"Muka lo kondisiin." Tegus Ares sambil menarik dagu Aira agar wajahnya tidak terlalu mendongak.

Aira melotot. "Diem lo player!"

Alis Ares mengerut, tangan kanan laki-laki itu menjepit kedua pipi Aira dan wajahnya mendekat, memperhatikan mata Aira. "Ngomong apa lo tadi? Coba ulangi."

"Ye emang lo player."

"Maksud lo apaan?"

"Sadar bego." Kata Aira dengan ketus, memukul tangan Ares yang menjepit pipinya. "Modal ganteng doang lo."

"Ye, situ emang modal apa?" Ares terlihat nyolot "Cantik engga bego iya."

Aira yang tadinya ingin menimpali ucapan Ares tiba-tiba mengatupkan mulutnya. Ia menatap Ares tanpa berkedip. Kemudian matanya berkaca-kaca. "Ya emang gue tau gue jelek, gue juga bego. Iya tau gue. Tapi kan..."

"Hah? Kenapa sih lo?" Kali ini Ares semakin bingung melihat perubahan sikap gadis itu.

"Gue-" Aira mengedipkan matanya beberapa kali hingga pandangannya jernih. "Gue strong. Gue gak papa. Gue gak nangis, nanti maskara mahal gue luntur."

Ares menatapnya dengan meneliti, mencari tahu apa yang salah.

"Lo sehat?"

Aira menepuk dadanya beberapa kali dan menarik napas. Gerakan yang membuat Ares memicingkan matanya.

"Gue sehat." Katanya sambil berjalan masuk ke kelas.

Ares mengikutinya dari belakang, murid di kelas sedang asik menggosip, menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga yang 15 menit lagi akan habis. Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana olahraga, berdiri di depan meja Aira sambil terus menyipitkan matanya.

Gadis itu sibuk meletakkan baju olahraga yang sedaritadi ia pegang ke dalam tas.

"Aneh lo."

"Biarin." Balas Aira dengan ketus.

"Emang udah aneh sih. Cuma ya, makin aneh."

Ares mengangkat bahunya, berjalan ke belakang kelas dan mengambil seragam putih abu-abunya dari dalam loker dan meletakkannya di atas mejanya. Aira juga memperhatikan gerakannya, intinya saat ini mereka sedang saling melirik.

"Lo ngapain?" tanya Aira.

"Ganti baju."

"Disini?"

"Iya, disini." Ares menarik ujung kaosnya dan berniat menariknya ke atas. Namun pekikan Aira menghentikan gerakan Ares.

"LO YANG BENER AJA."

"Halah, lo pengen liat kan?" Ares tersenyum miring, sebenarnya ia masih memakai kaos oblong sebagai dalaman. Laki-laki itu dengan santai membuka bajunya dan melemparkannya pada Aira hingga gadis itu kembali berteriak.

"ARES! ANJIR, BAJU LO BAU SAMPAH!"

"Jangan malu-malu, nikmati wangi keringat gue. Gratis kok." Kata Ares dengan senyum manis.

Aira melempar kaos itu ke wajah Ares dengan kesar. "Yang bener aja. Hampir mati gue nyium kaos lo."

"Ini tuh yang dinamakan wangi maskulin."

"Wangi maskulin pala lo." Ketus Aira.

Ares tertawa pelan, mengibaskan kemeja sekolahnya ke depan wajah Aira. "Eh lo mau liat bulu ketiak gue gak? Gratis."

"Aresss! Lo kok banyak omong sih! Diem! Gue badmood!"

Ares menyenggol bahu Aira, "Bulu ketiak cowok yang panjang itu seksi. Tapi sayang udah gue cukur."

Unsteady Where stories live. Discover now