Kinan 1

38.7K 929 28
                                    

Sudah lebih dari tiga puluh menit, wanita yang sering disapa Kinan hanya diam menunduk, dihadapannya seorang lelaki keturunan Belanda sama-sama diam.

Mereka sibuk dengan pemikiran mereka sendiri, tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membuka diri.

Sesekali Kinan melirik pada arena bermain anak yang disediakan ditempat tersebut, saat melihat anak jagoan itu baik-baik saja, Kinan tersenyum tipis dan kembali sibuk mengamati jus jeruk dihadapannya.

"Nan.."

Kinan mendongak mendapati tatapan teduh dari Mario, pria yang sudah 2 tahun ini ada disampingnya, lebih terapinya memaksa disampingnya.

"Bagaimana?" Lanjut Mario.

Kinan mendesah dan mencondongkan tubuhnya, ia menggenggam tangan Mario yang ada diatas meja.

"Sepertinya aku belum bisa Mar."

Mario terkekeh pelan, ia melepaskan tangannya yang di genggam Kinan lalu berbalik menggenggam tangan mungil itu.

"Selama apapun nan, selama apapun aku bakal nunggu kamu."

"Maafin aku Mar, aku belum bisa balas perasaan kamu." Karena dia masih terpatri mantap dihatiku, entah sampai kapan.

"Mami...." Kinan menoleh pada anak lelaki berumur 4 tahun yang memanggilnya. Kinan mengambil anak itu kepangkuannya.

"Vano Capek?"

Vano mengangguk dan mengucek matanya dengan tangan, Kinan mengusap kepala Vano penuh sayang.

"Kayaknya kamu harus segera kembali ke kantor, aku juga harus segera ke Bandara."

"Aku antar kamu.."

"Kamu mau terlambat masuk kantor? Masa bapay manajer telat? Malu dong sama jabatan."

Mario tersenyum lalu mengambil Vano, menggendongnya dengan hati-hati karena anak itu sudah mulai tertidur.

"Kalau gitu aku antar kalian sampai taksi."

Kinan mengangguk dan mengikuti langkah Mario, andai... Andai saja hatinya bisa berkompromi, ia akan menerima Mario dengan senang hati, namun nyatanya rasa cinta pada lelaki itu belum juga hilang sampai saat ini, walau sudah 5 tahun berselang, walau sudah 5 tahun tak berjumpa.

Suasana kota Jakarta siang ini sungguh padat, ditambah hujan yang mengguyur tiada hentinya, Kinan masih setia bertahan didalam taksi menuju Bandara, entahlah perasaan Kinan tak menentu, karena hari ini ia akan bertemu dengannya, bertemu dengan lelaki yang sudah ia tunggu selama ini, selama 5 tahun, padahal lelaki itu meminta.

Satu bulir air mata buru-buru ia seka saat jatuh ke pipinya, Kinan mencoba tersenyum, walau hatinya sebenarnya menangis, menangis karena masih mencintai lelaki itu.

Satu jam berselang, ia sampai di dibandara, dengan kaki mungil ia terus melangkah sambil menggendong Vano yang masih betah dengan tidurnya.

Kinan berdiri dipintu kedatangan, demi tuhan hatinya berdebar, ia sungguh tidak sabar, andai ia masih boleh mengucapkan rindu, sungguh ia ingin berteriak rindu pada orang itu, orang yang berhasil mencuri dan mematahkan hatinya, membawa hatinya pergi bersamanya.

Mata Kinan beredar, namun orang itu masih belum terlihat, sampai matanya terkunci pada sosok lelaki gagah dengan rambut cepak ala militer Indonesia.

Scorpio Andrew Kusuma, lelaki yang sudah mencuri hatinya, lelaki yang sudah memilih menetap di Paris dan meminta Kinan melupakannya,

Nyaris saja Kinan tidak menyadari sosok itu jika saja ia lupa akan tatapan mata yang nyatanya masih sama teduhnya dengan tatapan 5 tahun yang lalu.

KINANTIWhere stories live. Discover now