01

206 12 27
                                    

|||
Jangan dihindari. Karena masa lalu bukan hanya untuk dilalui. Tapi diperbaiki.
|||

Sudah se-jam lebih gadis berhijab polos berwarna navy itu berdiri di seberang jalan. Sesekali ia menengok ke arah jalanan. Masih belum datang. Jakarta macet hari ini. Dan entah keberapa kalinya juga gadis itu merutuki kebodohannya.

"Udah tahu dia pasti gak bakal datang. Tapi, oonnya gue tetep aja nunggu dia."

Hendak melangkah meninggalkan tempat dimana sejak tadi ia berdiam diri. Sebuah mobil sudah menghadang langkahnya. Dan terpaksa membuat gadis itu menggerutu kembali.

Seseorang berjas hitam lengkap dengan kemeja putih dan dasi hitam  yang masih melekat rapi di kerah kemejanya. Keluar dari mobil hitam yang entah buatan mana.

"Datang juga lo. Kirain gak bakal datang!" sewot gadis tersebut pada lelaki di hadapannya.

Sedang, si pelaku hanya nyengir kuda. Bingung harus berkata apa pada mantan pacarnya sewaktu kelas sepuluh itu.

"Udah ah gue mau cabut. Mending sekarang lo minggir. Udah pegel kaki gue nungguin mantan laknat kayak lo!" tak kira-kira ia berkata.

"Hey, hey, nona cantik jangan marah." Sial, rutuknya. Lelaki di hadapannya itu selalu saja bisa membuat pipinya merah merona.

"Udah ah gue tahu lo bicara gitu cuma buat gue supaya baik ama mantan kayak lo?!"  harusnya ia merutuki ucapannya tadi. Percaya dirinya terlalu akut kalau masalah perasaan.

"Eh? Emang ada yang salah ama ucapan gue? Jangan-jangan lo ngarep ya gue ngucapin kayak tadi?" Sial, ya, sombongnya pasti kembali.

"Apaan dah. Udah ah, gue cabut. Pegel nih. Mau makan!" melangkah lagi. Melewati mantannya itu. Tapi, tangannya dicekal oleh mantannya itu.

Dia berbalik. "Kenapa?" melembut. Seperti de javu dalam hidupnya.

"Kamu 'kan nungguin aku. Sekarang mending ikut aku makannya ya?!" tenggorokannya tercekat. Bicara apa tadi? Aku-kamu? Mulutnya hanya menganga. Sedang tubuhnya sudah dibawa masuk ke dalam mobil mantannya itu.

Andai kamu tahu, ya, andai. Ia hanya bisa tersenyum miris melihat kondisinya sekarang. Ia tahu, bahwa semua yang telah hilang tidak akan bisa kembali. Walau kembali pun pasti tak akan utuh. Seperti uangnya yang hilang dicopet anak kecil sewaktu main bersama Reno. Lelaki yang kini menyandang status sebagai mantannya.

"Kamu kenapa sih? Aku ajak kamu 'kan bukan buat balikan. Santai aja." sontak ia memutar cepat lehernya. Apa? Andai dia tahu. Kalau sebenarnya gadis itu. Sangat mau diajak balikan. Ah tapi sudahlah, masa lalu biar jadi masa lalu. Kata orang begitu.

"Apaan sih kamu ini?!"

"Sekarang pakai aku-kamu lagi bicaranya. Jadi inget dulu ya masih pacaran?". Senja hanya bisa tersenyum miris. Betapa bodohnya lelaki di sampingnya itu. Masih sajakah mengulas hal yang sudah berlalu?

"Ren, ayo ah. Udah laper. " rengeknya. Padahal ia berkata manja seperti itu agar bisa mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya. Ayo makan." senyuman yang dinantinya ia lihat lagi. Setelah enam tahun ia tak dapat melihat senyuman itu.

Rindu, Pulanglah PadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang