0.02

3.3K 140 10
                                    

Jejeran laki-laki dengan seragam berantakan tampak tak menggubris perkataan guru di hadapan mereka yang tengah berbicara panjang lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jejeran laki-laki dengan seragam berantakan tampak tak menggubris perkataan guru di hadapan mereka yang tengah berbicara panjang lebar. Mereka dipanggil karena terlambat masuk kelas. Bagaimana tidak terlambat? Lapangan belakang jauh dari jangkauan bel sekolah, maklum kan jika mereka tidak mendengar bel?

“Bu, sambil duduk dong, pegel nih,” keluh Ravel.

“Tau nih, kita kan cuma terlambat berapa menit doang,” Andra menatap jengah pada guru di depannya.

“Ravel, Andra, khusus kalian saya tambah hukumannya. Pulang sekolah cabuti rumput di taman depan kelas X-Mipa 1.” Final Bu Rika. Andra dan Ravel kompak membuang nafas kesal atas perintah Bu Rika.

Bu Rika kembali menceramahi mereka panjang kali lebar kali tinggi, seolah tak peduli dengan keadaan keempat laki-laki dihadapannya yang mulai merasakan panas telinganya.

Tok..tok..tok...

Perkataan Bu Rika terhenti saat terdengar suara pintunya diketuk. Keempatnya spontan menoleh ke arah pintu saat Bu Rika mempersilahkan masuk.

“Ada keperluan apa?” Bu Rika menatap kesal ke arah siswi berambut pendek tersebut.

“Kok ibu tanya saya?” siswi tersebut mengerutkan alisnya bingung.

“Kenapa kamu malah tanya balik ke saya?” diam-diam ketiga laki-laki yang masih berdiri tersebut menahan tawanya.

“Kata Pak Ari, ibu manggil saya ke ruangan ini,” Bu Rika terhenyak di tempatnya, bisa-bisanya ia membuat malu dirinya sendiri.

Kali ini, tawa ketiga laki-laki tersebut meledak, kecuali salah satu dari mereka. Ia hanya menatap datar sekitarnya.

“Diam kalian, berani-beraninya kalian menertawakan saya,” Bu Rika melotot ke arah tiga laki-laki yang tertawa di tempat.

“Bu Rika malu nih yee,” ledek Andra.

“Dibuat malu dengan orang yang sama,” wajah Bu Rika semakin merah padam.

“Isi data diri kamu,” gadis itu menerima sebuah map biru dan bolpoint yang guru itu berikan padanya. Ia mengangguk, lalu mulai mengisi data dirinya tanpa mempedulikan keempat kakak kelasnya yang tampak memperhatikannya.

“Ini saja kan, Bu? Kalau gitu saya permisi,” siswi tersebut menyerahkan kembali map tersebut. Ia keluar dari ruangan konseling untuk kembali ke kelasnya.

Selang beberapa detik siswi tersebut keluar, laki-laki yang sejak tadi menatap datar sekitarnya ikut berdiri untuk keluar dari ruangan itu.

“Hey, mau kemana kamu? Duduk lagi! Saya belum selesai berbicara,” laki-laki itu tetap diam tak peduli, teman-temannya ikut menyusul laki-laki tersebut.

See you, Bu Rika!” goda Andra sambil mengedipkan matanya.

“AWAS SAJA YA KALIAN BEREMPAT!” Bu Rika menghela nafasnya berat, lalu mengurutkan keningnya pelan. Keempat anak laki-laki didiknya saja sudah cukup membuat tenaganya terkuras karena marah-marah setiap hari, dan sekarang? Tenaganya mungkin akan habis karena kedatangan murid baru yang selalu bisa membalikkan kata-katanya.

SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang