Berkat dua kata itu, memberi sentilan hebat di pendengaran suami Oceana. Pria itu lekas bangun membikin dua orang dewasa terjungkal. Dengan berupa tatapan tajam, meski kantuk belum reda.

"My Lady?" ulang Reon. "Bisakah kamu keluar dan jangan ganggu kebersamaan kami, My Brother?"

Gio menutup mulut, lalu membungkukkan badan. "Permisi," katanya dengan senyum mengejek.

Reon geram. Namun, Oceana malah duduk berhadapan dengan Cloudy yang melahap rotinya. Wanita itu tertawa saat pipi anaknya menggembung.

"Hati-hati, Nak. Kamu bisa tersedak, nantinya." Oceana mengulurkan gelas.

Pengamatan Reon kepada dua orang paling dicintainya membuat pria itu turun dari ranjang. Merasa napasnya bau, Reon berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Reon menghela napas lega. Baunya hilang, napasnya tak samar lagi, rambutnya tak acak-acakan.

Dilihat sang anak menyantap telur rebus telah dikupas Oceana, Reon mencium puncak kepala istrinya. "Di mana kamu tidur, Sayang?"

Perhatian Reon memang tak pudar. Pria yang menyandang sebagai suami Oceana, tak pernah tidak adil. Semuanya sama. Baik Adora dan Cally. Oceana mendapatkan perhatian itu.

"Kamu tahu, aku begitu khawatir pada kondisimu. Aku tidak mau kamu pergi lagi jauh dariku." Reon tetap memeluk, bikin Cloudy menengok heran. "Apa, Sayang? Mau dipeluk juga?" tanya Reon.

Cloudy menggeleng. "Ody apal."

Reon mendengkus. Oceana tersenyum.

"Lepaskan, Reon, sarapan dulu." Oceana memerintah suaminya agar segera makan.

Penuh sigap, Reon mendudukkan diri di kursi di antara Cloudy dan Oceana. Namun, bukannya melahap apa yang ada, Reon menatap Oceana lekat.

Bingung, Oceana mengangkat kepala. "Apa?"

Jari telunjuk Reon mengarah pada dada kiri istrinya. "Kapan akan bertahan?"

"Aku tidak tahu," sahut Oceana menunduk. "Hanya saja, aku terlalu lemas. Situasi mencekam pun, aku tidak bisa terlalu larut. Begitu pula tegangnya, aku bisa saja pingsan atau ketiduran."

Reon membelai rambut Oceana. "Kita pulang, ya."

"Aku tidak suka udaranya, Reon." Ingatan Oceana mengenang rumah mereka dekat sekali dengan ibukota. "Mansion kita hampir berdekatan dengan kediaman Kakek. Aku tidak kuat bertahan kalau aku dibikin tegang oleh beliau."

Berdecak, Reon bahkan meminum air hingga tandas. "Kamu masih tetap menghormati pria tua itu?"

"Berhenti temperamental." Kini ganti Oceana yang mengelus rambut Reon. "Anggap kejadian kemarin sebagai suatu pelajaran."

Reon berpikir ulang membawa Oceana dan Cloudy pulang. Tak mungkin tinggal di mansion itu terlepas pertengkaran hebat telah menyakiti perasaan istrinya.

Dekat dengan Azzorra bukan ide bagus. Akan Reon pastikan, Oceana mendapatkan tempat ternyaman.

Namun, Reon merasakan ada masalah pelik. Apa itu?

"Maukah kamu mengizinkan Mama ikut bersama kita?"

Kalau ini, Reon setuju. Cloudy pun senang, karena ada yang menemaninya. Tetapi bukan ini. Ada satu hal membuat Reon lupa.

Apa, ya?

***

Berkas terlempar di atas meja bikin Reon terperanjat. Berkas-berkas dikenal Reon---usai sarapan, Eren memanggilnya---menumpuk hebat.

Good Time ✔️Where stories live. Discover now