45.palestina

2.3K 116 2
                                    

"negara mulia nan suci yang terzalimi para zionis"
Rajwa'

Beberapa menit lalu terdengar suara pramugari yg memberitahukan kami akan mendarat di Palestina.
Secepat mungkin wajahku kuarahkan kejendela pesawat,
Terlihat warna langit yg belang paduan awan gelap dan terang.
Gelap karena hari yg mulai disinggahi bulan dan terang dengan bom dan segala senjata api yg ada.

"Hey..na bangun liat kita mau nyampe...bangun"
Kugoyahkan tubuh ghina agar ia terbangun dari mimpi indahnya.
"Emm..apa sih masih lama"
Ia menggeliat malas mendorongku untuk terus menjailinya.
"Ih bangun....bangun putri tidur"
Aku mencubit pipinya gemas.
"Ih sakit tau,iya nih bangun"
Ghina membuka matanya dan menatapku.
"Apa sih Ra ganggu aja"
Protesnya.
"Liat kita udah mau mendarat."
Ucapku membela diri.
"Oh..."
Ucap ghina singkat.
Aku mengerucutkan bibir.
Tak ku hiraukan tingkah ghina dan aku mulai bersiap untuk menginjakkan kaki di tanah suci ini.

Pesawat mendarat perlahan dan rasanya aku masih bermimpi namun sebisa mungkin aku meyakinkan diriku bahwa ini nyata.
"Na..."
Ucapku lirih memejamkan mata.
"Kenapa Ra?"
Ghina menoleh kearahku.
"Terharu"
Tercetak senyum bahagia di bibirku.
"Aku bahagia Ra"
Ghina pun merasakan apa yg kurasa.
"Yuk turun"
Ajak ghina dan aku antusias.
Tiba giliranku untuk turun.
'bismillah'
Gumamku dalam hati kutapakan kaki kananku di tanah Palestina.
Seketika air mataku jatuh halus melewati pipiku.
"Masyaallah"
Aku bergumam pelan dan memegangi wajah masih terharu.
Ghina memelukku dari belakang.
Kami tersenyum mengucap syukur bahkan dokter lain bersujud syukur karena Allah masih memberikan kami takdir indah.

Kami tak menunggu lama dan kami langsung disambut pasukan militer dari berbagai tentara.
"Ahlan wa Sahlan ya tobib..."
Sapa salah satu kepala jendral tampan disana.
"Ahlan bika"
Kami menjawab kompak.
"Oke Assalamu'Alaikum perkenalkan nama saya Muhammad faqih Mumtaz saya disini akan menjadi pelindung kalian"
Ucapnya namun diperkatan 'pelindung' ia melirik arahku dengan seulas senyuman.

Aku hanya membalas senyumnya.
Kami bersiap memasuki mobil yg akan mengantar kami ke rumah sakit tempat kami bertugas.
"Kamu Rajwa? Mari sini"
Ajak seorang jendral yg akrab dengan panggilan kapten faqih.
"Iya..ada apa kapten?"
Aku menjawab lembut.
"Panggil kak saja...ini mobil yg akan antar kmu,masuklah bersama ghina"
Ucapnya yg tau namaku bahkan ghina ini aneh...

"Iya.. terima kasih"
Tak menunggu waktu lama aku mengajak ghina masuk ke mobil itu.
"Ayo berangkat pak"
Ucap kapten faqih memerintah.
"Apa kabar kmu Rajwa,ghina?"
Tanyanya ramah.
"Alhamdulillah"
Jawabku dan ghina kompak.

"Kapten tau nama kami?"
Selidikku.
"Iya"
Kapten faqih tersenyum am menjawab singkat.
"Dari mna kapten?"
Tambah ghina penasaran.
"Seseorang kembaran ku"
Jawabnya dengan senyum sedih.
"Jadi anda punya kembaran?"
Ghina tak percaya.
"Iya..sudahlah jgn bahas lagi"
Kapten faqih menyudahi percakapan ini.

'aneh kenapa kak faqih tau aku padahal belum kenalan,punya kembaran? Kembarannya tau namaku sama ghina lagi'
Hatiku bertanya-tanya kenapa bisa.
Sudahlah yg penting sekarang aku harus melakukan yg terbaik untuk pasien disini.

Mataku tak henti ingin meneteskan air mata saat melihat langit yg dihiasi puluhan letusan bom.
Sedih rasanya negara suci ini terkhianati.
Sampai mataku terlelap karena lelah yg datang.

---

"Dokter dari Indonesia yg akan bertugas disini ada 8 orang terbagi dari 2 dokter bedah 4 anastesi 2 umum"
Ucap kapten faqih berdiri tegap di depan UGD.
Namun dari yg disebutkan aku hanya melihat 5 orang rekanku dimana 2 lagi??

Mataku menelusuri seluruh penjuru tempat namun tak kutemukan.
"Maaf kak,dimana 2 dokter lagi?"
Akupun angkat suara.
"Oh,mereka dalam perjalanan Ra"
Jelas kapten faqih dengan senyum yg persis seperti bang Fatih.
"Setelah ini kalian bisa istirahat atau melihat sekeliling rumah sakit ini.. sekarang silahkan kalian istirahat."
Kapten Faqih menyudahi pertemuan ini.

RAYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang