[Cloudy] to [Marvell]

Start from the beginning
                                    

Bayi berusia dua tahun berambut abu-abu sedang mencelupkan bangkai tikus ke mangkuk buah. Tentu saja hal itu dilihat oleh ayah bayi kecil itu.

"Rikuzu, hentikan!" Sang ayah menarik lengan Rikuzu, melemparkan bangkai itu ke sembarang arah. "Pelayan," panggil pria itu. Salah seorang pelayan laki-laki membungkukkan badan. "Ganti sup buah ini sekalian buang dengan mangkuknya."

"Baik, Tuan."

Rikuzu kesal karena ayahnya menghalangi niat untuk iseng. Tak suka berada di samping ayahnya, Rikuzu mengikuti siasat agar bisa menjaili Cloudy.

Marvell tengah menggandeng tangan Cloudy yang berjalan terhuyung-huyung. Dua bayi kecil itu sangat dikagumi oleh para tamu. Ada juga Ran berjalan di belakang mereka.

Saat Cloudy ingin sampai menuju kursi kebanggan, tubuhnya terdorong ke depan. Genggaman tangan terlepas, Cloudy jatuh terjerembap.

"Ni cucitu. Na cana." Rikuzu mengusir Cloudy.

Lutut Cloudy beradu dengan lembutnya rumput, jadi tak terasa sakit. Marvell dan Ran membantu Cloudy agar bangun. Kedua bayi beda usia memang terbilang sangat menjaga satu sama lain.

Ran berkacak pinggang. "Ody emat tu. Usyu egi ja."

"Noo." Rikuzu bersedekap. "Ni unyatu."

Sebagai kakak baik, Marvell nekat mengambil balon dan mendekatkan pada Rikuzu. Sekali remas menggunakan kuku-kukunya yang panjang, balon itu meletus.

Dor!

"Gyaaa!"

Rikuzu menangis histeris karena ledakan balon itu mengenai mukanya, sementara Marvell pun sama keadaannya.

Keduanya menangis membuat Ran dan Cloudy kelabakan. Tak lagi protes, Ran mencari sang ibu agar tangis Rikuzu berhenti.

Usai Ran menghilang, Rikuzu menyusul kembarannya. Bayi itu kesal dengan Marvell, tak peduli soal kursi Cloudy.

Marvell tetap menangis, memandang lengannya yang perih. Bayi Reon telah masuk satu tahun, menyentuh lengan Marvell dan meniupnya. Tiupan angin ditambah liur membuat tangisan Marvell hilang. Hanya isakan belum mereda.

Saat tangis itu mereda, Cloudy mengelap dengan hati-hati lengan Marvell. Banyaknya liur melekat di lengan Marvell. Bayi Eren itu tak memedulikan itu.

"Dah?" tanya Cloudy, berharap Marvell baik-baik saja.

Pipi Marvell menggembung, bayi itu tersenyum lebar. "Dah!"

Cloudy ikut tersenyum lebar. Bahkan kejadian tadi dilupakan begitu saja. Cloudy tak mempermasalahkan keisengan Rikuzu kepadanya, karena kakak sepupunya satu itu sungguh menyayanginya.

"Ody! Apel!"

Ketika Theo menyebut Marvell menjadi Apel, kembali Marvell menangis. Kali ini paling histeris.

Cloudy dan Theo tak paham, hanya saling pandang.

Marvell sangat cengeng, memang.

***

Cloudy (1,5 tahun) - Marvell (2 tahun).

Sekarang Gio sedang menemani Cloudy berjalan-jalan. Mereka mengelilingi perkebunan Eren. Tak lama setelah itu, Marvell muncul bersama Adam.

"Ody!"

Mendengar namanya disebut, Cloudy memutar kepala begitu cepat. Gio sempat meringis melihat itu, begitulah kalau anak-anak.

"Pel," ucap Cloudy.

Semenjak enam bulan lalu, waktu Cloudy satu tahun, Marvell tak suka bila Theo ataupun saudara-saudara sepupunya yang lain memanggilnya Apel. Hanya Cloudy diberi kehormatan.

Karena Cloudy belum lancar berbicara, Marvell terima dengan senang hati.

"Ody, atu nemu." Marvell langsung ke intinya. "Icana," tunjuknya ke arah hutan pohon cemara.

"Pa?"

"Aulus."

Aulus artinya dinosaurus. Itu yang diingat Adam dan Gio.

Saking semangatnya, Marvell menarik paksa Cloudy. Untung Gio menahan beban Cloudy agar tak jatuh. Kedua pria dewasa hanya mengawasi mereka dari belakang maupun samping.

Sesampainya di hutan pohon cemara, Marvell melepas genggaman tangannya. Dicari dengan gaya kepala diputar ke kanan dan kiri. Marvell sedang mencari benda yang bayi itu temukan.

"Ody, icini."

Masih lamban dalam melangkah, Cloudy menghampiri Marvell. Kepala bayi itu melongok dari arah bahu Marvell yang berjongkok.

Sebuah telur kusam diselimuti dengan tanah, menandakan telur itu ditinggal induknya. Saat Cloudy menyentuhnya, telur itu terasa hangat.

"Jio!" panggil Cloudy.

Gio, selaku pengawal ditambah teman terbaik Cloudy, ikut berjongkok. Tak sangka ada telur di hutan dingin ini.

"Anas," kata Cloudy.

Gio menyentuh dan mengusapnya. "Iya, telurnya masih hidup."

"Bil, Jio."

"Eyul aulus." Marvell menyela.

Kening Gio berkerut, melirik Adam juga memandangnya. Dalam bentuk telur ini bukan telur dinosaurus yang besar, tetapi telur bebek. Sejak kapan ada bebek betina di hutan ini?

Mungkin firasat anak kecil, Cloudy mengeluarkan sapu tangan kesayangannya dan menyelimuti telur tersebut. Adam dan Gio tak menduga pemikiran bayi ini sungguh peduli.

"Bil, Jio." Tangan Cloudy itu kecil, takutnya telur itu akan pecah apabila diangkat. "Bil, Jio."

Gio mengangguk, menyetujui. Diambil pelan-pelan telur dibalut sapu tangan, dipeluknya. Ketika Gio bangkit, ketiga pria berbeda usia pun sama-sama bangkit.

"Kita pulang."

Tahu kalau Gio kesulitan antara menggandeng Cloudy, berupaya menyerahkan diri untuk membantu. Diangkat Cloudy dan Marvell dengan kedua lengannya. Mereka harus keluar dari hutan, karena mau masuk sore.

Di situlah Cloudy merawat telur itu hingga menetas. Cloudy sering tidur bersama, makan bersama, pup bersama, mandi bersama dan bersama-sama dalam segala hal.

Akibatnya, Reon marah. Ada banyak kotoran berserakan di sekitar ruang kerja dan kamar tidurnya. Akhirnya keputusan itu membuat Cloudy selalu datang ke peternakan.

Bebek yang dirawat penuh kasih sayang, dilepas ke peternakan. Bebas. Bahkan Reon memberikan bebek betina agar bebek jantan milik Cloudy segera mempunyai keluarga.

Cloudy sayang bebeknya, sama seperti Cloudy sayang Reon, Gio, Acer, dan Marvell. Berkat Marvell, Cloudy memiliki teman baru.

Silakan baca Good Pacing
Good Time - The End

***

Salam dari Cloudy berusia enam bulan. Dapat visual tentang Cloudy saja. Hehehe

24 Maret 2018

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


24 Maret 2018

Good Time ✔️Where stories live. Discover now