternyata cuma sms dari telkomsel gue kira dari hinata, apa dia gak cemas sama gue karena belum pulang harusnya diakan sms gue kenapa gak pulang boroboro nanya senyum sama gue ajah kaga.
Semenjak hinata masuk di kehidupan gue, gue ngerasa apa yah gue gak tau apa yang gue rasain kadang gue risi sama hinata dan kadang juga saat dia gak ada di samping gue, gue ngerasa ada sesuatu yang hilang dari gue. Gue akui karin cantik, pinter dan lucu dan gue akui karin gadis idaman semua lelaki termasuk gue hehehe. Tapi entah kenapa saat karin bilang sama gue kalo dia udah punya cowo gue gak ngerasain sakit, sekarang gue sadar kalo ternyata gue itu gak cinta sama karin cuma kagum doang. Setiap di sekolah gue selalu merhatiin hinata gue tau dia juga merhatiin gue tapi saat dia ketauan sama gue, dia langsung memalingkan wajah seolah-olah dia gak liat gue. Gue tau tatapan hinata ke gue itu beda gue pikir tatapannya itu seperti tatapan kebencian sama gue karena gue gak suka sama sahabatnya sakura, ya bagaimana lagi cinta itu gak bisa di paksakan gak salahsih kalo sakura suka sama gue tapi gue gak suka cara hinata yang mencoba ngedeketin gue sama sakura dengan dia yang menghindari gue.
Gue mencuci tangan gue yang habis cuci piring dan ngambil tas yang ada di meja gue nepuk bahu pegai restoran lainnya dan pamit untuk pulang, meski gue baru bekerja di restoran ini tapi gue udah akrab dengan pengawai lainnya termasuk kepada menejer restoran.
"Gue duluan pulang bro"
Gue berjabat salam dengan yang lain sambil memberikan tos perpisahan biasa cowo kan gitu.
"Oke, hati-hati di jalan lo"
"Sip,Asalamualikum"
"Waalaikumsalam"
Gue langsung cabut mengendarai motor gue dengan kecepatan tinggi, entah kenapa gue ingin buru-buru pulang gue takut hinata nyariin gue. Sesampainya di rumah gue langsung masuk sambil berteriak memanggil hinata, hinata menghampiri gue dari arah dapur sambil membawa air mineral tau banget kalo gue haus. Gue langsung mengambil gelas yang ada di tangan hinata meminumnya sampai habis, setelah gue minum gue mengembalikan gelas yang kosong ketangan hinata.
"Maksud lo apa datang-datang langsung minum minuman gue"
Gue menatap sinis, ternyata pikiran gue salah gue pikir hinata akan nyambut kedatangan gue tapi nyatanya dia malah bersikap jutek sama gue.
"Habis gue haus"
Setelah mengatakan itu gue langsung pergi kekamar untuk mengganti baju seragamku, perutku terus bergemuruh menandakan kalo gue laper. Gue langsung menemui hinata yang asik menonton tv sambil mengemil kripik singkong, gue juga ikut makan kripik hinata.
"Hinata gue laper di dapur ada makanan kan"
Hinata menatap gue dan kemudian menggeleng, bener-benernyah ni istri keterlaluan banget suami lapar malah di cuekin akan malah asik nonton.
"Buatin makanan dong buat gue"
"Gue gak bisa masak, gue cuma bisa buat nasi goreng Gue pikir lo gak bakalan pulang ya gue habisin masakan bunda"
Gue bersandar di bahu hinata, hinata hanya asik menatap layar tv emangnya dia lebih tertarik layar tv dari pada wajah tampan gue.
Suara perut gue kayanya mengusik hinata, dari tadi dia trus mentap gue saat perut gue berbunyi, gue lihat sepertinya dia mau masak buat gue buktinya sekarang dia pergi ke dapur. Gue mengikutinya dan duduk di meja makan gue cuma memerhatiin hinata yang sedang membuka kulkas dan mengambil ikan yang sudah dilumuri bumbu, gue liat hinata menyalain kompor dan berdiri di depan kompor dengan jarak yang jauh. Gue sedikit terhibur saat melihat hinata yang panik saat ikan yang dia goreng meletuk mencipratkan minyak membuatnya berteriak sambil memegangi tangannya yang kecipratan minyak panas, dengan terpaksa gue gantiin hinata yang menggoreng ikan. Setelah ikan matang gue langsung sajikan dalam piring dan menyimpannya di meja, gue sedikit kasihan liat hinata yang meringis kesakitan karena tadi yang terkena minyak panas. Gue menghampiri hinata dan mengambil kotak P3K, gue ngambil salep luka bakar dan mengoleskannya ke tangan hinata yang terkena minyak. Setelah itu gue langsung makan tanpa menggunakan sendok gue lebih suka makan pake tangan saat makan ikan, gue tau hinata juga ingin makan tapi katena tangannya yang terbakar dia hanya memerhatiin gue. Menurut gue hinata terlalu lebay luka bakar sedikit ajah sampai meringis kesakitan.
