26

221K 20.9K 2.9K
                                    

Cuaca sore ini sungguh cerah, duduk di rooftop sembari memandang langit biru mampu menenangkan hati yang tengah gundah. Lavina duduk sendiri, dengan ponsel di tangan dan di arahkan ke langit. Dia berniat memotret langit yang tengah bagus sore ini.

Lavina tersenyum hingga lesung pipinya terlihat. Sekolah di SMA Nuski memang menyenangkan, tak hanya muridnya yang berprestasi, gedungnya juga luar biasa. Memiliki tempat bagus untuk Lavina menyendiri, meski tak sepenuhnya menyendiri karena banyak siswa-siswi lain yang menyukain rooftop sebagai tempat bersantai.

"Eh lo nggak ikut rapat pameran foto?"

Mendengar kalimat pameran foto Lavina menoleh, memasang telinganya lebar-lebar. Menguping pembicaraan segerombol anak kelas XI.

"Ikut. Belum mulai, setengah jam lagi soalnya masih ada beberapa materi yang belum terkumpul," jawab cowok berambut ikal.

"Eh daebak tahu punya Kak Arsen. Ah... sweet abis!" seru cewek berambut pendek.

"Hei, jangan cerita-cerita. Nanti nggak surprise! Lagian itu masih konsep."

"Oh iya, sorry keceplosan habis bagus banget konsepnya."

"Emang gimana?" tanya cewek berkulit gelap antusias.

"Masih rahasia. Besok aja lo lihat," balas cowok berambut ikal.

Lavina tak ingin mendengar lagi, dia memilih turun dari pada mendengar lebih banyak hal yang membuatnya cemburu. Ya, Lavina akui dia masih memiliki rasa cemburu.

"Lav..."

"Erlan? Lo belum pulang?"

"Gue nyariin lo." Wajah Erlan terlihat sangat khawatir.

"Kenapa nggak telpon gue?"

"Nomor lo nggak bisa gue hubungin."

Lavina nyengir melihat ponselnya, dia lupa belum menyalakan ponselnya lagi karena saat pelajaran berlangsung ponsel wajib dimatikan. Ponselnya masih mode pesawat.

"Sorry gue lupa nyalain."

"Nggak pa-pa yang penting lo baik-baik aja."

"Emang lo pikir gue kenapa?"

"Nggak pa-pa, khawatir aja. Lo udah mau pulang belum?"

"Udah. Kenapa?"

"Gue anterin."

"Boleh. Makasih ya."

"Sama-sama, Lav."

Lavina diam-diam tersenyum, melihat wajah khawatir dan peluh di pelipis Erlan. Oh, begini rasanya diperhatiin? Ada rasa bahagia menyusup tiba-tiba.

"Lo sampe keringetan gini. Nyari gue ke mana aja?"

"Yang pasti ke kolam renang."

"Eh, lo mikir gue yang enggak-enggak lagi? Jahat banget sih." Lavina memukul lengan Erlan.

"Ya gue cuma takut, Lav."

"Gue nggak sebodoh itu tahu!"

"Iya iya, maaf."

"Gue cuma ke rooftop motret langit."

"Iya, iya. Gue nggak akan khawatir berlebihan lagi. Gue percaya sama lo."

Hati Lavina tersentuh, memandang punggung Erlan. Cowok penyuka basket di depannya telah membantunya tersenyum akhir-akhir ini.

"Lan...."

"Ya?" Erlan balik badan.

"Makasih ya?"

Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang