Broken

23 2 0
                                    

Aku lebih takut diperkosa saat hidup daripada mati dalam keadaan dibunuh. Itu yang membuat ku merasa shock kemarin. Bagaimana tidak? Bila wanita sudah kehilangan kehormatannya, maka ia tidak akan pernah dipandang sempurna lagi. Bahkan oleh hati kecilnya sekalipun.

Setelah aku trauma, Richie mengantarku kerumahku lalu dia pamit pulang. Hari ini aku sedang tidak ingin kemana mana, rasa takut masih menghantuiku. Untung saja kemarin polisi mengecap ku sebagai "korban". Lucunya, sebenarnya aku ini pembunuh yang berbalik menjadi korban. Menjijikan.

Aku memandang langit langit kamarku yang gelap, itu sengaja..karna langit kamarku kupasangi tumblr light warna biru muda. Aku menarik nafas dan menghembuskannya, mencoba rileks dan melupakan yang kemarin.

Tiba tiba pipiku ditarik oleh kedua tangan, aku terjatuh dari ranjangku. Aku menatap sang pemilik tangan, mata kami bertemu. Dan aku shock, bahkan rasa takutku kali ini lebih besar dari kemarin. Aku merangkak dan terduduk di pojok ruangan.

"Ma..maafkan aku, kumohon."

"Bagaimana kau bisa gagal dalam membunuh!? Bagaimana bisa?! Salahkan ajaran ku itu!? Hah?! Malu sekali aku punya anak didik sepertimu! Kau memang tak pantas menyandang na Redrum! Kau mempermalukan aku, Coraline!."

"D..daddy..pe..percayalah, itu kesalahan."

Daddy membanting pisau dapurnya.

"Kesalahan kau!."

Daddy berjalan ke arahku sambil menarik tangan ku.

"Jangan bunuh aku, Dad! Kumohon jangan!."

Tangan kiri Dad mencengkram rahang dagu ku.

"Baru kali ini aku dikecewakan olehmu, Coraline!. Biasanya kau tidak pernah mengecewakan aku. Apa yang terjadi padamu? Sudah jadi orang baik kah kau?."

"Aku sudah menusuknya, Dad. Tapi ternyata tidak dalam."

"Aku sudah mengajarkanmu, kan!?."

"Itu kesalahannya.a.. aku ti..tidak menusuknya dengan dalam, uhuk uhuk. Tetapi aku..menusuk pem..buluh darahnya."

Dia melepas cengkramannya, aku terduduk di lantai dengan terbatuk batuk.

"Lalu mengapa ia masih hidup? Bahkan ia sempat ingin membuka rokmu? Itu pertanda bahwa kau lalai!."

"Jika penusukan di pembuluh darah belum dalam, seharusnya korban tidak banyak bergerak untuk menghentikan pendarahan. Tapi setelah ku tusuk dan mengenai pembuluh darahnya, dia justru bergerak. Sendi mempengaruhi seluruh tubuh dan sel, makanya itu..sayatan ku berhasil mengenai pembuluh darahnya."

Daddy diam.

"Dad, jika dia diam setelah aku menusuknya, luka nya bisa saja pulih. Bodohnya, dia justru banyak bergerak untuk mengatasi aku yang meronta ronta. Itu kesalahan, tapi keberuntungan juga."

"Bodohnya kau membunuhnya dengan cepat, sudah kubilang siksa korban mu dahulu, Coralinus!."

"Tidak bisa, dia mengunci pergerakan ku dengan cengkraman nya di leherku."

"Jadi, kau tetap membunuhnya meski tidak menyiksa nya?."

"Tepat sekali, daddy."

"Tapi aku kecewa dengan cara membunuhmu, tidak sama seperti yang kuajarkan."

"Setiap orang punya caranya masing masing, Daddy. Kau tahu, aku belajar banyak darimu. Aku menyayangimu."

Ting tong (bunyi bel rumahku)

Daddy pun meloncat keluar jendela, dia pergi..dan aku bingung. siapa yang bertamu? Sampai sampai Daddy melarikan diri dengan cepat. Apakah polisi?

Aku turun dari kamarku menuju pintu dan membuka nya.

"H..hai..apa aku mengganggu?." kata Richie

Aku tersenyum. Mengganggu? Mana mungkin.

"Tidak, masuklah."

Richie masuk dan duduk di sofa ruang tamu ku.

"Kau tak apa?." tanya nya

Aku mengangguk

"Sudah lebih baik?."

"Tentu, terutama saat kau datang."

"Kau tahu? Aku mengkhawatirkan mu."

"Tentu saja aku tahu, terima kasih untuk semuanya."

Kami diam dan saling pandang untuk beberapa waktu yang lama.

"Ah iya, aku membawakan mu ini.." katanya sambil memberikan bungkusan kotak putih

"Apa ini?."

"Beberapa donat manis yang rasanya sangat lezat, O' Donuts. Ini favoritku, semoga kau menyukainya juga."

"Kau ini repot repot sekali."

"Ini tidak merepotkan ku sama sekali, menjenguk teman memang harus membawakan sesuatu, terlebih lagi jika itu teman spesial."

Aku diam tak berkutik, teman spesial?

"Hei.." katanya sambil menjentikkan jarinya

"Jangan melamun, Aline. Apa yang kau fikirkan?." lanjutnya

"Tidak ada."

Richie menggenggam tanganku

"Ada.. yang ingin.. aku bicarakan padamu."

Jantungku berdebar keras, dan dia diam.. Genggaman tangannya melemas

"Apa yang ingin kau bicarakan?."

"Hari ini bukan saatnya, mungkin nanti."

"Tapi.."

"Sudah cukup, Aline. Karna aku masih bisa mengontrol diri, lebih baik aku pamit pulang dulu." katanya sambil berdiri dan berjalan menuju pintu rumahku, berniat ingin keluar.

"Tu..tunggu." kata ku sambil mengejarnya

Dia masuk kedalam mobilnya

"Pembicaraan kita selesai hari ini, kita akan bertemu lagi di sekolah nanti."

Sepeninggal Richie, aku terdiam di halaman depan rumahku. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku bingung.. Tiba tiba sikap nya berubah drastis.

Aku memegang dada ku yang terasa sesak, entah mengapa rasanya sakit, tapi aku yakin tidak berdarah. Perasaan apa ini? Apa ini yang dinamakan patah hati? Tapi mengapa aku patah hati?

Perlahan air mata ku menetes, dan aku buru buru mengelap nya. Aku tertawa, baru kali ini aku menangis hanya karna sifat pria yang berubah drastis dalam sesaat. Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku se lemah ini?

Aku merasa ada yang hancur didalam diriku, merasa ada yang pecah selama berkeping keping..ini..broken.

CoralineHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin