Part 29

3.8K 209 35
                                    

Hari-hari terus berlalu, seiring berjalannya waktu pun hubungan Yara menjadi semakin dekat dengan Vano. Mereka sering menghabiskan waktu berdua, entah itu untuk pergi menonton bioskop, makan-makan di tempat kesukaan Yara, jalan-jalan sore di taman atau main ke rumahnya Vano sambil berbincang-bincang dengan Mamahnya Vano.

Lalu bagaimana dengan Arya?
Sejauh ini Yara juga sering pergi berdua dengan Arya, meski tidak sesering dirinya pergi berdua dengan Vano. Terkadang jika ada waktu luang, Yara akan berkunjung ke rumah sakit dimana Arya bekerja dan membawakannya bekal untuk mereka makan bersama sambil mengingat-ingat masa lalu yang pernah mereka lalui bersama.

Jika hubungan Yara dan Vano juga Arya semakin dekat, bagaimana hubungan Yara dengan Radit?

Radit masih setia menyimpan rasa yang tumbuh subur di hatinya, menutupi nya rapat-rapat agar tidak ada seorang pun yang tahu dan selalu siap siaga melindungi gadis itu, menjadi obat bila gadis itu sedang sakit hati, menjadi penghibur sedihnya dan selalu berada di sisi gadis itu dalam keadaan apa pun.

"Kak Yaraaa..." Sasa berteriak seraya berlari kecil mengejar langkah seniornya yang tengah asyik berbincang dengan laki-laki tampan di sebelahnya.

Yara menoleh dan menghentikan langkahnya, begitu pun Vano yang ikut berhenti ketika Yara tidak lagi melanjutkan langkahnya.

"Buat acara sertijab paskib senin besok, jadinya di ruang Avi kak, jam empat sore." ucap Sasa dengan nafas sedikit tersenggal-senggal akibat mengejar langkah Yara.

Ah ya, acara sertijab paskib di undur menjadi tanggal 28 Agustus karena adanya insiden Yara pingsan. Alhasil ketika Yara pingsan dan dilarikan ke rumah sakit, seluruh anggota paskib hanya sempat menentukan kepengurusan baru dan baru akan di resmikan senin besok.

"Oke... Makasih yaa dek infonya, nanti saya kasih tau angkatan saya yang lainnya."

"Sama-sama kak, kalo gitu saya permisi dulu kak." pamit Sasa begitu dirasa keperluannya dengan senior tergalak di angkatan 29 itu sudah tidak ada lagi. Lebih baik melarikan diri dan mencari aman dari pada harus menjadi sasaran amukan seorang Ayara Zameena Ibrahim.

"Ayo Yar kita lanjut jalan, biar nggak makin rame kantinnya nanti." usul Vano yang disetujui Yara, mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin sambil tertawa bersama.

Sesil dan Aul lebih memilih menunggu di kelas selagi sahabatnya itu pergi ke kantin dengan buaya darat satu itu, mereka malas bila harus kembali bersinggungan dengan makhluk hidup spesies seperti Vano.

Di kantin Yara hanya membeli ice cream strawberry kesukaan nya dan choki-choki, sedangkan Vano membeli sebuah roti isi cokelat juga sebotol air mineral.

"Beli itu aja? Atau ada yang mau di beli lagi?" Vano bertanya ketika melihat apa saja yang dibeli gadis di sebelahnya itu, namun Yara hanya mengangguk mantap dan mengajak Vano untuk segera kembali ke kelas.

"Nanti sore jadi Van?" Yara bertanya perihal jadi atau tidaknya rencana mereka untuk pergi ke taman kota sore nanti.

"Jadi." jawab laki-laki itu mantap.

"Oke, nanti kalau udah mau jemput kabarin yaaa."

"Siyap tuan putri, nanti pasti gue kabarin kok ke lo." ujar Vano sambil mengelus lembut puncak kepala Yara.

Ketika mereka hendak menaiki tangga menuju kelas Yara, tak sengaja mereka berpapasan dengan Gita dan teman dekatnya, Lila. Pandangan Yara dan Gita sempat bertemu selama beberapa detik sebelum Yara memutus kontak mata itu, Vano yang menyadari itu pun hanya mampu mengusap punggung Yara pelan.

Rasa kesal sekaligus sakit hati masih menyelimuti hati gadis itu tiap kali ia melihat mantan teman dekatnya yang satu itu, ia masih terbayang ketika Gita tengah berdekatan dengan Vano waktu dulu.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang