Bab Dua

35 3 5
                                    

Aku dan Kak Anko sudah siap di balairung istana sejak matahari terbit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku dan Kak Anko sudah siap di balairung istana sejak matahari terbit. Hal pertama yang aku lakukan adalah menginformasikan rencana rute perjalanan yang akan kami tempuh kepada kepala pasukan kerajaan.

Kemudian aku memastikan kereta kuda untuk Putri Kaguya dalam kondisi layak jalan dan aman. Tuan Putri akan berkendara di dalam kereta, sementara seorang prajurit istana menjadi kusirnya. Aku akan berkuda di depan untuk membuka jalan, sedangkan Kak Anko akan menjaga dari belakang.

Seorang patih kerajaan meminta kami menunggu di balairung sampai Putri Kaguya selesai sarapan. Aku harap kami bisa berangkat sebelum jam delapan, supaya kami bisa transit di desa Sakuragi saat malam tiba. Untunglah Putri Kaguya sudah tampak menghampiri balairung pada jam setengah delapan.

"Putri Kaguya dari kerajaan Tsuki." Patih kerajaan mengumumkan saat Tuan Putri tiba.

Aku berlutut dengan satu kaki dan merunduk dalam-dalam. Kak Anko mengikuti di belakangku, memberikan salam hormat pada Putri Kaguya.

"Selamat pagi, Yang Mulia," sapaku. "Namaku Tadashi dari klan Masamune. Aku bertugas mengawal perjalanan Tuan Putri ke kerajaan Fumō. Kita akan didampingi oleh Anko Masamune, guru akademi ninja. Mohon bimbingan dari Tuan Putri."

Putri Kaguya berusia dua puluh satu tahun, lima tahun lebih muda dari Kak Anko. Hari ini Tuan Putri memakai kimono kerajaan dengan motif bunga sakura. Rambut panjangnya tergerai indah. Selain karena kecantikannya, Putri Kaguya terkenal karena kepintarannya berdiplomasi.

"Berdirilah," kata Putri Kaguya. Sejenak dia tidak berkata apa-apa, hanya memandangiku dengan tatapan dingin. Lalu dia berpaling pada Kak Anko dan mengangguk. "Mohon bantuannya. Apakah kita bisa berangkat sekarang?"

Setelah memastikan Putri Kaguya duduk dengan nyaman di dalam kabin, kami pun berangkat. Walaupun aku berjalan di depan, aku menjaga agar tetap berada dalam jarak panggilan kusirnya Putri Kaguya. Aku sudah bilang agar Tuan Putri memberitahuku bila butuh sesuatu, tapi seharian itu Tuan Putri diam saja.

Saat waktunya makan siang tiba, aku menghentikan rombongan kami di sebuah taman kecil di tepi danau. Aku menghampiri kereta Putri Kaguya. Dari luar jendela kabin, aku melihat Tuan Putri sedang sibuk mempelajari kertas-kertas yang dijejerkan di atas meja di samping tempat tidur. Patih kerajaan tadi memberitahuku, bahwa Putri Kaguya akan menandatangani perjanjian dagang dengan kerajaan Fumō.

Ketika aku mengetuk pintu kabin, Tuan Putri terlihat agak terkejut.

"Maaf mengganggu, Yang Mulia," kataku. "Apakah Tuan Putri ingin berhenti sejenak untuk makan siang?"

Putri Kaguya melempar pandangan ke jendela di sampingnya.

"Oh... aku belum ingin beristirahat, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," kata Tuan Putri. "Silahkan saja kalau kalian mau makan. Tidak perlu menungguku, aku akan makan siang dan makan malam di dalam kabin. Tolong jangan ganggu aku dulu, ya."

Sang PenerusWhere stories live. Discover now