5 jam pemotretan tanpa henti, bukan kendala besar memang bagiku. Tapi yang menjadi masalah disini adalah sepasang mata elang itu yang menatap tanpa henti dibalik layar monitor komputer yang sedang memeriksa beberapa hasil pemotretan ku. Dia terlihat sangat serius, bahkan sangat teliti menilai jepretan foto itu tanpa satu detail pun yang terlewat dari obyeknya. Kupikir benar kata Loey, jika dia seseorang yang ambisius. Dia benar-benar tipe pemilih.

Aku mengangkat gaunku setengah lutut. Pemotretan hari ini memang telah usai. dan esok rencananya akan dilanjutkan dengan syuting iklan. Benar-benar hari yang melelahkan. Nafasku terdengar berhembus teratur. Aku menatap sekeliling. Dan tanpa sadar mataku menemukannya, dia adalah Seo Kang Joon.

———

Dulu saat aku masih sangat muda, Ayahku melatih Kangjoon dan Loey bermain anggar. Ayahku berkata jika ia bertemu dengan kedua bocah itu, saat mereka membantu mendorong mobil ayahku karena kedua roda belakangnya selip di jalanan bersalju. Ayahku berkata jika ia sangat berterimakasih pada mereka dan menawari mereka untuk bermain anggar, tak hanya itu, Ayahku juga bersedia  menjadi guru privat mereka.

Jangan salah, meski ayahku adalah seorang yang pandai bergelut dibidang politik, tapi prestasi olahraganya sungguh membanggakan. Anggar adalah spesialisnya. Bahkan saat masih muda, ayahku sering menjadi juara nasional disetiap tahunnya, hingga mendapat sebuah penghargaan dari kepala negara.

———

Yeah, tentang hubungan ku dengan Kangjoon,  Kua kui memang dulu pernah sedikit menyukainya. Menyukai Kangjoon sebagai lelaki, yang saat itu dia berperan sebagai kakak laki-laki untukku, kami dekat bahkan terlampau dekat. Dia pria yang tangguh. Dulu waktu kecil, dia selalu mendengarkanku bercerita, menemaniku bermain hampir setiap harinya, hingga bekerja sama membuat jebakan untuk Loey di hari ulang tahunnya.

Tetapi, seiring berjalannya waktu, Aku merasa biasa saja padanya. Bahkan, ada sedikit rasa was-was, takut, marah serta kecewa yang menyelinap dalam diriku terhadap dirinya.

Ya, itu semua karena kejadian buruk, sebuah peristiwa yang membuat diriku terguncang sementara. Pikiranku terus berputar, teringat dengan kejadian dulu yang memang tak pernah luntur dari memoriku.

Kejadian terburuk yang pernah ku alami, yang begitu membekas dihatiku hingga sangat sulit untuk menutupnya hingga rapat. Peristiwa itu dimulai saat pesta launching salah satu acara fashion.
Hingga saat malam itu, sesuatu yang hampir saja melukai diriku. Intinya, Pesta malam itu tak kan pernah bisa kulupakan. Dimana aku yang menunduk ketakutan dipojok balkon ballrom dengan cucuran air mata yang membasahi pipi.

Flashback On

Kejadian sebelumnya sungguh membuat ku trauma. Di usiaku yang masih 25 saat itu. Aku melihatnya—seo kang joon, berdiri membelakangi diriku. Ku ambil kesimpulan dia mabuk berat sebab kedua tangannya menumpu pada pagar balkon dengan sebotol bir ditangannya yang tinggal setengahnya. Kepalanya terlihat menunduk. Bisa jadi, akibat efek alkohol yang terlalu berlebihan.

Mungkin dia menyadari kehadiranku. Dia membakikkan tubuhnya menghadap padaku. Melihatku dengan matanya yang menyipit, seolah menelisik siapakah diriku ditengah banyaknya tamu undangan disana. Aku mulai merasa gelisah dengan tatapannya yang seolah terlihat liar, Seakan-akan tatapan seorang predator kepada mangsanya. Langkahnya mendekatiku dengan begitu cepat. Aku menahan nafas ketika dia menarik pinggang ku. Mengamati kedua mataku dengan tidak biasa.

Mataku membelalak lebar ketika dia dengan lancangnya menciumku dengan kasar. Melumat bibirku dengan gairah yang membara. Sontak aku berusaha mendorongnya. Tapi apa daya jika pinggangku dicekal erat olehnya. Tanganku memukul-mukul dadanya untuk membuatnya sadar. Gila memang, dia mencumbu diriku diluar kesadarannya. Bahkan aku hampir kehabisan nafas. Decapan bibirnya terlihat begitu tergasa. Apa lagi saat tangannya membelai punggungku dan mencoba mengusapnya pelan.

Red Sensation (YoonHun)Where stories live. Discover now