Sempat terdiam untuk beberapa saat, mengumpulkan kekuatannya ditemani senyuman manis yang mengembang.
"It's Show time." gumamnya pelan sebelum ia membalaskan apa yang sudah Kakak kelasnya itu lakukan.
Menghadirkan dengusan malas dari Arkan yang sudah sedari tadi memperhatikan kelakuan sahabatnya itu dan mengetahui kalau hal ini akan terjadi, "Itu anak, gue belom sarapan pula."
Tak ada ampun untuk Karmen, cowok itu terlihat menendang bagian perut lawannya serta memukuli wajah yang tak seberapa tampannya itu beberapa kali.
Jelas saja banyak orang yang membantu Karmen, tak sedikit yang ikut menyerang Raynzal. Membuat beberapa orang lainnya yang sedari tadi hanya cekikikan melihat kelakuan sobatnya itu mau tak mau ikut andil di dalamnya.
Menyelesaikan acara MOS yang sedang berlangsung. Kabar gembira untuk para peserta MOS lain, tapi tidak dengan ke-tujuh orang itu. Karna sebentar lagi, suara malaikat akan menyapa indra pendengarannya untuk membimbing mereka masuk ke dalam 'ruangan khusus' untuk pertama kalinya.
^~^~^
"Cabut aja, yuk?" Cowok berambut keriting yang tengah mengompres pipinya menggunakan sebuah es batu yang ia ambil dari dalam gelas sobat lainnya itu bersuara, mengalihkan perhatian seluruh penghuni meja.
"Yakali kita cabut di hari pertama MOS." respon si cowok berkacamata setelah selesai meneguk habis es tehnya.
Timpukan es batu yang datang dari arah Arkan tepat mengenai dahi Raynzal, "Lagian si goblog, baru hari pertama udah buat masalah aja heran."
Raynzal mengusap ganas dahinya, "Abis sekolah datar amat kayak dada Al, mana seru?"
Al yang namanya disebut terlihat menendang kaki Raynzal pelan, membuat pemiliknya tertawa geli saat melihat reaksi cowok itu, "Lo bandinginnya kenapa sama dada gue, bego!"
"Kan emang dada lo rata, nyet. Emang dasar simpenan lo aja yang pada bego, mauan sama dada rata." Cowok lain bernama Steve ikut berkomentar, membuat Al dengan gemas terlihat merangkul rekannya itu untuk membalaskan ucapan menyakitkannya.
Lain dengan Al dan Steve yang heboh, seorang cowok berambut biru muda yang tengah menghisap dalam-dalam rokok miliknya nampak dengan tenang berdiam diri. Terlalu malas untuk menimbrungi kelakuan-kelakuan aneh rekannya.
Selesai bercanda hingga membuat beberapa botol plastik terjatuh ke lantai, Steve mulai menargetkan mangsa baru.
"Ga, udah cari segem belom?" Pertanyaan isengpun dimulai, membuat orang yang ditanya menautkan alisnya santai.
"Segem apaan?" Tanyanya dengan malas-malasan.
"Senior gemay."
"Kayak lo ada aja, nyet." Timbrung Al yang masih serius dengan lebam di wajahnya.
"Sorry, gue udah gak main segem lagi. Tapi udah sampe ke tahap Casina."
Gantian dahi Al yang berkerut, "Casina?"
Alis Steve terangkat bangga, "Calon simpenan ena-ena."
Arga mendengus singkat, tak lama ia terlihat membuang puntung rokoknya ke lantai sebelum menginjaknya. Tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan tak penting Steve.
Dan hal itu, jelas saja membuat Steve geram. Belum puas dengan keisengannya membuat cowok itu menggeser bokongnya untuk mendekati Arga kemudian merangkul cowok itu.
"Ga, lo gak denger kata Raynzal tadi, hidup itu jangan datar banget kayak dada Al," lanjutnya dengan nada serius.
"Derren yang kacamatanya tebel aja udah punya cewek, yakan, Ren?" Steve mengalihkan pandangannya ke arah rekan lainnya, "Siapa namanya? Dela?"
Tepukan kencang pada kepala Steve membuat cowok itu mengumpat pelan pada Richard, "Dela mantan gue, goblog."
"Dilla." Perbaiki Derren yang membuat cowok itu mengangguk-ngangguk mengerti sebelum kembali pada mangsanya.
"Gak ada yang tipe gue." Jawaban terpanjang Arga hari ini terucap, dan Steve merasa bangga akan hal itu. Karna dirinya berhasil membuat sobatnya yang irit ngomong itu mengeluarkan lima kata.
"Makanya nakarin tipe jangan ketinggian, kalo mau yang sempurnamah pacarin aja model Victoria's Secret."
Derren yang baru kali pertama mendengar ucapan bijak Steve terlihat mengangguk-nganggukan kepalanya setuju. Sedangkan Al dan Raynzal bertepuk tangan bangga.
Jarang-jarang otak isi tai itu bisa berfikir serumit tadi. Biasanya, dua kali dua saja ia harus menggunakan kalkulator sangking malasnya berfikir. Ini fakta.
"Minum dulu boss, kasian tenggorokan lo, berat banget pasti abis mikir bijak gitu." Al menyerahkan segelas penuh minuman berisi coca-cola dihadapan Steve.
Dan tanpa menyadari wajah busuk Al, cowok itu terlihat dengan santainya meneguk ganas minuman itu. Membuat Raynzal yang melihatnya sekuat mungkin tak meledakkan tawanya sekarang juga.
Walau di akhir, pertahanannya itu gagal sehingga semburan tawa tak dapat lagi terelakan.
"ITU MINUMAN BEKAS AL KOBOK-KOBOK BUAT AMBIL ES BATU!"
Semburan sempurna keluar dari bibir Steve, dan sialnya, semburan itu mengarah tepat pada wajah dan baju seragam Arkan.
Membuat tawa siapapun pastinya semakin meledak. Tak heran jika Raynzal hampir mati kehabisan oksigen.
"Si anjing! Pantes ada pasirnya!" Umpatan garang itu keluar dari mulut Steve, tangannya mencoba untuk menghilangkan bekas minuman yang menempel pada bibirnya.
"Harusnya yang ngomong gitu gue, bangsat." Gantian Arkan yang mengomel dengan mata terpejam.
Tak lama cowok itu terlihat bangkit, berniat pergi ke toilet untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada tubuhnya. Bahkan kalau bisa ia mandi wajib.
Beberapa kali cowok itu mengusap-ngusap baju berwarna putihnya, berharap dengan melakukan hal itu, noda yang tertempel disana dapat menghilang.
Namun karna terlalu memperhatikan bajunya, Arkan sampai tak memperhatikan jalan yang membuatnya tak sengaja menabrak tubuh seorang gadis berbadan mungil.
Dengan lemahnya, gadis itu jatuh duduk ke atas lantai tanpa mengeluarkan rintihan apapun. Arkan yang merasa bersalah terlihat membantu gadis berseragam SMP itu untuk berdiri.
Bahkan sampai manik mereka bertemu dalam waktu hitungan detik, tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun.
Mata Arkan sibuk memperhatikan wajah sempurna ciptaan Tuhan yang saat ini sedang dihiasi mata sembab dan hidung yang nampak kemerahan
Tak dapat dipungkiri lagi kalau gadis berambut panjang itu baru saja menangis. Menangis hebat malah, karna Arkan masih dapat mendengar sisa-sisa sesegukannya.
Sedangkan sang gadis yang entah muncul dari mana itu memilih untuk beranjak. Berjalan pergi meninggalkan kekaguman Arkan yang belum juga bisa melepaskan pandangannya dari punggungnya yang berjalan menjauh.
Sesekali matanya berkedip, menyadari kalau apa yang ia lihat itu bukanlah ilusi semata.
"Dia siapa?"
^~^~^
CUPSKY:
HUAAA
Banyak banget cobaan mau up part ini. Mulai dari sinyal aku yang tiba-tiba ilang, terus wattpad eror, sampe tulisan ke apus jadi harus nulis ulang.
Yang follow akun Shanin's Diary di instagram pasti tau kalo aku bakal update special part untuk mengulang kembali masa-masa persahabatan mereka dulu~
Belum tau bakal bikin berapa part, tapi kayaknya sih banyak hahahha
Are u ready??????
Wohooo~~
See, ya!
Ketjup,
SIDONSKY💋
YOU ARE READING
Shanin's Diary (Open Pre-Order)
Teen Fiction#6 in teenfic - 9 Mei 2018 [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Siapa yang tak mengenal 7 cowok tampan tapi nakal yang terdiri dari Arg...
•Special Part ( 1 )
Start from the beginning
