II

31 11 5
                                    

Entah mengapa hari ini Kai merasa lelah, padahal dia tidak melakukan sesuatu. Begitu bangun ia langsung turun mengecek persediaan makanan untuk membuat sarapan namun kemudian ia membanting pintu kulkas karena tidak menemukan apapun di dalam sana.

Dengan cepat tangannya mengetik dan menelpon seseorang.

"Ma! Mama ngapain aja sih sampai kulkas Kai kosong begini?!"

Bentakan, bukan hal yang baru lagi jika Kai membentak ibunya sendiri bahkan walaupun itu ibu kandungnya sendiri.

"Maaf kak, Mama kemarin lupa ke apartemen kakak. Yaudah Mama kesana sekarang ya?" tanya suara di seberang sana.

"Tai! Mama kira rumah Mama sama apartemen aku jaraknya se meter apa?! Alah gak guna punya ibu macem tai kayak lo!"

Tut!

Panggilan dimatikan sepihak oleh Kai.

Dengan kasar ia merah mantel dan kunci mobil kemudian membanting pintu apartemen saat keluar dari sana. ia tidak memperdulikan tampang bantalnya yang baru saja bangun tidur, karena baginya ia harus makan karena perutnya minta diisi.

Sepertinya efek obat dan minuman yang ia kosumsi dua hari yang lalu belum juga hilang.







---







"Din yang itu."

"Din yang ini."

"Diiinnn mauu yang ini juga."

"Hah." Dinda menghela nafas.

Ini masi pukul Sembilan pagi namun kakinya sudah keram berkeliling super market demi memenuhi keinginan teman seperjuangannya si Kinanda yang pendek dan sangat menggemaskan.

"Demi Allah ya nda, kamu mau ngabisin uang semilyar? Ini kita udah belanja dua troli dan isinya Cuma makanan?"

Tentu saja Dinda kesal, kalau tidak mengingat Anda ini adalah sahabatnya tentu Dinda sudah mencak-mecak dan melempari Anda dengan segala sesuatu yang ada di dekatnya. Kamu pun akan ia lempar.

"Tapi kan segini juga enggak akan cukup kalau nanti kita kumpul." Kata nya dengan suara yang dibuat-buat sangat menyedihkan.

Helaan nafas dari Dinda terdengar, "Ini cukup kok buat seminggu, lagian kalau minggu ini kayaknya jadwal kumpul kita bakalan kurang banget apalagi kakak-kakak lagi UAS."

Anda mengangguk mengerti, "Maafin aku ya Din, maafin aku yang cantik ini."

Begitulah Kinanda, dia mudah goyah pada pendiriannya. Apalagi kalau Dinda sudah menceramahi dnegan nada datar andalannya. Beda lagi dengan Adinda si manusia datar yang hidupnya kurang hiburan, dan satu lagi yang harus kalian tahu, Dinda si hemat yang sangat penurut apabila ada Rara, Pemeilita dan Miraja akan menjadi si dominan saat bersama Anda, mungkin karena mereka sama-sama merasakan kepahitan hidup.

Haha..

Saat mereka mendorong troli menuju kasir, disitu mereka melihat keributan saat seorang laki-laki tiba-tiba roboh. Anda tanpa pikir panjang mendatangi kerumunan itu.

"Oh astaga ya Tuhan! Dinda kak Kai pingsan!." Teriak Anda.

'Kai?'

Dinda mengernyit.

Ah ketua geng Dark in The Past yang suka sekali menggoda Anda meskipun dengan sadis selalu diusir Femi dan Rara.

Karena pensaran akhirnya Dinda menghampiri kerumunan tersebut. Dan benar saja disitu Kai tergeletak dengan muka yang sangat pucat.

'Abis ngobat lagi pasti' katanya dalam hati.

Dan coba tebak apa yang Dinda lihat? Anda sedang menangis tersedu-sedu di samping Kai yang kini dibopong ole petugas keamanan.

"Ini harus kita bawa kemana mbak?" tanya si satpam pada salah satu pelanggan.

"Mana saya tahu pak."

"P-pak itu kakak tingkat saya, huhuhuu tolong dibawa ke rumah sakit ya pak." Kata Anda sesegukan.

Dinda menghela nafas.

"Bawa ke mobil saya aja pak, nih kuncinya." Kata Dinda sambil melempar kuncil mobil kepada Anda.

Bagaimana Dinda akan pulang? Bukannya Grab masih ada? Kenapa susah payah berpikiran begitu.








--







Hal pertama yang Kai rasakan adalah pening, dan bau menusuk dari obat-obatan. Saat membuka mata dia menemukan Dokter Hong tersenyum padanya. Dokter muda itu, senyumnya membuat Kai muak.

"Jongin, bukannya perjanjian kita jika kau memakai obat-obatan lagi maka aku harus membawamu ke panti rehabilitasi?"

Kai mengabaikan itu. Dia malah melepas infusnya dan berhasil bangkit dari ranjang meninggalkan Dokter Hong dibelakangnya.

"Aku serius Jongin, aku akan segera membawa pihak yang berwenang ke kediamanmu."

"Terserah lo anjing."

BAM!

Pintu ruang rawat yang tadi Kai tempati terbanting, beberapa pasien kaget bahkan mengumpatinya namun dia abaikan.

Kai berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan ponsel menempel di telinganya.

"Jaejun lo dimana?"

"Gue lagi ada acara sama bokap, kenapa?"

"Ah bukan apa-apa, udah ya."

TUT

Panggilan terputus.

Kai mencoba menelpon Mingyu namun tidak diangkat, begitu pula dengan Haechan dan juga Woojin yang pasti tengah mengikuti kelas susulan karena beberapa kali mereka berdua membolos.

Felix? Memangnya anak itu bisa diandalkan disaat yang seperti ini.

Akhirnya membuang gengsi, Kai menekan salah satu nomor di kontaknya.

"Ma, Kai dirumah sakit. Bisa jemput?"

Ya, bukannya memang begitu tugas seorang ibu? Menjaga anaknya?






1 Vote 2 View 732 Word
Maaf untuk telat update :(

Dark & Light ; Mingyu + Kai + JaejunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang