Bab Satu

85 4 5
                                    

Sinar mentari baru saja mengintip lewat pagar bambu di belakang rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar mentari baru saja mengintip lewat pagar bambu di belakang rumah. Aku menutup pintu dapur dan meniti jalan setapak menuju akademi. Dedaunan semak di sepanjang jalan itu tidak bisa menutupi diriku sepenuhnya. Tapi paling tidak, aku bisa menghindari sorotan mata orang yang lalu-lalang di dekat gerbang utama kompleks klan Masamune.

Huh... Kalau Tetua Fei tahu aku memilih untuk sembunyi-sembunyi saat keluar rumah, beliau pasti akan memanggilku ke balai utama. Aku harus duduk bersimpuh selama dua jam di hadapannya untuk mendengarkan ceramah, tentang bagaimana seorang pemimpin klan mesti punya keberanian dalam menghadapi semua orang.

Aku tahu itu. Aku cuma... tidak tahu lagi di mana mau menaruh mukaku. Memang tidak ada yang terang-terangan bicara di depanku, tapi gosip tentang kondisiku sudah menjadi topik panas dalam sebulan ini.

Eh, kamu tahu ngga? Si Tadashi, penerus klan Masamune yang ikut kelas akselerasi itu... dia ngga lulus akademi, lho!

Hah, masa? Kok bisa?

Iya, adikku kan sekelas sama dia. Yang lain udah pada ujian bulan lalu. Nilainya juga udah keluar, tinggal dia aja yang belum. Padahal kan minggu depan udah mau upacara kelulusan.

Wah, padahal katanya dia tiga kali loncat kelas, ya?

Yah, mungkin juga sih mereka sengaja... dia kan belum cukup umur. Aku dengar kakak sepupunya bolak-balik melobi dewan guru.

Oh, iya... sepupunya kalau ngga salah yang namanya Anko, ya? Anak panglima kerajaan yang katanya jenius itu, kan? Memangnya dia yang jadi mentornya?

Nah, curang kan... masa guru pembimbingnya dari klan sendiri. Pasti selama ini si Anko itu yang menaikkan nilainya. Memang si Tadashi itu anaknya bodoh, kali ya? Jadi pas giliran mau ujian akhir, dia ngga bisa jawab. Bikin malu aja, katanya bapaknya sampai datang ke sekolah, lho... jangan-jangan mau menyogok kepala sekolah?! Hahaha...

Aku tidak tahu bagaimana gosip seperti itu bisa menyebar ke luar. Padahal salah satu biang gosip di kota ini berasal dari klan kami. Kepala humas klan biasa menghubunginya untuk menyebarkan atau menghentikan suatu berita tentang klan. Harusnya dia bisa menetralisir berita miring tentang aku.

Tapi sekarang semua orang sudah tahu. Di luar kompleks, semua orang memandangku sinis. Di dalam kompleks, semua orang menatapku dengan marah.

Eh... si Tadashi kok diam aja, sih? Sekarang orang jadi memandang rendah ke klan kita, tahu?!

Ngga tahu nih... belum jadi kepala klan aja kerjanya udah ngga becus kayak gini. Gimana nanti kalau udah jadi ketua? Bisa hancur klan kita diinjak-injak sama orang lain!

Kenapa para tetua dan petinggi klan kita ngga berbuat apa-apa, ya?! Ganti aja penerus klannya. Kata orang dia bukan kandidat dengan nilai terbaik. Gimana dia bisa terpilih, sih?

Yah, kamu kayak ngga tahu aja... dia kan anak kesayangan ketua... ngga tau deh gimana dia bisa menjilat para petinggi klan... selama ini dia pasti dimanja!

Sang PenerusWhere stories live. Discover now