"Tapi kau anggap akuseperti pelacur. Kau bilang ranjang ranjang ranjang dan ranjang. Apa kau selaluseperti itu pada seluruh wanita yang kau kenal?" Yuki sebenarnya ingin berlari keluar dari ruangan direktur. Lututnya sudah melemas.

 Tatapan Stefan bisamembunuhnya saat itu juga.

"Yuki, aku bukan laki-laki seperti itu!"

"Stefan. Bisa kaukecilkan volume suaranya? Aku belum tuli. Aku akan pergi kalau kau masih emosi.Aku tidak suka dibentak."

Stefan berhasil menangkap bahwa gadis itu sebentar lagi akan menangis.sepertinya dia terlalukasar untuk Yuki. Ia berjalan mendekat, ingin sekali merengkuh tubuh mungilYuki.

"Stop, jangan melangkahlebih dekat lagi. Atau aku tidak akan pernah memaafkan kamu."  Mata Yuki berkaca-kaca.

"Maafkan aku.. pleasejangan menangis.." wajah Stefan menjadi panik,cemas,dan tegang dalam satuwaktu. Yuki jadi tertegun sendiri ketika melihat perubahan perilaku Stefan yangbegitu cepat, bahkan sangat cepat.

"Stefan.. membicarakantentang hal seperti ranjang dan fucking pada seorang gadis yang katanya kaucintai itu sedikit aneh. Aku seperti mainan untukmu. Bebas kau tiduri. Bebaskau monopoli. Kau selalu membicarakan tentang ranjang." Yuki berbicara lebihpelan,

 ia tidak akan menangis setelah melihat reaksi Stefan yangmengejutkannya.

"Tapi itu yang akurasakan. Aku tidak pernah berbohong ketika aku menginginkan kamu setiap malamdi atas ranjangku. Kau membuatku gila." 

Air wajah Stefan menampakkan kalau laki-laki tampan itu serius. Yuki jadi bingung akan membalaskata-kata Stefan itu. Itu membuatnya lebih berdebar-debar lagi.

"Kau begitu cantik hariini. Bahkan setiap hari, Yuki kau seperti kokain untukku. Bahkan heroin!"Stefan menampakkan wajah frustasinya, Yuki semakin berdebar dibuatnya. Stefan begitu jujur saat itu.

"pergilah, aku tidak mau seseorang melihat keadaan ku saat sedang seperti ini. Ku mohon pergilah"

Yuki menatap Stefan sebentar. Stefan merebahkan kepalanya di headrest kursi kerjanya. Ia menatapkeluar ke jendela kaca besar. Sebenarnya Yuki tidak enak meninggalkan Stefandalam keadaan seperti itu.

 Stefan berhasil membuat jantungnya berdegup sangatkencang, dia juga bisa merasakan aliran darahnya tidak menyebar ke seluruhtubuh. Tetapi ke wajahnya.

  Kau seperti kokain untukku. Bahkan heroin!.

Kata-kata Stefan seperti tercetak secara permanen di dalam pikiran Yuki.Kokain, heroin. Itu semua nama narkoba. Intinya itu nama sesuatu yang membuatcandu.

Nasya berkali-kalimenatap Yuki dengan tatapan aneh. Yuki lebih pendiam hari itu. Beberapakaryawan juga bergosip yang tidak-tidak tentang Yuki. Nasya tau mereka pastimenggosipkan tentang kedekatan Yuki dengan bos mereka. 

Beberapa karyawan mengatakan kalau Yuki menjual diri kepada bosnya agar bisa dekat. Tapi Yukisedang tidak ingin membahas umpatan yang tertuju pada dirinya. 

Ia masih sibukberkutat dengan pikirannya tentang apa yang dikatakan Stefan tadi.

"Yuki, kau tidakapa-apa kan?"

Yuki menatap wajah sahabatnya itu, dan mendapatkan bahwa Nasya begitu khawatir.
"Kau cantik seperti barbie di film film, tapi wajahmu begitu pucat. Ada apa? You can share it wimmeif you want. I'll zip my mouth no matter what happens"

"Im fine Nasya, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Mungkin aku kurang makan atau kurang tidur."

"baiklah, tapi kau harus menceritakannya kepadaku kalau kau sedang dalam masalah. Aku sahabatmu"Nasya tersenyum, Yuki membalas senyumannya dan mengangguk.

love poisonWhere stories live. Discover now