Lantas, Shera menggeleng kecil, “Ngga, Yah. Shera di rumah aja. Tadi bi Idah udah masak, sayang aja kalau gak di makan,”

Mmm..okay. Kalo gitu, ayah pergi dulu ya. Enjoy your dinner, sweety!" sang ayah menyambar jas hitam yang tersampir di sana, lalu pergi dari hadapan Shera.

Shera berbohong soal Bi Idah yang memasak, karena sejak sore, Bi Idah sudah pulang ke rumahnya dan akan kembali besok pagi. Ia melangkahkan kakinya ke kamar untuk mengganti celana pendeknya dengan celana training monokromnya. Tak lupa, ia membawa powerbank dan memasukkan uang secukupnya ke dalam casing hp miliknya. Hanya membeli nasi goreng di seberang komplek, untuk apa ia harus ribet.

Keadaan warung tidak terlalu ramai, hanya segelintir orang yang membawa bungkus nasi goreng lalu membawanya pulang. Karena sepi, Shera memilih untuk makan di tempat. Lumayan, ia tak perlu mencuci piring.

“Bang, kayak biasa ya!” sang penjual nasi goreng hanya mengacungkan jempolnya, ia hafal pesanan Shera yang tidak pernah berubah karena Shera adalah langganannya.

Shera membuka ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan. Ia mulai larut dalam cerita dari aplikasi berwarna orange yang belum selesai ia baca kemarin.

Ia belum sadar, seseorang duduk di depannya, menatapnya dengan pandangan datar.

“Minumnya apa?” salah satu asisten sang penjual nasi goreng bertanya pada si laki-laki, namun Shera malah ikutan menjawab, karena ia belum sadar ada seseorang di depannya.

“Teh hangat,” Shera terkejut di tempatnya, perlahan, ia naikkan pandangannya. Bagaimana mungkin pesanannya bisa sama?

“LO?!” laki-laki di depannya hanya menatap Shera dengan datar.

“Lo ngikutin gue ya? Kenapa gue selalu ketemu lo? Kenapa lo—” ucapannya terputus,

“Berisik, jangan ajak gue ngomong,” Sean memutar bola matanya kesal.

Shera mendengus kesal, lalu tak lama kemudian senyumnya kembali hanya karena nasi goreng pesanannya sudah jadi. Shera berdoa sejenak sebelum menyantap makanannya, lalu tak perlu lama-lama, ia mulai menyantap nasi goreng pedas yang ia pesan.

“Makan, hyung,” tawar Shera saat ia baru ingat Sean masih berada di hadapannya.

Sean hanya berdeham singkat, lalu ikut menyantap nasi goreng pesanannya yang baru jadi.

Tak membutuhkan waktu lama, Sean menghabiskan nasi goreng pesanannya. Kali ini, ia meminum teh hangatnya sambil membaca chat dari teman-temannya di grup. Sesekali, Sean tersenyum tipis saat membaca balasan Andra yang isinya capslock semua.

Shera menatap heran ke arah Sean. Ia sempat berpikir bahwa Sean tidak bisa tersenyum, tapi kali ini ia melihat senyum itu, walaupun tipis. Shera sampai tersedak cabai saat makan sambil memperhatikan Sean. Sial, kerongkongannya terasa panas luar biasa. Ia meminum teh hangatnya sampai tinggal sedikit, padahal nasi goreng yang ia makan belum habis.

Sean berdiri dari tempatnya untuk membayar makanannya. Ia berbicara setengah berbisik pada lelaki yang tengah membuat minuman.

“Buatin teh hangat, kasih ke dia.”

“Jangan kasih tau juga kalo gue yang bayarin pesenan dia,” Lelaki itu mengangguk, lalu membiarkan Sean pergi dari sana.

Setelah kepergian Sean, Shera dibuat terkejut lagi kali ini, kala seseorang memberikannya teh hangat.

Tanpa diberi tahu, Shera sudah paham bahwa Sean yang membayarkan tambahan teh hangatnya. Laki-laki itu selalu menimbulkan tanda tanya bagi Shera.
Setelah makanannya habis, Shera berdiri di tempatnya, lalu menyerahkan uang untuk membayar nasi gorengnya. Namun, ia malah mendapat tatapan heran dari sang penjual nasi goreng.

SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]Where stories live. Discover now