Janji Seorang Sahabat

4.4K 299 6
                                    

Pesisir Jepang, Desember 1941.

Mayor Uchiha Sasuke, begitulah yang tertera pada papan nama yang terletak diatas meja kayu berwarna mahogany tersebut. Tampak duduk seorang pria bersurai raven tengah sibuk membaca lembar demi lembar laporan yang menumpuk diatas mejanya.

Diluar ruangannya, tampak Suigetsu yang mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu ruangan sang Mayor, terlihat jelas keraguan diparasnya saat perlahan jemarinya menyentuh permukaan pintu kayu tersebut.

Hahhh,

Suigetsu menghela nafasnya kasar, Ia sangat tahu pasti, kabar yang dibawanya ini bukanlah kabar yang ingin di dengar oleh atasannya tersebut, tapi mau bagaimana lagi, ini perang, setiap harinya pasti akan ada kabar, baik itu menggembirakan atau menyedihkan menanti mereka.

Terdengar suara pintu diketuk dari arah luar.

"Masuk"

Suigetsu perlahan membuka pintu kayu tersebut sesaat setelah mendengar persetujuan dari sang penghuni ruangan.

"Lapor, Letnan Suigetsu izin menghadap" ujar Suigetsu seraya memberikan penghormatan pada sang Mayor.

Sasuke menganggukkan kepalanya pelan, tanda menerima penghormatan dari Suigetsu.

"Ada berita apa yang membawamu datang menghadapku diwaktu sepagi ini?" tanya Sasuke seraya merapikan dokumen yang sedari tadi dibacanya.

Suigetsu sedikit memejamkan matanya, sungguh Ia sebenarnya tidak sanggup untuk memberitahu berita yang dibawanya ini kepada pria yang sedang duduk dihadapannya ini.

"Kuharap itu bukan berita buruk, Letnan"

Sasuke mengeratkan kedua tangannya, mencoba untuk menguatkan diri menghadapi berita apapun yang akan disampaikan oleh bawahannya ini. Ia sangat tahu, jika Suigetsu telah bersikap seperti ini, pastilah Letnan-nya yang satu ini membawa kabar duka. Ia sadar dirinya hidup di masa peperangan, dimana bayang-bayang kematian selalu menghantui hidup mereka. Tapi, bolehkah Ia mengharapkan sesuatu yang lain.

"Lapor, Saya ingin menyampaikan bahwa Armada Laut Kita telah berhasil menaklukkan Pearl Harbour, kemenangan mutlak ditangan Jepang"

Sasuke menghela nafas lega, perlahan ketegangan di bahunya sedikit mengendur.

Ia memejamkan sebentar matanya, walau berita yang terdengar sangat menggembirakan, entah mengapa Ia merasa kemenangan ini hanya sebagai awal dari malapetaka panjang yang akan menimpa Jepang. Sedari awal Ia sudah tidak setuju dengan rencana para petingginya untuk menginvasi Pearl Harbour, memusuhi negara Sekutu seperti Amerika bukanlah hal yang bagus. Namun karena Jepang merasa didukung oleh dua negara aliansi yang kuat, akhirnya dengan kepercayaan diri yang tinggi memutuskan untuk menaklukkan Pearl Harbour.

"Syukurlah, semua ini sudah berakhir, apa itu artinya seluruh armada yang berada di sana akan kembali ke Jepang?"

"Ya, dari laporan yang Saya terima mereka akan kembali ke Jepang dalam beberapa hari kedepan"

Sasuke segera bangkit dari kursinya, sungguh Ia tidak pernah sebahagia ini, Ini adalah perang terbesar kedua dalam hidupnya. Walau Ia tidak harus ikut serta ke Pearl Harbour dan harus cukup puas berada di Kapal Pertahanan, tetapi Ia sangat bangga atas keberhasilan rekan-rekannya yang ditugaskan ke Pearl Harbour. Tanpa disadarainya bibirnya sedikit tertarik keatas, membentuk sebuah senyuman. Ia kemudian kembali melirik kearah sang Letnan yang tampak menundukkan kepalanya.

"Ada apa denganmu Letnan? Misi selesai, dan Kita harus berterimakasih pada armada laut dan udara Kita, akhirnya mereka bisa melumpuhkan teritori administrasi Amerika tersebut, seluruh pasukan Kita yang berada di sana akan segera kembali ke Jepang, apa Kau tidak bahagia bisa kembali bertemu dengan keluarga mu?" Sasuke sedikit memicingkan matanya menatap sang bawahan, Ia tahu salah satu saudara kandung Suigetsu bergabung dalam 'Barisan Kapal Tempur' di Pearl Harbour.

Captured in Her EyesWhere stories live. Discover now