2

335K 29.2K 2.9K
                                    

Dulu Lavina pikir orang seperti Arsenio tak akan banyak yang menyukai karena sikap dinginnya yang melebihi dinginnya es batu di kantin. Sorot mata Arsenio terkesan cuek dan bisa dibilang Arsenio itu suaranya mahal. Karena itu Lavina semakin memantapkan hati untuk manjadi pacar Arsenio. Tapi nyatanya sikap dingin itu tak memengaruhi ketenaran Arsenio di kalangan cewek-cewek. Tetap saja banyak cewek yang naksir, padahal jelas-jelas Arsenio selalu mengabaikan dan Lavina selalu nempel Arsenio yang berarti Arsenio adalah miliknya.

Sekarang Lavina merasakan tak pernah dilihat oleh Arsenio. Tak ada perubahan besar dari status berteman hingga menjadi pacar. Bedanya hanya terkadang Arsenio menjemput ataupun mengantarkannya pulang sekolah. Selebihnya tak ada. Arsenio tetaplah cowok dingin yang tak banyak bicara padanya. Padahal dia sering melihat Arsenio bicara santai dengan teman cowok. Tapi tidak dengannya. Arsenio lebih sering menjadi pendengar setia tanpa timbal balik.

Kini mereka ada taman sekolah yang terkenal angker. Di mana ada pohon beringin di tengah-tengah taman yang konon katanya ada penghuninya, hantu ganjen yang suka menggoda murid-murid cowok. Lavina heran kenapa Arsenio memilih taman yang jelas-jelas horor. Dia saja jarang ke taman kalau tak terpaksa seperti saat ini. Lavina merasa wajib menemani Arsenio dari pada pacarnya diganggu Mba Melati, si hantu ganjeng penghuni pohon beringin.

Lavina mengikuti langkah Arsenio, mengamati dengan seksama gerakan cowok berambut hitam itu saat membidik sesuatu dengan kamera. Mata yang semakin menyipit ditambah bibir yang tertarik membuat Arsenio semakin terlihat tampan di matanya. Lavina sangat mengagumi sosok Arsenio. Sedingin atau secuek apapun Arsenio, selalu ada tatapan cinta di mata Lavina untuk kekasihnya itu.

"Ayo," seru Arsenio. Tangan Arsenio meraih pergelangan tangannya. Membawanya ke pinggir taman di bawah pohon yang rindang dan ada tempat duduk terbuat dari kayu di sana.

Tangan Arsenio sangat pas di pergelangan tangannya. Lavina berdebar melihatnya, detak jantungnya berdetak cepat tak beraturan. Wajahnya pun merona tanpa blush on.

"Tunggu di sini."

"Iya," jawab Lavina terbata.

Lavina duduk di kursi, menunggu Arsenio mengambil foto. Biasanya dia akan membuntuti Arsenio di belakang dalam diam tapi kali ini Arsenio memintanya duduk. Dia pun duduk manis sesuai intruksi. Lagipula Arsenio masih bisa terlihat jelas, masih berada pada zona jarak mata memandang.

Ponsel jadi teman setia Lavina saat begini. Entah membuka media sosial atau ngobrol ria dengan teman-temannya di grup WA. Sesekali Lavina melirik Arsenio agar tak kehilangan jejak. Lalu kembali lagi sibuk membalas pesan. Membosankan bagi orang lain, tapi tidak bagi Lavina. Hanya dengan begini dia bisa dekat dengan Arsenio dan melihat pacarnya lebih lama lagi. Merasa nyaman dan dekat walau tanpa komunikasi.

Bertemu Arsenio hanya bisa dilakukan di sekolah dan sesekali di hari Minggu. Tak ada malam Mingguan dengan pacar, yang ada malam mingguan dengan boneka-boneka kesayangannya. Tapi bukan masalah bagi Lavina sampai saat ini. Dia memaklumi bahkan sangat memaklumi Arsenio yang sibuk. Lavina memahami beban Arsenio sebagai anak tunggal yang harus bisa membanggakan orangtua tanpa meninggalkan hobi. Jadilah Arsenio memakai waktu malam Minggu untuk hobi fotografinya.

Lagipula Lavina juga punya kesibukan selain sebagai siswi SMA Nuki. Dia memiliki toko online yang menjual gelang dan segala hal yang berbau pernak-pernik cewek lewat media Instagram yang dia rintis sejak lulus SMP. Namanya LavLav yang memiliki dua arti yaitu Lav dari namanya dan juga Lav untuk cinta. Kini pelanggannya sudah semakin banyak seiring berjalannya waktu. Jadi bukan masalah besar bagi Lavina malam Mingguan tanpa Arsenio.

Lavina tersenyum melihat ke arah Arsenio dengan seragam krem dan jaket hitam yang identik dengan Arsenio. Lalu melihat ke sekeliling dan masih ada beberapa murid yang kebanyakan kelas sepuluh yang masih aktif mengikuti ekstrakulikuler. Lavina kembali menunduk membuka ponselnya. Ada pesan di grup WA yang sudah menumpuk. Bibirnya manyun membaca pesan di grup.

Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang