Part - 12

12.8K 945 78
                                    

Happy Reading..

Typonya banyak

__



"Lo ko jadi mantan janda begonya kebangetan si Lis."

Olin masuk kedalam ruangan Ellisa, dengan mulut menggerutu tidak jelas. Meletakan tasnya diatas meja kerja Ellisa lalu menatap wajah murung sahabatnya.

"Masa naklukin brondong aja nggak sanggup? Lo sehat" oceh Olin yang kali ini menyenderkan tubuhnya disisi meja kerja Ellisa.

Ellisa hanya berdecak pelan, meletakan berkas yang tadi ia baca ketempatnya lagi. Rasanya keputusan curhat kepada Olin bukan pilihan yang tepat.

Bawelnya Olin ini lah yang membuat Ellisa merasa tambah pusing. Belum lagi memikirkan suami kecilnya yang semakin hari semakin membuat Ellisa belingsatan.

Sejak kemarin jalan-jalan malam bersama Dhefin, Ellisa tidak bisa tidur tubuhnya seakan menolak, otaknya selalu saja memikirkan hal-hal yang menambah matanya tidak bisa terpejam.

Dhefin sih enak pulang-pulang langsung tidur tanpa memikirkan betapa kepengennya Ellisa malam itu. Sudah melihat orang pacaran ditempat sepi, melihat mobil bergoyang benar-benar menambah kegilaan otak Ellisa.

Dan Olin lah yang saat ini menjadi sasaran Ellisa, menumpahkan segala keresahannya lewat telpon hingga Olin harus datang ke kantor Ellisa.

"Dia polos-polos gemes tau Lin."

"Polos? Ya lo racunin lah otaknya biar fokus sama selangkangan."

Ellisa menatap Olin dengan tatapan sangarnya, meracuni otak Dhefin itu sedikit sulit-sulit gampang, kadang mudah kadang sangat sulit karena Dhefin kekuatan Imannya cukup kuat untuk menahan segala macam godaan-godaan laknat darinya.

"Susah tau.."

Olin tersenyum lalu memutar tubuhnya menghadap Ellisa "Alaah gampang, lo cipok aja tiap hari nanti juga ketagihan." ujar Olin enteng.

"Justru gue yang ketagihan Lin." ucap Ellisa lirih.

"Lo nya aja yang nafsuan."

Ellisa cemberut, memalingkan wajahnya seraya memikirkan kata-kata Olin. Persaan Ellisa mengatakan, selama ini ia tidak terlalu benafsu hanya sedikit kurang sabaran, dasar Dhefin nya saja yang belaga nolak.

"Dia masih bocah Lin."

"Ya bocah umurnya Lis. Kalau tenaga mah udah gede kali."

"Tapi.."

"Tapi apa lagi? Lo kelonin aja gih tiap hari, nanti dia nagih ko kepengen lagi."

Olin bergeser menarik kursi yang ada didepan meja Ellisa lalu duduk disana. Sedikit sulit mengajari sahabatnya yang satu ini karena Ellisa terlalu lama berpuasa, daya ingatnya sedikit menghilang termakan usia.

"Ajakin di nonton film...."

"Udah. Dan dia ngatain gue mesum." sambar Ellisa kesal bila mengingat kejadian itu.

Tawa Olin pecah membayangkan nasib sahabatnya yang kurang beruntung. Andai saja dulu Ellisa mau menikah dengan pria-pria tua yang kaya akan pengalaman.

SERATUS JUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang