41. The Best Night

40.6K 1.8K 2
                                    

Sierra Wellington

Aku merasakan sepasang tangan melingkupiku. Aku dapat merasakan Axel berada sangat dekat denganku, ia memelukku dari belakang. Aku membuka mataku dan kembali teringat apa yang baru saja terjadi semalam. Aku pun menyadari bahwa aku tidak mengenakan pakaianku di balik selimut dalam pelukan Axel ini. Aku tersenyum ketika mengingat apa yang terjadi, aku bahkan masih tidak percaya Axel sedang tidur di sampingku dan memelukku erat. Sebelumnya aku berpikir bahwa ini semua mimpi, tetapi tidak semenjak pagi ini, bahkan ketika aku terbangun, Axel masih berada di sisiku. Aku masih tersenyum bodoh walaupun aku merasakan sakit di seluruh tubuhku.

Aku berusaha bergerak perlahan dan melepaskan lengannya, dan seketika ia mengeratkan pelukannya padaku.

"Jangan bergerak" Katanya lalu membenamkan wajahnya di tenguk leherku.

"Kau sudah bangun?" tanyaku dan aku masih berusaha mengangkat lengannya yang memelukku erat, tetapi aku seakan tidak memiliki kekuatan bahkan untuk melepaskan pelukannya ini.

"Hmmm..." Aku mendengarkannya bergumam.

"Axel... Aku ingin bangun." kataku ketika ia masih terdiam di posisi seperti ini, lalu dalam satu gerakan ia menarik tubuhku agar berhadapan dengannya dan aku masih dalam pelukan lengannya.

Aku sangat terkejut dan dapat merasakan wajahku memerah saat ini. Aku melihatnya yang juga menatapku penuh dengan senyuman. Kedua mata biru itu begitu meneduhkan dan aku dapat melihat ketulusan yang ada dalam tatapannya. Kami hanya terdiam dan saling menatap satu dengan lainnya.

"Aku minta maaf.." katanya mengusap pipiku.

"Apa?" tanyaku bingung, apa ia barusaja meminta maaf padaku setelah apa yang terjadi semalam? Benarkah??

"Untuk semalam, aku minta maaf..." Ia masih menatapku penuh perhatian.

"Apa kau meminta maaf atas apa yang baru saja terjadi semalam?" aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepalaku tidak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan. Aku merasakan kesedihan mulai melingkupi hatiku ketika aku bahkan baru saja memutuskan akan memulai semua ini bersamanya.

"Lepaskan aku-" Aku berusaha untuk melepaskan pelukkannya dan ia segera mendekat dan segera menciumku sebelum aku mampu melanjutkan perkataanku lagi.

"Baiklah, Mungkin aku harus menggunakan bibirku untuk membungkammu baby, dengarkan aku terlebih dahulu." Katanya setelah ia melepaskan ciuman kami.

Aku hanya bisa terdiam dan kembali memerah lagi dan lagi. 

"Pertama, aku meminta maaf karena aku marah semalam dan menggunakan nada yang tinggi saat berbicara denganmu. Kedua... Terima kasih sudah menjadikan aku yang pertama untukmu.. Semalam adalah malam yang terindah dalam hidupku. Mengapa aku baru saja menyadarinya selama ini? kau innocent, baik dan kau milikku." Ia tersenyum padaku.

Oh Gosh! Senyum itu! Aku merasa sangat bahagia melihat senyum di wajahnya seperti itu. Aku langsung menutup wajahku dengan kedua tanganku, aku dapat merasakan wajahku pasti berubah warna menjadi merah tomat saat ini. Aku sangat malu dan tidak ingin ia melihatku seperti ini. Aku mendengar ia tertawa kecil dan memelukku lagi semakin erat lalu mencium keningku.

"Apa masih sakit?" Ia menggengam tanganku dan melepaskannya agar aku tidak menutupi wajahku. Aku mengangguk malu atas pertanyaannya itu. 

"Kau beruntung, karena aku berencana akan membuatmu berada di atas tempat tidur untuk satu minggu kedepan jika kau mengatakan tidak atas pertanyaanku itu."

"Apaaa?" kataku tidak percaya dengan selera humornya saat ini. Aku melihatnya tertawa geli menatapku. Aku menyukai ketika ia tertawa seperti ini dan menjadi lebih bahagia ketika aku mengetahui, akulah yang menjadi alasannya.

"Bagaimana? Maksudku apa yang kau rasakan saat ini?" Ia menatapku gugup menunggu jawabanku.

"hmm... aku merasa baik." kataku kehilangan kata-kata. Entah apa yang harus aku katakan untuk mengungkapkannya.

"Baik? Hanya baik?" Ia mengangguk dan tersenyum lagi atas jawabanku itu.

"Baiklah, ayo! Aku akan membuatmu merubah jawabanmu itu Mrs. Wellington." Ia duduk di sisi tempat tidur dan menggengam tangannku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku lalu duduk dan berusaha menutupi tubuhku dengan selimut.

"Mengajakmu mandi?" Katanya tersenyum menggodaku.

"Tidakkk..." Aku menggelengkan kepalaku.

"Ayolah sayang, Memang kau tidak ingin mandi bersamaku?"

"Tidak... Kau mandi dengan dirimu sendiri." Aku kembali menggeleng dan menarik selimut berbaring lagi di tempat tidur. 

"Istriku yang keras kepala." Ia mendekat dan menciumku sebelum ia beranjak dari tempat tidur. Aku dapat melihat Axel yang beranjak dari tempat tidur di hadapanku ini tanpa pakaian. Aku mengedipkan mataku beberapa kali dan menoleh ke sisi lainnya dan menarik nafas lega ketika aku mendengar suara shower yang menandakan ia sudah ada di kamar mandi. Mengapa aku merasa malu dan aneh seperti ini? Aku kembali memejamkan mataku dan aku akan kembali tidur saat ini.

Axel Wellington

Aku mengkancingkan kemejaku dan mengenakan jas abu-abuku. Ketika aku keluar dari walk in closet-ku aku melihatnya masih tertidur. Aku berjalan mendekat dan duduk di sisi tempat tidurnya.

"Hey.. apa kau baik-baik saja?" aku membelai lembut rambutnya.

"Hm.." Ia mengangguk dan tersenyum padaku.

"Apa kau yakin kau akan baik-baik saja? aku dapat membatalkan meetingku hari ini-"

"Tidak.. Aku baik-baik saja, aku hanya lelah dan mengantuk." ia tersenyum dan menggengam tanganku.

"Aku akan kembali untuk makan malam bersamamu. Bersiaplah untuk malam ini. Kirimkan aku pesan atau hubungi aku jika ada sesuatu." kataku dan ia hanya menatapku, membuatku bingung dan khawatir dengannya.

"Hey... kau membuatku khawatir. apa kau benar baik-baik saja?" aku kembali bertanya lagi ketika ia masih terdiam seperti ini.

"Aku baik-baik saja, apa kamu menyadarinya kamu sudah bertanya hal yang sama untuk ketiga kalinya padaku?" ia tersenyum.

"Karena kau hanya terdiam melihatku."

"Aku hanya tidak percaya apa ini benar dirimu? Aku hanya takut ini semua mimpi."

"Ini aku.. Kau tidak bermimpi. Jangan hanya mempercayainya tetapi kau harus merasakannya, aku menyayangimu." aku menciumnya lembut.

"Aku harus segera pergi... sampai nanti malam ya Schatje." aku tersenyum dan segera berlalu menuju ke kantorku untuk meeting.

Fall for Sierra (COMPLETE- Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang