Delapanbelas

2.7K 257 18
                                    


(Namakamu) bergegas masuk ke dorm setelah membayar jasa taksi yang ia tumpangi. "Iqbaal mana?" Tanyanya saat tidak mendapati Iqbaal ikut bergabung dengan yang lainnya di ruang kumpul.

Ray menoleh, melayangkan tatapan bingungnya, "Di kamarnya, dia gak keluar kamar lagi setelah dari acara penghargaan tadi padahal kita lagi rayaiin kemanangan ini." Jawab Ray sembari menunjuk cemilan-cemilan dan minuman soda yang terletak tidak beraturan di atas meja.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, (Namakamu) langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Iqbaal. Meninggalkan Ray, Bagas, dan juga Abi yang menatapnya dengan alis mengernyit.

"Kak (Namakamu) kenapa?" Tanya Bagas menatap Abi dan Ray bergantian. Yang langsung dijawab dengan angkatan bahu oleh keduanya.

(Namakamu) membuka knop pintu kamar Iqbaal perlahan, senyum terukir di wajah manisnya saat mendapati Iqbaal tengah bersandar di headboard tempat tidur yang ternyata tengah menatap ke arahnya.

(Namakamu) berjalan menghampiri Iqbaal, lantas duduk dipinggir kasur, "Kenapa gak ikut gabung sama yang lain?"

"Lah, kakak aja gak ikut gabung jadi ngapain Iqbaal ikut," Jawab Iqbaal sekedarnya.

Suasana hening menguar dalam ruangan yang di dominasi warna krem ini. Iqbaal maupun (Namakamu) sama-sama terdiam cukup lama. Saling menatap satu sama lain, dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Dan Iqbaal lah yang menjadi orang pertama yang mengalihkan pandangannya, tidak kuat jika ditatap intes seperti itu oleh orang yang bahkan menggantungkan dirinya, perasaan Iqbaal.

"Habis dari mana tadi?" Tanya Iqbaal tanpa menatap lawan bicaranya, bola matanta mengedar menatap ke sembarang arah.

"Habis dari bukit."

"Ngapain ke bukit malam-malam, kayak gak ada tempat lain aja." Ketus Iqbaal.

Sudut bibir (Namakamu) berkedut, ingin tersenyum melihat tingkah Iqbaal. Lah, apa kabar sama dia yang bawa (Namakamu) ke pantai waktu itu malam-malam.

"Lihat bintang, tempatnya asik." Jawab (Namakamu) sembari menahan kekehannya yang hendak keluar karena wajah merajuk Iqbaal.

"Asikkan juga pantai."

"Bukit sama pantai sama-sama as—"

(Namakamu) menghentikan ucapannya saat mendapat tatapan tajam dari Iqbaal. Lelaki itu menatapnya dalam membuat (Namakamu) tidak bisa berkutik, bahkan lengan kokoh Iqbaal sudah bertengger di kiri dan kanan bahu (Namakamu).

"Kak (Namakamu) aku cinta sama kakak," Kata Iqbaal penuh penekanan, "Kakak ngerti gak sih?" Gumannya pelan, namun masih menatap intes manik (Namakamu).

"Hah? Baal, kita ini kakak-adik lho." Ujar (Namakamu) seolah-olah terkejut, masih tidak percaya dengan perkataan Iqbaal walaupun pria dihadapannya itu sebelumnya juga mengungkapkan perasaannya.

"Aku gak perduli, toh kita bukan saudara kandung. Aku sakit lihat kakak jalan sama cowok lain, lihat kakak ketawa karena cowok lain, tambah sakit lagi lihat kakak natap cowok lain dengan tatapan memuja. Aku—"

Cup..

Ucapan Iqbaal terpotong karena (Namakamu) mengecup pipinya kilat. Mata Iqbaal melotot, tidak percaya akan kejadian yang baru saja terjadi.

"Udah cukup, maaf untuk semuanya," (Namakamu) tersenyum simpul, sementara Iqbaal masih membatu dihadapannya, "dan maaf karena aku baru sadar ternyata aku gak bisa jauh-jauh dari kamu. Rasanya aneh, kayak ada yang kurang saat kamu diamin aku. Nyatanya aku butuhin kamu dihidup aku, boleh kan aku minta satu hal sama kamu?"

Sister Complex Ft. Iqbaal Ramadhan✔Where stories live. Discover now