Lima

3.3K 402 19
                                    

"Baal, kemarin malam pulang jam berapa?" (Namakamu) meletakkan sandwich buatannya dihadapan Iqbaal. Menatap tajam pada Iqbaal.

"Kakak tahu kamu udah besar, tapi tetap aja bagi kakak kamu itu adek kakak yang masih kecil. Lagian apa wajar anak masih kelas 12 pulang ke rumah selarut itu?"

Iqbaal menundukkan kepalanya. Merasa bersalah pada (Namakamu). Ia semalam sampai rumah jam 2 dini hari dan mendapati tubuh sang kakak tidur diatas sofa dengan kaki yang ditekuk. Dan saat Iqbaal akan mengangkat tubuh (Namakamu) untuk memindahkannya ke kamar, gadis itu terbangun.

"Maaf kak, Iqbaal pulangnya jam 2 pagi." Guman Iqbaal.

"Iqbaal, kamu kan udah kakak bilangin jangan main ke tempat yang gak seharusnya kamu datangin." Ujar (Namakamu) dengan mata yang sedikit melotot.

"Iya kak, Iqbaal gak ngapa-ngapain kok disana. Iqbaal cuma nemenin Ray nyari anggota band aja, gak megang minuman sama sekali."

"Beneran?"

Iqbaal mengangguk mantab, sembari mengangkat tangan dengan jari telunjuk serta jari tengahnya membentuk huruf 'V' simbol peace. "Beneran, kak."

(Namakamu) menepuk pundak Iqbaal pelan, kemudian mengusap punggu kekar adiknya itu lembut. "Sukses ya untuk restu band. Kamu pasti bisa raih apa yang kamu impikan selama ini, jadi gitaris band terkenal."

Iqbaal tersenyum simpul menatap wajah manis kakaknya itu. "Makasih kak, kakak selalu ada untuk Iqbaal. Love you."

"Love you too."

☆☆☆

Iqbaal dan Ray duduk berhadapan, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Iqbaal sibuk memperhatikan setiap gerak-gerik kakaknya yang tengah melayani pembeli. Sementara Ray sibuk  melihat jam yang melingkar di pergelangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 15.30 siang.

Ray berdecak kesal melihat Iqbaal yang tengah tersenyum memperhatikan satu objek yang tengah berdiri dibalik meja kasir di dalam mini market sana.

"Maaf ya gue baru sampai."

Ray langsung menoleh kearah sumber suara dan langsung mendapati Bagas berdir di antara dirinya dan Iqbaal masih mengenakan seragam SMA lengkap.

"Akhirnya lo datang juga, Gas, duduk gih," Ray tersenyum mempersilakan Bagas untuk duduk. "Lo mau minum ini gak?"

Ray bertanya sembari mengangkat gelas es dawet miliknya yang tinggal setengah gelas.

Bagas mengangguk antusias, sudah lama sekali ia kepingin minum es dawet tapi selalu dilarang oleh mamahnya. Karena menurut pemikiran beliau es dawet bukanlah minuman yang baik untuk anak sematawayangnya itu.

"Baal, beliin Bagas es dawet sana."

"Lah kok gue, kenapa gak lo aja sana." Sanggah Iqbaal.

"Gue mau ngobrol dulu sama Bagas, lo juga dari tadi cuma duduk diam merhatiin kak (Namakamu) aja. Lagian dekat tuh, tinggal nyebrang aja."

Iqbaal berdecak kesal namun tetap beranjak dari duduknya untuk membelikan Bagas segelas es dawet. Aktivitasnya memperhatikan (Namakamu) terganggu karena Ray yang seenak jidatnya menyuruh Iqbaal.

Tidak sadarkah Iqbaal dibalik meja kasir itu, (Namakamu) juga memperhatikannya. Bahkan gadis itu terkekeh saat melihat wajah kesal Iqbaal.

"Lo mau ngomongin apa, gue gak bisa lama-lama disini. Setengah jam lagi gue bakalan dijemput."

Ray berdeham sebentar. "Jadi gini, Gas, gue mau nawarin lo gabung sama band gue. Lo bakalan jadi vokalistnya."

"Gue gak bisa—"

Sister Complex Ft. Iqbaal Ramadhan✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora