Chapter 1

49 4 2
                                    

Sampai Menutup Mata

Disclaimer : Fujimaki T.

A Kuroko no Basuke Fanfiction

I do not own the characters

Warning : OOC, This is only a fanfiction, maybe sad ending, DC, AU, yaoi, friendship, romance

This story is based on song Sampai Menutup Mata by Acha Septriasa, OST of "Heart"

Embun di pagi buta, menebarkan bau basah

Seijuro menatap kosong ke arah jendela rumah sakit. Kesehatannya agak menurun akhir-akhir ini. Jadi terpaksa dia harus dirawat dengan bantuan dokter khusus. Paru-parunya lemah. Bawaan lahir. Karena ibunya juga tidak sehat. Wanita paling berjasa dalam hidupnya itu meninggal tahun lalu akibat gagal jantung. Tepat di ulang tahunnya ke delapan.

Itu merupakan ulang tahun terburuk. Karena dia harus kehilangan ibunya. Satu-satunya poros kehidupan yang menyangga dan melindunginya dari kejamnya dunia. Seijuro tak pernah berpikir jika ibunya bisa mati. Dia pikir selama ini ibunya baik-baik saja. Dia selalu tersenyum di hadapan mereka berdua. Ia dan ayahnya.

Sejak hari itu, Seijuro tak pernah tersenyum lagi. Dia kehilangan alasan untuk itu. Dia tidak dekat dengan siapapun. Tak punya teman. Bahkan ayah sendiri juga jarang ia ajak bicara. Selain faktor ayahnya yang super sibuk, seorang Akashi dibesarkan untuk tangguh. Hal kecil seperti perhatian ayah ke anak mungkin bukan hal penting di keluarga ini. Apalagi Seijuro adalah anak satu-satunya. Ia harus bisa menjadi seorang pria yang luar biasa.

"Kau sudah bangun, Sei chan?" suara itu tak asing. Seijuro mengenalinya sebagai Mibuchi Reo. Salah satu perawat pria yang ditugaskan khusus untuk menjaganya.

Kali ini Reo membawa baki dengan bubur halus diatasnya. Makanan sehari-hari Seijuro. Dokter belum mengizinkannya mengkonsumsi makanan dengan banyak bumbu. Nanti bisa bermaslah dnegan pencernaan atau kesehatannya yang lain.

"Ehm! Sei chan?" Reo berdehem karena tak mendapat jawaban dari anak berumur sembilan tahun itu. Ia meletakkan nampannya di meja dekat ranjang Seijuro, kemudain mengikuti arah pandang bocah itu. Ia menatap lurus ke jendela.

Jendela yang buram akibat dari kelembaban udara yang berbeda. Sepertinya sedang hujan gerimis. Reo berjalan ke arah jendela dan mengelapnya dengan tisu.

"Nah, sekarang sudah jelas!" serunya girang. Seijuro tetap diam. Sepertinya masih terhanyut dalam objek yang dilihatnya. Reo mulai khawatir. Anak ini kesurupan atau apa? Matanya yang sewarna delima itu tak berkedip sejak tadi. Tak pula menghiraukan pertanyaannya. Bisa gawat kalau begini. Ia pun berjalan menghampirinya.

"Sei chan, ayo makan dulu setelah itu-"

"Reo nee, siapa anak itu?"

"Eh?!" Reo kembali menengokke arah jendela. Disana, di luar kamar seijuro dirawat. Ada sebuah taman bermain. Disana, di taman itu. Seorang bocah cilik bermantel kuning bermain dengan riang.

Seijuro, entah mengapa tidak mampu melepas pandangannya dari anak itu. Ia terpaku pada tingkah cerianya. Walau ia hanya bermain sendiri, tapi ia sangat menikmatinya –dari pandangan Seijuro. Dibawah rintik hujan yang dingin, bocah itu seolah tak perduli. Sepatu boots hijaunya ia gesek-gesekkan ke box pasir yang basah diterpa hujan. Ia berlari menegelilingi taman yang luasnya tak seberapa itu. Dari dalam kamar, Seijuro jelas tak bisa mendengar suaranya. Tapi ia yakin, jika anak itu tengah bersenandung dengan riang gembira. Poni coklat yang menutupi sebagian dahinya melambai ceria. Terlindungi dari hujan karena mantel. Dan begitu kedua iris mereka bertemu, disitu seijuro tak bisa memungkiri. Dia indah.

[AkaFuri] Sampai Menutup MataKde žijí příběhy. Začni objevovat