Chapter 11

18 9 0
                                    

EIN POV

Kami berdua cukup canggung didalam mobil. Maksudku, tidak lebih canggung dari dua belas jam yang lalu, aku masih membencinya dan sekarang aku sudah memaafkannya. Ini masih terasa aneh bagiku kalau dia sekarang sedang mengantarku.

"Hey" ucapnya halus, memecah keheningan diantara kami berdua.

"Huh?"

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

"..iya...makasih" ujarku malu.

"sama-sama" jawabnya.

"Teman-temanmu, mereka...lucu" ucapku, berusaha keras untuk menghapuskan kecanggungan. Aku yakin dia juga berusaha melakukan hal yang sama.

Jantungku berdegup kencang, pipiku memerah dan aku bahkan merasa kesulitan bernafas. Sejujurnya,  aku gugup.

Tapi, kenapa aku gugup?

"Maksudmu, teman kita?" ucapnya.

"Kenapa?"

"Kenapa tidak? mereka sudah lama menginginkan perhatianmu sejak kami datang"

"Uh-kenapa?"

"Ya, sudah jelas karena kamu itu berbeda dari yang lainnya"

"Dan?" ucapku lagi.

"Menurut mereka itu mengesankan, kau tau julukan 'Ice Princess' itu" ujarnya.

Beberapa detik kemudian keheningan memenuhi kami, "Apa itu karena aku?" tanyanya sekali lagi memecah keheningan.

"Uhh..bisakah kita tidak membicarakannya?" ucapku sembari melihatnya.

"Tapi--"

"Tidak ada tapi-tapi, atau aku akan menghindarimu lagi"

Dia dengan cepatnya menutup mulutnya menggunakan tangan kirinya sambil menggelengkan kepala seperti anak kecil. Ahh gwiyeowo.

"Jadi kau berhasil mewujudkan mimpimu, kan?" tanyaku. Dia menurunkan tangannya dari mulutnya lalu mengangguk.

"Aku bangga padamu"

"Makasihh~~" lalu dia mengacak rambutku. 
"Yah, rambutku! " aku sangat benci jika ada orang yang mengacak rambutku :-[

"Kau masih tidak suka jika ada yang mengacak rambutmu?" tanyanya mengangkat satu alisnya.

"Mhm" gumamku mengiyakan pertanyaannya.

"Tapi, Aku.Tidak.Peduli." lalu dia menjulurkan lidahnya kearahku, ya tentu saja aku membalasnya.

Aku merindukan masa-masa saat kami masih muda. Selama ini aku terus merindukannya.

Dia memarkir mobilnya tepat didepan cafe tempatku bekerja.

"Aku duluan ya" aku melepaskan seatbelt ku. Dia dengan pelan melihatku ingin turun.

"Aku senang kau sudah kembali" ucapnya lalu tiba-tiba dia memelukku. Aku memeluknya kembali sudah lama aku mencium aroma parfumnya. Aku melepaskan pelukannya lalu turun dari mobil.

"Dahh" aku melambaikan tanganku lalu dia juga membalasnya dengan gerakan yang sama. Aku memasuki cafe dan mobilnya sudah melaju pergi.

Selama aku bekerja, sepertinya aku tidak bisa menghapuskan senyumanku. Aku hanya merasa sangat bahagia.

Aku menyapa pelanggan lebih baik dari biasanya. Semuanya sudah lebih baik. Bahkan kesalahan membuatku tersenyum.

Wahh, aku sudah gila.

~~~~~

Seperti biasa, aku pulang pukul dua belas malam. Hah aku sangat lelah rasanya ingin mati saja.

Idols with One Girl On viuen les histories. Descobreix ara