3,1 - still, that iris pelangi girl

526 105 19
                                    



SAMMY membiarkan kaleng birnya menggelinding di lantai, lalu menabrak kaleng-kaleng lain yang berserakan dalam segala posisi beserta cairan sisa dari kaleng yang tercecer. Belum lagi, puntung rokok yang jumlahnya jelas melebihi dua puluh, abunya pun ada di mana-mana. Ruang tengah apartemen terlihat berantakan, bau, dan menyedihkan. Laki-laki itu tampak tak peduli.

Sammy melayangkan pandangan. Di salah satu rak di mana ia menyimpan dua sound system berukuran mini, ada sekitar empat botol anggur. Kalau dia benar-benar ingin membiarkan alkohol menguasai supaya kesadarannya hilang dan rasa pedih yang menyiksanya saat ini menguap, harusnya Sammy habiskan saja anggur-anggur yang punya kadar alkohol lebih tinggi dari pada kaleng-kaleng bir murahan. Tapi seluruh botol anggur itu bukan miliknya.

"Titip ya. Kalau aku taruh di rumah, nanti aku kena omel Papa." Iris menata botol-botol anggurnya di rak Sammy tanpa menunggu persetujuan. Sammy mengerutkan kening dan menatap botol-botol itu.

Sammy tertawa tanpa suara. Bukan hanya anggur yang tertinggal. Kalau Sammy diijinkan bicara, mungkin laki-laki itu akan memaparkan semua hal yang ditinggalkan Iris di apartemennya. Di setiap sudut apartemen ini, Sammy masih bisa merasakan aroma gadis itu. Di tengah senyapnya malam, Sammy sering mendengar samar suara derap kaki khas gadis itu, langkah yang diseret malas. Di lemari Sammy, ada beberapa potong pakaian gadis itu. Sweter, celana pendek, kaus kaki, kaus oblong yang ukurannya sangat besar; dulu pernah dijadikan lelucon oleh gadis itu, ia menyuruh Sammy ikut masuk dalam kaus yang sama karena menurutnya, akan muat kendati ukurannya terlampau besar, kemudian bersama-sama berjalan menyamping dari kamar ke ruang tengah seperti kepiting lalu berakhir dengan Sammy tidak bisa menahan tawa, dan mereka terguling di lantai.

"Kamu sih, ketawa terus!" omel Iris ketika Sammy terguling di sampingnya.

"Geli tau, hidung kamu nyentuh leherku berkali-kali," Sammy berkilah, tak mau disalahkan. Iris ikut cekikan. Ia berguling ke kiri, lalu menelusupkan kepalanya masuk ke dalam kaus sehingga hanya kepala Sammy yang mencuat keluar. "Hei, hei, kamu ngap - "

Sammy berhenti protes.

Iris menyandarkan kepalanya di dada Sammy, lalu mendekap laki-laki itu dari samping erat-erat, selayaknya anak umur empat tahun yang memeluk boneka beruangnya supaya tidak diambil oleh orang lain. "I love you, goofy balls. A lot."

Masih dengan tawa tanpa suara, perlahan mata Sammy terasa perih. Mungkin kemasukan debu, sehingga ada air yang menggenang di pelupuknya. Sammy mengucek matanya, sebelum air mata itu menetes. Ia bangkit dari posisinya, lalu menyapukan pandanganan ke seluruh ruang tengah.

Ponselnya berkedip.

Leo: Sorry, I crossed the line.
Sammy: Nah, you said nothing wrong.
Leo: Bukan gue yang pacaran sama Iris, jadi gue nggak tahu sejarah macam apa yang kalian punya,
Leo: Harusnya gue nggak ngehakimi lo kayak tadi,
Leo: Dan I should have known, that we all grieve differently.
Sammy: Gue juga minta maaf karena gue nggak terbuka sama lo soal dia.
Leo: Nggak papa, itu kan hak lo, Sam.
Sammy: Soalnya Iris benci kalau orang pada tahu dia anaknya anggota legislatif.
Sammy: She hates the attention, she hates all the unwritten rules given to her just because of her Dad.
Sammy: She was a rebel but that was what made her so beautiful.
Leo: Sam, lo masih setengah mati cinta sama dia.
Sammy: I know, right.



* * *

Kalau diingat-ingat lagi, kali pertama Sammy bertemu dengan Iris adalah saat upacara kelulusan sekolah. Gadis itu kabur ke gudang belakang dan merokok. Waktu itu, Sammy baru saja kembali dari toilet dan tidak sengaja melihat Iris. Sebenarnya bukan tanpa alasan Iris kabur. Sekolahnya meminta ayahnya untuk memberikan pidato, sebagai wali murid juga sebagai anggota lembaga tinggi negara. Iris tidak suka atensi yang orang-orang berikan padanya karena status ayahnya tersebut. Ia merasa terkungkung dalam persepsi masyarakat, tentang opini dan pemikiran yang terbentuk karena jabatan ayahnya.

ROSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang