Part 22

4.5K 204 6
                                    

Aul meletakkan sebuah paper bag berwarna biru muda di hadapan Yara, ia baru saja tiba di sekolah dan mendapati bahwa sahabatnya itu sudah duduk manis di bangkunya seorang diri dan tersenyum tidak jelas bak orang yang sedang kasmaran.

Ayara langsung menatap Aul dengan penuh tanda tanya, seingatnya ini bukan hari kelahirannya, mengapa sahabatnya ini malah memberikan sebuah paper bag.

"Buka aja, dari pada lo penasaran sendiri." ucap Aul sambil meletakkan tas sekolahnya di lantai dekat dengan kursi duduknya.

Yara pun mengikuti perkataan sahabatnya itu, ia membuka paper bag tersebut dan mendapati dua buah tiket acara Islamic Book Fair juga sebuah cadar berwarna biru muda khas kesukaannya.

Kernyitan di dahinya pun semakin bertambah begitu melihat isi dari paper bag itu, untuk apa semua ini? Seingatnya ia tidak pernah memesan atau membeli sebuah cadar.

"Sabtu ini temenin gue ke acara itu ya, tuh udah gue beliin tiketnya buat kita berdua." jelas Aul mengenai keberadaan dua tiket di dalam paper bag itu. "Trus kalo soal cadar, kata lo kan si Ardi suka perempuan bercadar, nah gue sengaja beliin lo cadar, siapa tau lo tertarik buat nyoba makenya." jelasnya lagi sambil mengedikkan bahunya.

Memang benar jika Ardi menyukai perempuan bercadar, dan itu pun salah satu alasan mengapa dirinya jadi ikutan suka dengan perempuan bercadar. Ia memang berkeinginan untuk mengenakan cadar suatu saat nanti, namun ia tidak menyangka bahwa sahabatnya ini malah memberikannya cadar saat ini.

"Tapi kenapa cuma dua tiketnya, Sesil nggak diajak emangnya?" Yara bertanya.

"Sesil udah gue ajakin tapi dianya nggak bisa, makanya gue beli cuma dua."

"Oalah gitu." Yara ber oh ria sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tiba-tiba terbesit sebuah pikiran di luar kendalinya, pikiran dimana ia ingin mencoba suatu hal baru, pikiran dimana ia ingin keluar dari zona nyamannya.

"Eh Ul, gimana kalo pas di acara ini kita pake cadar." ujar Yara dengan penuh semangat. Sedangkan Aul, ia menatap sahabatnya dengan pandangan tak terbaca, antara kaget dan tak percaya kalau sahabatnya akan berucap demikian.

Sesil pun muncul dengan tas yang masih berada di punggungnya, ia mengernyit heran melihat ekspresi kedua sahabatnya, yang satu seperti sedang menatap penuh harap dan yang satunya lagi seperti sedang terkejut akan sesuatu yang tadi di sampaikan Ayara.

"Ada apaan sih ni, kok lo berdua kayak aneh gitu?" tanya Sesil sambil meletakkan tas sekolahnya di lantai dan duduk di sebelah Yara, ia menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Ini nih, temen lo abis kesambet setan dari mana tau sampe-sampe ngajakin gue pake cadar tiba-tiba." Aul menjelaskan apa yang tengah terjadi diantara mereka.

"Lo mau pake cadar Yar!!!" Sesil berseru kencang hingga membuat beberapa teman di kelasnya menoleh kearah mereka.

Segera saja Yara membekap mulut Sesil dengan kedua tangannya. "Sssttttt berisik ih, jangan kenceng-kenceng."

Seakan tersadar akan tindakannya barusan, Sesil pun tersenyum seraya meminta maaf. "Sorry hehe, abis gue kaget aja tiba-tiba denger kalo lo mau pake cadar."

"Sebenernya bukan mau pake cadar sih, lebih tepatnya mau belajar aja. pengen coba pake cadar, pengen ngerasain gimana sih rasanya jadi perempuan bercadar, makanya gue minta Aul buat nemenin gue pake cadar ke acara IBF itu tapi dianya malah kek gitu tuh ekspresinya." jelas gadis itu seraya merajuk karena dibilang kesambet setan oleh Aul.

"Oh yang acara itu, maaf ya gue gabisa ikut, ada acara juga soalnya di hari itu." Sesil meminta maaf karena tidak dapat ikut dengan kedua sahabatnya itu.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang