Chapter 4

46 4 0
                                    

Setelah membunuh guru Bobby. Mereka berempat pun kembali menuju kota lain. Mereka menuju kota yang dimana orang-orangnya adalah penganut kristen taat.
"Apakah kau akan bertobat?"ucap Edward tidak mengerti mengapa Erick membawa mobilnya menuju kesini.
"Setidaknya kita akan aman disini" ungkap Erick.
Bobby dan Stanley hanya mengangguk-anggukan kepala.
Erick pun turun dari mobil dan hendak membeli minuman di minimarket. Dan seorang gadis yang baru saja dari gereja memasuki minimarket yang sama dengan Erick. Saat Erick sedang memilih alkohol yang akan dibelinya dan gadis yang tadi dari gereja pun sedang memilih alkohol.
"Ternyata, wanita disini tidak taat semua"gumam Erick dalam hati seraya tertawa.
"Aku akan mengobati temanku yang kemarin terkena serangan serigala. Alkohol berguna untuk menyembuhkan lukanya"ucapnya.
"Apa dia bisa mendengarku"ucap Erick tidak percaya.
Erick pun melirik kearah gadis tersebut. Dan gadis tersebut sedang melirik kearah Erick.
"Apa kau juga terluka?"tanya wanita itu.
"Apa pedulimu?"ucap Erick seraya menyentakkan giginya.
"Aku hanya bertanya saja"ucapnya santai seraya tersenyum.
"Terserah"ucap Erick seraya mengambil alkohol yg telah dipilihnya.
Wanita itu hanya menggeleng. Dan memasukkan alkohol yang dipilihnya kedalam keranjang. Saat dia membayar ke kasir. Ia kembali berjumpa dengan Erick yang masih mengantri.
"Kau lagi?"ucap wanita itu.
Erick hanya menaikkan alisnya.
"Bisakah kau membiarkanku lebih dulu karena aku harus menyembuhkan temanku"ungkap wanita itu pada Erick.
Erick pun dengan malas membiarkan wanita itu membayar lebih dulu.
"Hi, Mr. Hendry"sapanya pada kasir.
"Oh hi, Natalie. Bagaimana kabar ayahmu?"tanya kasir tersebut.
"Ayahku sudah membaik. Sebaiknya kau juga jangan terlalu banyak bekerja"ucap wanita yang bernama Natalie.
"Tentu saja. Aku hanya bekerja di akhir pekan. Karena, para pegawaiku perlu libur diakhir pekan"ungkap kasir tsb. "Totalnya 15 $"
"Baiklah ini uangnya"ucap Natalie.
Erick pun berdecak kesal. Karena, untuk membayar alkohol saja ia harus mengantri karena kasirnya mengobrol dengan gadis tidak jelas ini.
"Cepatlah. Aku harus pergi"gertak Erick kesal.
Natalie melirik kearah Erick.
"Oiya maafkan aku membuatmu menunggu"ucap Natalie ramah.
Dan kembali melirik ke kasir.
"Baik terima kasih"ucap Natalie pada kasir seraya membawa belanjaanya.
"Iya sama-sama Natalie"
Hingga tiba giliran Erick membayar.
Tanpa waktu lama Erick kembali ke mobil.
"Ya Tuhan, ada wanita aneh didalam yang hobi sekali bicara"ungkap Erick kesal seraya memasuki mobil.
"Erick, baru kau beberapa jam disini dan kau sudah berbicara Tuhan" komentar Edward seraya tertawa.
Erick pun jadi salah tingkah. Namun, ia dengan cepat membahas topik lain.
"Tunggu, jangan ganti topik. Aku ingin tahu seperti apa gadis yang kau temui tadi?"tanya Stanley penasaran.
"Sudahlah cepat kau setir mobil aku ingin menikmati bir yang aku beli" ungkap Erick seraya menyuruh Stanley.
"Baiklah"ucap Stanley seraya pindah bangku.
"Tapi aku juga penasaran dan ingin tahu seperti yang tadi Stanley tanyakan tadi" celoteh Edward.
"Yeah. Siapa gadis yang telah membekas di hatimu ini?"ucap Bobby menahan tawa.
"Sudah jangan banyak bicara ayo kita pergi"ungkap Erick.
Stanley pun menghentikan mobilnya di sebuah penginapan. Jaraknya cukup jauh dari gereja.
"Disini kita akan menginap"ungkap Stanley.
Edward merogoh kedalam tas untuk melihat persediaan uang.
"Sialan. Uang kita habis"umpat Edward. "Narkoba yang biasa kita jual juga habis"
"Bagaimana kita menyewa penginapan kalau tidak ada uang?" ucap Bobby
"Apa kau bisa merayu gadis agar kita bisa gratis menginap?"tanya Erick pada Stanley.
Stanley memutar bola matanya.
"Aku mungkin bisa mencobanya"ucap Stanley walaupun kurang yakin.
"Baiklah semoga sukses"ungkap Erick.
Stanley pun turun dari mobil. Dan teman-temanya ikut turun dan memasuki penginapan bersama2.
Saat resepsionisnya melihat keempat tamunya. Ia menjadi salah tingkah. Saat melihat tingkah resepsionis adalah hal yg mudah bagi Stanley.
"Hi cantik"sapa Stanley.
Resepsionis tersebut langsung gugup.
"A.. ada yg bi..bisa ku bantu?"
"Cantik bisakah kami mendapat 1 kamar double bed?"
"Baiklah nanti akan kami siapkan"
"Untuk biayanya berapa?"
"259 $/malam"
"Bisakah kita membayarnya besok pagi? Karena kebetulan kami baru saja kerampokan dan aku ada bisnis di daerah sini. Tapi partner bisnisku baru sampai di kota ini malam nanti"ungkap Stanley.
Resepsionis tersebut mengangguk kikuk.
"Baiklah. Terima kasih sayang"goda Stanley.
"Ini kuncinya"ucap resepsionis tersebut.
"Terima kasih"ucap Stanley seraya mengambil kunci tersebut.
Stanley menaikkan alisnya saat melirik kearah teman-temannya. Mereka pun langsung memasuki kamar.
"Hebat kau Stan. Kau lihat wajah resepsionisnya" puji Bobby.
"Iya sudah biasa aku menghadapi model semacam dia"ucap Stanley.
"Nanti malam kita harus merampok sepertinya. Karena, persediaan uang kita habis"gagas Erick.
"Benar juga gagasanmu, Rick"ungkap Edward.
Malam pun tiba..
Mereka berempat jalan-jalan menggunakan mobilnya. Mereka berencana mencari mangsa. Dan mereka melihat laki-laki tua yang baru saja pulang dari bank. Dan membawa koper. Kebetulan jalanan sedang sepi. Erick didalam mobil. Edward melihat situasi. Stanley dan Bobby yang merampok pria tua tersebut. Ternyata, mereka tidak menyadari ada yang mengetahui kejadian tersebut. Seorang pria memotret flat mobil Erick. Dan melaporkan perampokan ke polisi. Tidak lama polisi datang. Mereka berempat langsung panik. Dan pria tua yang dirampok pun sudah tidak bernyawa. Mereka pun melarikan diri. Namun, Erick tidak bisa mengendalikan mobilnya seperti biasa karena kepalanya pusing karena tadi siang ia kebanyakan minum alkohol. Mobilnya pun melewati pembatas jalan dan jatuh kesungai. Mereka pun berteriak. Dan mobil pun jatuh. Erick , Edward, Stanley dan Bobby pun ikut jatuh saat mobil terjatuh kesungai. Mereka pun berusaha keluar. Namun, Stanley dan Bobby terjebak. Edward tidak sadarkan diri. Dan Erick pun berusaha keluar. Air sungai terlalu deras. Erick pun segera berenang ke tepian sungai. Namun, teman-temannya tidak bisa ia selamatkan. Karena, ia sendiri tangan dan kakinya terluka. Ia pun berjalan meminta bantuan. Ia pun mendatangi sebuah rumah yang bergaya eropa yang hanya ada satu-satunya di dalam hutan. Erick mengetuk pintunya.
"Sebentar"ucap wanita didalam sambil membuka pintu.
Erick pun lemas dan dengan tubuh basah kuyup dan penuh luka.
"Ya Tuhan. Apa yg terjadi?"
"Tolong aku"ucap Erick.
Erick tidak lama jatuh pingsan. Ternyata, wanita tersebut adalah Natalie. Natalie pun menggotong dengan susah payah agar Erick bisa masuk kedalam. Natalie pun menggantikan baju Erick dan meminjam milik papanya.
"Kurasa aku pernah melihatnya" gumam Natalie seraya mengobati luka Erick.
Lalu, Erick pun tersadar ia sudah posisi tidur disebuah sofa.
"Dimana?"tanya Erick.
"Di rumahku. Kurasa aku pernah melihatmu" ucap Natalie.
"Oh, bukankah kau wanita yang di minimarket tadi siang?"
"Iya namaku Natalie. Kau yang tadi siang membeli alkohol bukan?"
Erick hanya mengangguk.
"Apa kau tinggal sendirian?"tanya Erick ketika melihat sekelilingnya.
"Tidak. Aku tinggal bersama ayahku. Dia sedang pergi ke Bank untuk mengambil uang pensiun. Namun, dia belum pulang sampai sekarang"ucap Natalie dengan wajah cemas.
"Terima kasih telah menolongku" ungkap Erick.
"Iya. Aku akan berusaha menolong orang-orang yang membutuhkan. Karena, Tuhan juga selalu menolong" ucap Natalie dan kembali tersenyum.
Tanpa Erick sadari Erick telah mencuri pandang Natalie. Dan disisi lain Natalie sedang menelpon ayahnya. Namun, tidak diangkat-angkat oleh ayahnya. Kecemasan Natalie pun makin bertambah. Hingga, ada panggilan telpon masuk mengagetkan Natalie.
"Halo"ucap Natalie seraya mengangkat pesawat telpon.
"Halo, Apa ini kau Natalie?"tanya orang di telpon.
"Iya saya sendiri. Ini siapa?"
"Natalie. Ini Kate. Aku menemukan ayahmu tewas dijalan di depan bank"
"Ya Tuhan. Apakah ia masih disana?"
"Masih, Nat. Aku dan polisi lain sedang di TKP dan aku sudah menghubungi ambulance juga" ungkap Kate.
"Baiklah. Aku akan segera kesana" ungkap Natalie seraya menutup telponnya.
Natalie pun melirik kearah Erick yang sedang tertidur disofa.
"Kurasa tidak apa-apa jika aku meninggalkannya. Aku harus segera melihat keadaan ayah"ucap Natalie seraya mengambil mantelnya yg digantung.
Ia pun mengunci pintu rumahnya. Dan segera pergi. Tidak lama saat Natalie meninggalkan rumah. Erick terbangun dari tidurnya. Ia menemukan bahwa ia seorang diri. Erick pun berjalan menuju dapur dengan tertatih-tatih karena kakinya masih luka.
Beberapa saat kemudian..
Erick mendengar suara sirene polisi. Erick yg sedang minum air didapur langsung bersembunyi dikamar mandi.
"Terima kasih, petugas"ungkap Natalie seraya menahan tangis.
"Baiklah. Kami akan kembali bertugas. Selamat malam"
"Iya. Saya mohon agar penjahatnya dapat segera ditemukan"ucap Natalie gusar.
"Tentu saja. Kami akan melanjutkan patroli"
Natalie pun memasuki rumah. Ia tidak melihat Erick di sofa.
"Dimana orang itu?"gumam Natalie.
Lalu, Erick muncul dibalik kamar mandi.
"Rupanya kau disitu"ucap Natalie.
"Maaf aku tadi tidak tahan. Dan aku memakai kamar mandimu"ungkap Erick.
"Iya tidak apa-apa"
"Apa ada masalah?"tanya Erick seraya berjalan mendekati Natalie.
"Ayahku meninggal. Ada penjahat yang tega sekali membunuh ayahku. Penjahat itu hanya mengambil uang hasil pensiunan ayah"
Erick pun langsung membelalakkan matanya. Ia merasa yakin bahwa ayah Natalie adalah yang dibunuh Stanley dan Bobby.
"Dan aku berharap polisi segera menemukannya"ungkap Natalie gusar.
Erick hanya diam saja. Karena, membunuh adalah hal yang biasa baginya.
"Natalie, apa kau tidak takut padaku? Karena, aku adalah orang baru"ucap Erick.
"Aku memiliki Tuhan yang selalu melindungiku selama aku yakin pada Nya. Aku hanya takut pada Tuhanku"ungkap Natalie. "Jika kau adalah orang jahat tentu saja kau mungkin akan membunuhku sejak aku membukakan pintu bagimu"
"Mengapa kau sungguh yakin pada Tuhanmu itu?"
"Aku memiliki keyakinan. Di Gerejalah aku menemukan jati diriku"
Erick pun merasa kikuk. Ia tidak pernah melihat seseorang yang sangat tegar dan berani menghadapi dirinya.
"Bagaimana jika aku ini adalah seorang penjahat?"tanya Erick. "Apakah kau akan tetap menolongku"
"Tentu saja. Karena kau masih manusia yg membutuhkan pertolongan. Tuhan juga maha penolong"ucap Natalie. "Ya. Aku merasa yakin bahwa kau bukanlah penjahat sama sekali"
Erick kembali terdiam. Ia merasakan ketulusan dari ucapan seorang wanita. Yang selama ini belum pernah ia dengar dari wanita yg seringkali ia temui. Erick pun menjadi penasaran dengan sosok Natalie.
"Oh ya, terima kasih telah menolongku. Namaku, Bryce"ucap Erick seraya menyamarkan namanya.
"Oh ya Bryce. Mari kutunjukkan kamar untukmu tidur"ucap Natalie.
Erick pun berjalan mengikuti Natalie.
Keesokan harinya..
Erick sudah bangun lebih pagi. Saat ia keluar dari kamarnya Natalie bangun lebih dulu dari dirinya. Natalie mempersiapkan untuk pemakaman ayahnya.
"Kau sudah bangun?"tanya Natalie
"Bukankah kakimu masih sakit?" ucapnya lagi
"Aku hanya sakit sedikit"
Natalie pun tersenyum.
Disaat Erick menyadari bahwa teman-temannya tidak tertolong. Ternyata, Stanley berusaha terlepas dari seatbelt yg menjebaknya. Ia berusaha berenang ke tepian. Dengan jalan terpincang karena kakinya terluka cukup dalam. Ia berjalan di hutan yang gelap. Ia mencari bantuan namun sama sekali tidak ada orang.
Dan disisi lain..
Edward memanjat tebing sungai. Ia berhasil berjalan menuju jalan raya dan meminta bantuan.   Sedangkan, Bobby tidak bisa selamat karena aliran sungai terlalu deras dan dirinya tidak pandai berenang. Bobby pun terbawa aliran sungai.
Edward ditolong oleh seorang pasangan lansia yang sedang menyetir mobil. Pasangan lansia yg baik hati ini menyuruh Edward naik ke mobilnya. Namun, memang dasar Edward jahat. Ia membunuh pasangan lansia tersebut dan mengambil mobil mereka. Ia membiarkan dahulu mayatnya didalam mobil. Edward membawa mobilnya menuju hutan yg sepi. Dan disana ia membuang mayat lansia tersebut. Edward tersenyum bahagia.
"Tua renta hanya menyusahkan saja. Lebih baik kuambil mobilnya"ucap Edward walaupun kakinya masih terasa nyeri.
Edward pun mencari keberadaan teman-temannya menggunakan mobil hasil curiannya.
"Dimana mereka? Apakah mereka dengan semudah itu mati karena jatuh ke sungai?"ungkap Edward gemas.
Disisi lain..
Stanley mencari teman-temannya. Ia berjalan dengan bersusah payah sambil menyeret kaki kanannya yg luka.
"Dimana mereka? Sialan gara-gara kejaran polisi. Uang hanyut, mobil hanyut dan teman-temanku menghilang"ungkap Stanley gemas.
Stanley pun berhasil menjangkau jalan raya. Ia melihat seorang gadis yang sedang menghentikkan taxi. Gadis tersebut melihat kearah Stanley.
"Tolong aku"ucap Stanley seraya melambaikan tangan pd gadis tsb.
Gadis tersebut menghampiri Stanley.
"Ya Tuhan? Mari kutolong"ucap gadis itu panik.
"Tolong bantu saya"ucap Stanley.
"Baiklah. Ayo cepat naik ke taxi. Aku akan membawamu ke dokter"ungkap gadis tersebut seraya membantu Stanley.
Stanley pun dibawa ke dokter terdekat. Setelah diperban kakinya. Stanley berterima kasih pada gadis yang telah menolongnya.
"Kurasa aku ingat dirimu"ucap gadis tsb.
"Benarkah?"tanya Stanley seraya menaikkan satu alisnya.
"Iya. Kau adalah penyewa hotel tadi siang. Dan mengapa kau tidak kembali ke hotel untuk membayarnya?"
"Oh . Apakah kau resepsionis hotel itu?"
"Iya. Karena kau belum membayar jadi pihak hotel memotong gajiku untuk pembayaran hotel yang kau sewa"
"Oh, maafkan aku. Tadi aku ada kecelakaan sehingga tidak bisa kembali ke hotel"
"Dimana teman-temanmu?"
"Iya mereka menghilang setelah kecelakaan. Aku tidak bisa menemukan mereka"ungkap Stanley sedih.
"Apa kau mau tinggal di apartemen sederhana milikku?"tanya gadis tersebut ramah.
"Apa kau tidak keberatan?"
"Tentu saja tidak. Oh, iya namaku Celia"ucap gadis tersebut malu-malu.
Stanley pun memikirkan kembali nama untuk samarannya.
"Namaku Bryan"ucap Stanley.
"Bukankah seingatku namamu adalah John Fidelis? Aku ingat saat kau check in tadi"
"Oh iya itu nama tengahku. Nama lengkapku Bryan John Fidelis"ucap Stanley.
"Oh baiklah"
"Siapa Bryan? Bukankah dia korbanku saat di Philadelphia. Haha"gumam Stanley dalam hati.
Setelah segala sesuatu di RS selesai. Stanley pun pulang ke apartemen bersama Celia.
"Maaf Bryan. Aku hanya bisa membiarkanmu tidur di sofa"ungkap Celia seraya membuka apartemennya.
"Apakah kau tinggal sendirian?"tanya Bryan.
"Ya. Orangtuaku meninggal saat aku berusia 10 tahun. Mereka bunuh diri karena terlibat banyak hutang"ungkap Celia. "Maaf tidak seharusnya aku bercerita padamu"
Stanley hanya tersenyum.
"Selamat tidur"ucap Celia seraya pergi ke kamarnya.
Celia pun memberikan bantal dan selimut pada Stanley.
Keesokan harinya..
Edward mendapati dirinya tertidur dimobil yg dicurinya semalam bau amis masih belum hilang.
"Sialan. Bau amis ini tidak hilang"umpat Edward.
Edward pun kembali membawa mobilnya untuk mencari teman-temannya. Namun, saat di perjalanan ia melihat 2 orang polisi sedang berpatroli. Edward pun mencari jalan lain.
"Sialan. Ada polisi"
Namun, polisi sudah bergerak lebih cepat dari Edward. Edward pun dicurigai. Dan mobilnya dibuntuti polisi. Hal itu membuat Edward geram.
Dan akhirnya, Edward menghentikkan mobilnya dan turun dari mobil. Saat itu Edward berlari dan polisi pun dengan leluasa menembak kaki Edward.
"Ayo borgol dia"perintah polisi tersebut kepada polisi yang disebelahnya.
Edward pun diborgol dan dimasukkan kedalam mobil patroli.
Disisi lain..
Stanley dibuatkan kue dan kopi oleh Celia. Walaupun, Celia baru mengenalnya ia sangat ramah. Ia terbiasa ramah pada siapapun. Karena, setiap orang dikota ini sangat ramah.
"Makanlah sarapanmu. Aku harus segera pergi kuliah. Sepulang kuliah aku bekerja paruh waktu di hotel dan pulang jam 9 malam"ungkap Celia.
"Baik setelah kuhabiskan sarapanku aku akan segera pergi untuk mencari temanku"ungkap Stanley.
"Apa kau punya uang?"tanya Celia lagi.
Stanley hanya menggeleng. Karena, ia memang tidak punya uang sepeser pun. Celia pun mengeluarkan beberapa lembar dollar dari tasnya.
Setelah selesai sarapan Stanley pamit pergi pada Celia. Dan Celia pun segera menutup pintunya. Dan ia pergi kuliah.
Stanley berjalan tidak menentu. Saat ini tujuannya hanya ingin bertemu dengan teman2 nya. Saat melewati toko televisi. Disitu disiarkan bahwa telah ditangkap Edward Leonard yang terlibat beberapa kasus pembunuhan.
"Sialan. Bukankah itu Edward"gumam Stanley dalam hati.
"Akhirnya. Penjahatnya sudah tertangkap"gumam seorang wanita di sebelahnya.
"Apa kau mengenal penjahat ini?"tanya Stanley pada wanita tersebut.
"Iya. Menurut keterangan polisi ia adalah penjahat yang membunuh ayahku"ungkap wanita tersebut.
"Benarkah? Siapa nama ayahmu?"ucap Stanley karena Stanley berpikir mungkin saja itu adalah salah satu korbannya.
"Ben Huntsman. Hi, namaku Natalie" ucap wanita tersebut.
"Hi, namaku Bryan"ucap Stanley.
"Senang mengenalmu Bryan. Ok aku harus pergi ada temanku yang sedang menungguku di rumah"ungkap Natalie seraya pergi meninggalkan Stanley.
Stanley hanya mengangkat bahunya dan berjalan pergi. Ketika lama berjalan kesana kemari hari semakin siang. Stanley pun merasakan lapar sekali. Ia pun mampir ke toko kebab. Ia membeli kebab memakai uang pemberian dari Celia. Untunglah harganya tidak terlalu mahal. Dan pemilik tokonya sangat ramah.
"Betapa ramahnya warga disini"gumam Stanley dalam hati.
"Apakah kau warga baru disini?"tanya seorang pria paruh baya.
"Iya Tuan. Saya baru disini"
"Oh ya? Beberapa hari yang lalu temanku Ben meninggal. Iya dirampok oleh 4 orang menurut keterangan saksi. 1 orang berjaga, 1 orang di mobil dan 2 orang yang membunuhnya. Padahal sebelumnya disini tidak pernah ada kejadian seperti itu. Semenjak kejadian itu aku selalu was was pada keluargaku terutama anak-anakku agar hati-hati"
Stanley pun ingat mengenai kejadian itu. Karena, dialah yang membunuh pria tua itu.
"Apakah namanya Ben Huntsman?"
"Ya. Apa kau mengenalnya?"
"Tidak. Tadi aku bertemu dengan anaknya yang bernama Natalie. Ia sangat senang karena penjahatnya sudah berhasil ditangkap"
"Oh ya? Apakah penjahatnya sudah berhasil ditangkap?"
"Iya kurasa"
"Apakah semua sudah tertangkap?"
"Kurasa hanya 1 orang"
"Penjahatnya kemungkinan masih berkeliaran"
"Sialan pria tua. Sudah sangat jelas aku berhadapan dan mengobrol denganmu" ucap Stanley dalam hati.
"Baiklah kurasa aku harus pergi" ungkap Stanley seraya berjalan pergi meninggalkan kedai kebab.
Saat keluar dari kedai kebab Stanley polisi diseberang jalan. Ia pun memilih jalan lain. Hari pun semakin sore. Stanley bingung akan pergi kemana akhirnya ia kembali ke apartemen Celia. Ia duduk didepan apartemennya karena masih dikunci. Celia masih bekerja paruh waktu.
Stanley pun ketiduran didepan apartemennya. Celia yg baru saja pulang dari kerja. Melihat Stanley sedang tertidur didepan apartemennya. Ia pun membangunkan Stanley.
"Bryan?"ucap Celia seraya mengguncangkan tubuh Stanley.
Stanley pun terbangun.
"Celia? Syukurlah kau sudah pulang" ucap Stanley.
"Bukankah kau akan menemui temanmu?"tanya Celia heran.
"Aku belum menemukan mereka. Dan aku bingung harus tidur dimana"ucap Stanley.
"Baiklah ayo masuk dulu. Kita bisa mengobrol didalam"ungkap Celia seraya membuka pintu apartemennya.
Stanley dan Celia pun memasuki apartemen.
Celia menyimpan tasnya. Mereka pun duduk.
"Apakah kau tidak memiliki kerabat?" tanya Celia .
"Tidak. Kerabatku ada di Paris semua. Aku selalu berpindah-pindah kota karena pekerjaanku"ucap Stanley.
"Baiklah. Untuk sementara tinggalah di apartemenku"ucap Celia.
"Apakah kau tidak keberatan?"ucap Stanley menyembunyikan girang hatinya.
"Asal kau membantuku mencari uang. Well, untuk memenuhi kebutuhan makanmu"ucap Celia.
"Tapi, aku bingung akan kerja apa. Semua data clientku ada di mobil. Dan mobilnya jatuh disungai aku saja baru kecelakaan"ungkap Stanley.
"Kurasa hotel tempatku bekerja sedang membutuhkan seorang bellboy. Apakah kau mau?"
"Tapi semua identitasku hilang. Apa itu tidak apa2?"tanya Stanley.
"Uhmm.. Mungkin gajinya tidak akan sebesar yg memiliki identitas lengkap" ungkap Celia. "Kau akan aku anggap sebagai saudaraku. Dan aku akan merekomendasikanmu sebagai pegawai disana"
Stanley hanya menganggukkan kepala.
"Terima kasih banyak, Celia"
"Aku bahkan belum melakukan apapun, Bryan"ungkap Celia seraya merona malu.
"Apa kau belum mengantuk, Celia?"
"Aku belum bisa tidur. Aku harus mengerjakan tugas kuliahku dulu"ucap Celia seraya beranjak mengambil buku ditasnya. "Jika kau mengantuk tidurlah duluan"
"Tidak. Aku ingin menemanimu"ucap Stanley.
"Terserah padamu"ungkap Celia.
Celia pun mulai membaca buku-buku nya. Tiba-tiba Stanley ingin sekali merokok saat itu. Ada perasaan tidak nyaman mulutnya. Celia pun melihat sesuatu tidak beres dari gerak-gerik Stanley.
"Apa ada masalah?"tanya Celia.
"Uhmm.. Aku hanya ingin kau tahulah pria. Merokok"
"Ohh.. Maukah kau coba sesuatu yg lebih baik daripada rokok?"
"Apa kau bercanda?"
Celia pun mengeluarkan permen karet di toples yang berada didekatnya.
"Makanlah permen ini"perintah Celia seraya memberikan permen karet pada Stanley.
Stanley pun melirik tidak percaya.
"Ini sungguh lelucon"ucap Stanley seraya memakan permen karet pemberian Celia.
"Itu akan sedikit mengurangi rasa tidak nyaman saat kamu tidak mengkonsumsi rokok"ucap Celia.
Stanley pun mulai merasa nyaman memakan permen karet pemberian Celia.
"Enak juga"ucap Stanley.
"Sekarang bukan lelucon kan"gumam Celia.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam. Stanley terbangun dan mendapati Celia tertidur di sofa bersamanya sembari posisi duduk dan buku menutupi wajahnya.
"Kasihan sekali dirimu"ungkap Stanley seraya beranjak dari sofa.
Ia pun mengangkat dan menggendong tubuh Celia. Stanley pun memindahkannya ke kasur. Lalu, menyelimutinya. Dan Stanley kembali tidur di sofa.
Keesokan harinya..
Celia terbangun dari tidurnya. Ia mendapati dirinya tertidur dikasur.
"Aku bermimpi seseorang menggendongku"ungkap Celia.
Celia pun segera bergegas menuju kamar mandi.
Beberapa saat kemudian..
Celia keluar dari kamarnya. Ia tidak melihat Stanley. Stanley pun membuka pintu.
"Kau meninggalkan kunci di meja. Jadi, aku bisa membuka pintu. Aku membeli sarapan"ucap Stanley.
Celia pun tersenyum.
"Ayo kita makan"ajak Stanley.
"Terima kasih"
"Apa kau jadi mengajakku bekerja?"
"Iya. Hari ini aku akan mengajakmu ke hotel tempatku bekerja. Kebetulan aku sedang tidak ada mata kuliah"
"Baiklah"
Setelah sarapan mereka berdua pun bergegas pergi. Celia memperkenalkan Stanley pada bosnya. Stanley diterima bekerja disana karena direkomendasikan oleh Celia. Celia adalah pegawai terbaik di hotel itu. Sebab itu bosnya langsung percaya tentang pegawai barunya.
"Jadi, kapan kau bisa mulai bekerja?"
"Hari ini juga saya siap pak"ucap Stanley.
"Baiklah. Mulai hari ini ya, Bryan. Semoga kau bisa cepat beradaptasi"
"Baik. Terima kasih"
Malam harinya...
Setelah lelah bekerja. Stanley menunggu Celia dipintu keluar. Saat Celia keluar Celia terlihat menahan tangis.
"Ada apa Celia? Apa terjadi sesuatu?" tanya Stanley terlihat khawatir.
"Nanti saja kuceritakan di apartemen" ungkap Celia seraya menyetop taxi.
Sesampai di apartemen..
Celia menyimpan tasnya dan menyandarkan dirinya di sofa.
"Tadi ada seorang customer. Dia berani sekali melecehkanku. Awalnya saat aku sedang mengambilkan barang miliknya yg tersangkut di ranjang. Ia menciumku. Saat aku akan menamparnya ia malah menamparku"cerita Celia.
"Berengsek sekali dia. Apa tidak ada orang lain yg mengambilkan barang untuknya"
"Kebetulan hanya aku dan temanku sedang sibuk melayani tamu lain. Jadi, terpaksa aku ikut kekamarnya"
"Aku juga biasanya melakukan hal yang sama dengan yang customer itu lakukan. Tapi aku melakukannya karena suka sama suka. Tidak memaksanya seperti ini. Ini membuatku ingin sekali membunuhnya"gumam Stanley dalam hati.
"Apa kau ingat berapa hari dia menginap?"
"Seingatku dia hanya menginap 2 hari"ungkap Celia sambil memasang tampang kesal. Stanley pun memasang target baru pada customer hotel tersebut.
"Mangsa baru"ungkap Stanley dalam hati seraya tersenyum jahat.
"Aku lelah sekali. Jika kau lapar aku punya makanan di kulkas. Ambillah" ucap Celia seraya pergi ke kamarnya.
Besok lusa..
Stanley meminta temannya menggantikan tugas. Ia sudah mempunyai rencana untuk membunuh customer hotel yang menyebalkan. Stanley mendengar percakapan customer tersebut dengan partner bisnisnya. Ia pun menyelinap kedalam mobilnya.
Stanley pun menjerat leher pria menyebalkan itu sampai pria tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Stanley pun mengendarai mobilnya kearah jurang. Namun, saat mobilnya akan jatuh kejurang Stanley segera turun dari mobil tersebut. Mobilnya pun terjatuh ke jurang.
"Selamat jalan tuan menyebalkan" teriak Stanley.
Stanley pun membuang bajunya yang sudah terkena noda darah. Untungnya ia memakai baju double. Stanley pun kembali ke hotel dengan jalan kaki. Temannya agak bingung melihat Stanley terlihat kelelahan.
"Kau habis darimana?"
"Biasa. Bermain.. Kau tahulah laki-laki"
Temannya pun hanya tertawa. "Gila kau. Bahkan saat kerja"
"Kapanpun aku selalu siap"ucap Stanley seraya tersenyum.
Hari demi hari..
Stanley mulai menyadari semakin lama bersama dengan Celia. Ia menyadari ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ia tertarik pada Celia. Celia tidak seperti gadis-gadis lain. Ia mandiri, ramah, dan pandai. Stanley mengakui bahwa ia menyukai seorang gadis pandai.
"Jika melihatnya aku seperti melihat Annabeth. Aku ingin memilikinya. Aku tidak ingin lepas lagi untuk yg kedua kalinya"gumam Stanley dalam hati.
Disaat libur kerja. Celia mengajaknya jalan keluar untuk menghirup udara segar dikota ini.
"Apa kau tidak pernah menghirup udara segar?" tanya Celia dgn nada mengejek.
"Apa kau sedang mengejekku? Tentu saja aku seringkali bepergian"ungkap Stanley seraya mengangkat alisnya dan tertawa.
"Ayo kutunjukkan tempat indah di kota ini. Kebetulan hari ini kita sedang libur"ucap Celia.
"Boleh. Aku ingin lihat yang kau maksud" ucap Stanley.
Celia pun mengajak Stanley pergi. Mereka naik bus untuk mencapai ketempat yang dimaksud Celia. Stanley terlihat sangat keren memakan jaket bertudung parka. Sehingga, banyak wanita yang mencuri pandang kearah Stanley.
"Kau mirip sekali dengan kakakku. Tapi, ia sudah tidak ada didunia ini"ungkap Celia seraya menunduk sedih.
"Sudahlah kau jangan menangisi seseorang yang sudah tidak ada di dunia. Itu hanya sia-sia. Lanjutkan saja hidupmu dan buatlah kakakmu itu bangga"ucap Stanley.
Kata-kata Stanley membekas di hati Celia.
"Biasanya walaupun aku jalan dengan wanita. Aku selalu bisa merayu wanita lain. Tapi, dengan Celia aku hanya ingin dekat dengannya wanita manapun terasa tidak menarik"ucap Stanley dalam hati seraya melirik kearah Celia yang sedang membaca buku.
Bus pun berhenti ditempat yang dituju Stanley dan Celia. Celia dan Stanley pun turun. Disana sudah terlihat danau buatan yg sangat indah. Banyak sekali muda-mudi yang datang kesana.
"Udara disini sangat menyegarkan. Ini adalah danau buatan Tn. Fredrick. Ia adalah tokoh masyarakat di kota ini. Ia sangat kaya raya sehingga ia membiayai dari awal sampai akhir pembuatan danau ini"cerita Celia.
"Kau tahu banyak tentang kota ini"ucap Stanley takjub.
"Uhmm.. Mungkin tidak semua tapi aku tahu karena aku lahir dan dibesarkan disini"ucap Celia seraya tersenyum.
"Well, kurasa aku jatuh cinta padamu" ungkap Stanley.
"Apakah semudah itu kau mencintai wanita?"ujar Celia seraya melirik kearah Stanley.
"Apa kau tidak tertarik padaku?"tanya Stanley.
"Tidak mungkin aku secepat itu tertarik padamu, Bryan"
Stanley pun menatap dalam-dalam Celia. Nafasnya dan nafas Celia berhembus. Saat Stanley mendekatkan wajahnya ke wajah Celia. Celia mundur perlahan.
"Jangan coba-coba melakukan hal itu padaku, Bryan"ungkap Celia.
Stanley pun mengepal tangannya.
"Kau akan berada di dekapanku, Celia" gumam Stanley lirih.
Celia pun berjalan meninggalkan Stanley. Stanley  pun berjalan menyusul Celia. Dan menarik lengan Celia.
"Tunggu aku Celia"ungkap Stanley.
Hari pun berganti sore...
Celia pun mengajak Stanley pulang. Mereka pun pulang naik bus. Sesampai di apartemen. Celia segera pergi untuk mandi. Sambil menyalakan keran ia memikirkan kejadian saat tadi ditaman. Bagaimana Stanley menatap dirinya. Dan saat itu juga hatinya bergetar tidak menentu.
Hari pun berganti minggu..
Sudah beberapa minggu, Stanley tinggal di apartemen Celia. Namun, tidak ada yg mengetahui identitas Stanley. Bahkan, polisi belum menemukannya.
Malam itu Stanley belum kembali ke apartemen padahal sudah larut malam. Celia sangat cemas karena tidak biasanya Stanley belum datang padahal malam sudah larut.
Malam itu, waktu sudah menunjukkan pukul 2.00 dini hari. Stanley ke apartemen dengan baju berlumuran darah.
"Semoga Celia sudah tidur. Aku tidak bisa menahan diriku tdk membunuh" ungkap Stanley.
Lalu, ada tetangga Celia yang tinggal di apartemen yg sama. Melihat Stanley memakai baju penuh darah dan ada pisau ditangannya. Saat akan melapor ke polisi. Stanley yang cekatan langsung melihatnya. Ia pun langsung menghampiri seorang wanita paruh baya tersebut. Stanley pun langsung membunuh wanita tersebut menggunakan pisau yang berlumuran darah. Wanita itu pun tersungkur di lantai tidak bernyawa.
Stanley baru saja pulang dari membunuh seseorang yang menyukai Celia. Stanley tidak suka kalau faktanya dia memiliki saingan untuk menyukai Celia. Stanley masih berharap kalau Celia bakal menerima perasaannya.
Stanley langsung segera membereskan mayat wanita tersebut. Dan ia menyimpan mayatnya di kolong ranjang di apartemen wanita tersebut.
Setelah itu, Stanley pun pergi ke apartemen Celia. Ia melihat Celia tertidur disofa. Wajahnya menyiratkan bahwa ia sangat lelah. Stanley pun langsung lega setelah melihat wajah Celia. Stanley pun menyimpan pisaunya di dapur dan mencuci tangannya. Dan ia mengangkat Celia dan segera memindahkannya ke kamar. Karena, terlalu ngantuk bahkan Celia tidak sadar apapun bahkan bau darah dari baju Stanley. Stanley hanya tersenyum ketika menyadari bahwa Celia tidak bangun. Stanley pun menyelimuti Celia dan mengecup keningnya.
"Aku berjanji akan mendapatkanmu dgn cara apapun"ungkap Stanley seraya tersenyum.
Keesokan harinya..
Saat Celia bangun. Ia mendengar ricuh orang-orang diluar apartemennya. Celia pun langsung berjalan keluar. Ia melihat bahwa di kamar sebelah sudah ada garis polisi. Dan banyak polisi.
"Ada apa ini?"tanya Celia.
"Ada pembunuhan lagi"ungkap tetangga sekitar.
"Apa? Ya Tuhan. Bukankah itu Ny. Myers"ungkap Celia seraya terkejut melihat mayat Ny. Myers dibungkus plastik yg polisi bawa.
Sedangkan, Stanley masih nyaman tidur di sofa. Celia pun bergidik ngeri melihat hal tersebut. Celia terkejut melihat Stanley sedang tidur di sofa.
"Akhirnya, dia ada juga. Padahal aku mengkhawatirkan dirinya"ungkap Celia.
"Apa aku tidak salah dengar?"ucap Stanley.
Celia pun kaget mendengar ucapan Stanley.
"Apa kau mendengarku?"tanya Celia.
"Aku kau mengkhawatirkan diriku?" tanya Stanley seraya terbangun dari tidurnya dan posisi duduk.
"Tentu saja"ungkap Celia.
"Itu menandakan bahwa aku spesial di hatimu"ungkap Stanley.
"Tidak mungkin. Hanya ada di khayalanmu saja. Ada pembunuhan lagi mengerikan sekali"
"Benarkah? Menyeramkan sekali" ucap Stanley pura-pura ngeri namun padahal hanya dibuat-buat.
Celia pun segera bersiap-siap untuk pergi kuliah. Stanley pun mengantar Celia sekalian pergi ke tempat kerjanya. Stanley pun senang sekali karena akhirnya ia tahu wanita yg diidamkannya menaruh hati untuknya.
"Hmm. Apakah kau sedang jatuh cinta?"tanya teman kerja Stanley.
Ia adalah wanita senior di hotel ini. Diam-diam Liz (namanya) pun menyukai Stanley.
"Iya aku menyukai Celia Margareth" ujar Stanley tanpa ragu.
"Apakah serius kau menyukai gadis murahan itu?"tanya Liz.
"Apa maksudmu? Aku tidak menyukai cara bicaramu"ungkap Stanley.
"Aku mengatakan yang sebenarnya. Banyak sekali pria yang datang untuk berkencan dengannya"ungkap Liz.
Stanley pun geram. Ia tidak sabar untuk memotong lidah Liz.
"Siap-siap untuk kau menemui ajalmu, Liz"gumam Stanley dalam hati.
Malam harinya..
Stanley langsung pulang setelah bekerja. Biasanya ia menunggu Celia. Namun, hari ini ia tidak menunggu Celia. Stanley berencana menghabisi Liz. Stanley tahu bahwa Liz menyukainya. Stanley pun mengajak Liz berkencan. Saat memasuki kedalam hutan. Liz tersenyum kearah Stanley. Dengan sigap Stanley mengeluarkan pisaunya. Dan ia menancapkan ke mulut Liz. Saat itu Liz masih sadar namun ia tidak bisa berteriak minta tolong. Liz pun berhasil kabur karena menendang Stanley. Liz pun berlari bersusah payah dengan mulutnya yang mengeluarkan banyak darah. Ia berlari minta tolong.
"Sialan. Kembali kau Liz. Aku belum beres merapikan mulut tajammu" teriak Stanley kesal.
Liz pun berlari ketakutan. Ia berlari sekencang mungkin meninggalkan Stanley. Liz berusaha mencapai jalan raya. Stanley lari cepat sekali. Stanley pun mencapai tubuh Liz. Stanley pun menarik tubuh Liz sehingga Liz pun terjatuh. Stanley pun tertawa kencang.
"Dasar wanita murahan. Mau saja kau kuajak kemari"ucap Stanley.
Stanley pun mulai menusuk-nusuk dada Liz. Tanpa Stanley sadari polisi ada didepannya. Melihat hal itu polisi mulai menyiapkan pistol.
"Diam ditempat atau kutembak kau" perintah polisi tersebut.
Stanley hanya tertawa.
"Aku tidak takut"ucap Stanley.
Saat Stanley akan bersiap untuk berlari. Polisi dengan sigap menembak kaki Stanley. Stanley pun terjatuh karena kakinya berdarah.
Polisi itu menyuruh rekannya memborgol Stanley.  Polisi tersebut dengan sigap memborgol Stanley. Stanley pun dimasukkin kedalam mobil patroli.
Celia menunggu Stanley di apartemennya. Namun, Stanley tidak kunjung datang. Celia pun mengunci pintu apartemen dan segera tidur.
Keesokan harinya..
Saat Celia memasuki ruang kerjanya. Ia dipanggil oleh atasannya.
"Celia. Dengan berat hati aku harus memecatmu. Karena, kau telah memasukkan seorang penjahat kedalam hotelku. Ia telah membunuh customer dan Liz. Apakah kau tahu?" ucap Bosnya.
"Ya Tuhan. Aku bahkan tidak tahu hal itu Pak. Bagaimana kau menuduh Bryan melakukan hal keji seperti itu?"
"Kau bahkan tidak tahu namanya? Bukankah kalian saudara?"
"Iya tentu saja aku tahu. Namanya Bryan John Fidelis"
"Kau bahkan tidak tahu namanya. Itu bukanlah namanya"
Celia pun menatap bingung.
"Jika kau memang benar mengenalnya. Coba dimana dia sekarang?"tanya bosnya.
Celia pun bingung menjawabnya. Karena, Celia juga tidak tahu Stanley berada dimana. Ia bahkan tidak pulang ke apartemennya.
"Apa kau tahu?"tanya bosnya lagi.
Celia pun mulai menggelengkan kepala. Bosnya hanya menggelengkan kepala.
"Jadi, kau tidak tahu?"tanya bosnya lagi.
"Tidak pak"ucap Celia lirih.
"Jadi, namanya adalah Stanley Trafford. Ia adalah pembunuh yang sedang dicari polisi. Sudah banyak korbannya. Dia seringkali pindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Mereka beranggotakan 4 orang. 2 orang sudah tertangkap namun yang 2 orang masih jadi buronan. Ia telah membunuh Liz dan Customer" ungkap bosnya.
Celia pun bergidik ngeri mendengar cerita dari bosnya. Ia tidak habis pikir bisa tinggal bersama dengan seorang pembunuh.
 "Kamu sebaiknya hati-hati. Mereka masih berkeliaran"ungkap bosnya.
Celia pun mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan hotel. Namun, ada satu hal yang mengganjal dlm dirinya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya mencintai Stanley.
Celia pun bertekad membuktikan omongan bosnya. Ia pun mencari informasi mengenai penjahat yang ditangkap polisi. Celia pun mendapat alamat kantor polisinya.
Di kantor polisi Celia pun menemui Stanley. Ternyata omongan bosnya pun benar. Ia mendengar hal itu dari polisi. Celia pun menemui Stanley yang berada didalam jeruji besi.
"Apa yang sudah kau lakukan?"tanya Celia sedih.
"Celia. Aku bersyukur masih bisa melihatmu"ungkap Stanley merasa senang.
"Kau membuatku sedih, Stanley. Aku pikir kau berbeda"
"Aku memang berbeda. Dan aku mencintaimu Celia"
"Aku juga tidak bisa menyangkal kalau aku juga mencintaimu. Tapi, aku harus menghapus dirimu dalam pikiranku. Terima kasih telah membuatku jatuh cinta padamu" ungkap Celia lirih.
Stanley pun terdiam.
"Tapi, aku tidak bisa menghapus dirimu Celia Margareth Johnson"
Celia merasa terkejut bahwa Stanley benar-benar mencintainya. Namun, ia tetap pergi meninggalkan Stanley.
Celia melihat seseorang sedang menelpon sedang menelpon. Celia mendengar wanita tersebut bercakap-cakap .
"Syukurlah pembunuh ayahmu sudah ditangkap kini hanya tinggal Erick Silvester dan Bobby Anthony yang masih menjadi buronan polisi" ungkap wanita tersebut.
Celia pun melihat name tag dibaju wanita tersebut. Bajunya menunjukkan bahwa ia adalah seorang anggota polisi. -Kate Hudson-
Kate melirik kearah Celia. Dan tersenyum pada Celia. Celia pun membalas senyum pada wanita tersebut.
Beberapa hari setelah penangkapan Stanley. Seorang nelayan menemukan sebuah mobil yang terapung dan ada mayat didalamnya. Ia langsung melaporkan pada polisi. Polisi pun mengidentifikasi mayat tersebut. Dan dengan lega mereka menemukan buronan yang ketiga. Polisi membungkus mayat sudah tidak berbentuk ini dan memasukkannya kedalam ambulans. Dan Kate pun menelpon Natalie.
Disisi lain...
Siang pun tiba. Ambulans yang membawa jasad ayah Natalie pun datang. Natalie menyambutnya dengan wajah murung. Airmatanya pun kembali menetes. Para petugas rumah sakit dan pengurus gereja pun membantu. Saat sudah selesai dirapikan dan dimasukkan kedalam peti mati. Erick pun melirik dan melotot bahwa pria itu benar yang dibunuh Stanley dan Bobby malam itu. Namun, Erick menyembunyikan ketakutannya. Dan berusaha tenang. Erick memakai kacamata dan topi agar orang-orang tidak terlalu memperhatikannya.
"Apa kamu masih menunggu sanak saudaramu?"tanya pendeta Johann.
"Tidak pendeta. Aku hanya tinggal bersama ayah. Dan aku tidak mengenal saudaraku yang lain" ungkap Natalie seraya mengusap airmatanya.
"Baiklah. Mari kita segera ke pemakaman"ucap Pendeta Johann.
Peti mati pun dibawa oleh mobil pendeta. Dan para jemaat mengikuti dibelakang. Erick pun menyetirkan mobil untuk Natalie.
"Maaf aku tidak bisa melihat pemakamannya. Aku tunggu dimobil saja"ungkap Erick.
Natalie hanya mengangguk.
Sesampai di pemakaman...
Natalie turun dari mobil. Dan berjalan menuju pemakaman.
Tidak lama menunggu pemakaman pun selesai. Dan Erick pun kembali ke rumah Natalie bersama Natalie. Saat dirumah Natalie mengambil air minum di kulkas. Wajahnya masih sedih. Erick pun merasakan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya yaitu perasaan sedih.
"Apakah kau lapar?"tanya Natalie.
Erick pun menggeleng. Namun, perutnya berkata lain.
"Bohong itu dosa. Mau kubuatkan pancake?"ucap Natalie seraya tersenyum dipaksakan.
Erick pun menggaruk tengkuknya. "Baiklah. Terserah kau"
Natalie pun mulai membuatkan adonan.
"Aku setiap pagi selalu membuatkan ayahku pancake. Ia sangat suka sekali pancake buatanku. Itu membuatku bahagia"
Erick hanya diam dan mendengarkan ocehan Natalie.
"Ibuku meninggal saat melahirkanku. Sejak saat itu keluarga ibuku membenciku dan mereka meninggalkanku dan aku hanya tinggal dengan ayahku. Ayahku mengurusku sendirian sejak aku bayi sampai sekarang. Sekarang aku sudah 16 tahun"
Erick masih diam dan mendengarkan. Natalie mulai memasukkan adonan pancake ke teplon.
"Ayahku bekerja sebagai pegawai bank tapi karena usianya sudah cukup tua. Ia pensiun dan malam itu menjadi malam terakhir baginya. Dan bagiku terakhir melihat dia. Dan ini adalah hari ulangtahunku. Setelah mendapat uang pensiunnya ia berjanji padaku akan mengajakku pergi keluar kota untuk mengunjungi makam ibuku. Karena, selama ini kami belum sempat ziarah ke makam ibu. Karena, saat itu ayah sibuk bekerja. Namun, karena penjahat itu ayahku harus meninggal. Hingga, aku pun tidak bisa mengunjungi makam ibuku" ucap Natalie seraya membalikkan pancakenya.
Erick masih mendengarkan walaupun ia tahu ia cukup bersalah.
"Jadi, apa yg membuatmu datang ke tempat ini Bryce?"
Erick pun terkejut. Dan ia pun berusaha tenang.
"Well, aku hanya ingin mengunjungi kota ini. Karena, banyak yang mengatakan bahwa disini kotanya sangat damai"
Natalie terlihat berpikir sejenak sambil memasukkan pancake ke piring yang telah disediakan.
"Iya memang disini sangat damai dan tentram. Bahkan, baru sekali ada pembunuhan di kota ini. Dan mengapa polisi disini lalai karena tidak pernah ada kejahatan disini" terang Natalie.
"Apakah kau pernah membunuh orang, Natalie?"
"Demi Tuhan. Itu adalah dosa besar. Jika kita menyakiti orang lain pun sudah dosa apalagi kalau kita sampai membunuh"ucap Natalie seraya terkejut.
"Bagaimana jika orang telah membunuh banyak orang apakah dosanya akan diampuni?"
"Tuhan maha pengampun. Memang apa agamamu?"
"Aku tidak percaya Tuhan"
"Bagaimana bisa?"
"Ya. Aku hanya tidak percaya Tuhan itu ada"
"Kau tidak bisa melihatnya tapi dia tinggal di dalam hatimu jika kau percaya bahwa dia itu ada"
"Baiklah makanlah dulu pancakemu" ucap Natalie.
"Terima kasih"ucap Erick seraya memakan pancake buatan Natalie.
Erick kembali menyadari bahwa ada yg berubah. Ia menjadi pendengar yang baik.
Keesokan harinya..
Erick masih tinggal bersama Natalie. Erick yang sedang meminum air melihat Natalie sudah rapi berpakaian.
"Kau mau pergi kemana?"tanya Erick
"Mencari jati diriku di gereja. Dan pengampunan dosa"ucap Natalie
"Baiklah"
Erick pun penasaran dan Erick pun pergi ke gereja. Saat sampai di gereja Erick merasa takut bahwa ia akan dikucilkan disana. Namun, ternyata itu hanya perasaannya saja. Saat memasuki gereja banyak mata memandang sambil tersenyum kearah Erick. Erick pun mau tak mau membalas senyuman mereka. Erick pun melihat Natalie masuk ke sebuah tempat namun ia tidak bisa masuk. Karena, itu adalah privasi. Natalie saja yang bisa masuk. Erick pun hanya menunggu. Setelah beberapa lama Natalie keluar dengan wajah yang cerah.
"Apa kau mau melakukan pengakuan dosa?"tanya Natalie pada Erick yang sedang diam mematung.
"Apa? Uhmm.. Apa itu menyenangkan?"
"Kau kira sedang bermain game. Ini akan meringankan beban di pundakmu"
"Baiklah. Aku akan mencobanya"
Erick pun memasuki ruangannya. Beberapa saat Erick pun keluar.
"Kau benar. Beban dipundakku sedikit hilang"ungkap Erick.
Natalie pun tersenyum.
Hari pun berganti bulan..
Sudah sebulan lamanya. Erick tinggal di rumah Natalie. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Natalie memiliki pekerjaan menjual sabun. Ayah Natalie dulu adalah pegawai bank dan memiliki usaha membuat sabun untuk dijual ke pasar. Setelah ayahnya pensiun dari bank. Dan Natalie pun meneruskan pekerjaan ayahnya. Erick ikut membantu Natalie. Karena, ia juga sudah cukup merepotkannya.
Kate pun menelpon Natalie dan menginfokan bahwa polisi sudah menemukan mobil pelaku yang membunuh ayah Natalie. Dan polisi sudah menemukan jasad pembunuhnya di sungai. Pelaku ada 4 orang namun yg ditemukan hanya 3 orang.
Natalie pun tersenyum senang sekaligus masih sebal karena 1 pelakunya masih belum ketemu.
"Telpon darimana Natalie?"tanya Erick penasaran.
"Kate menelpon. Polisi sudah menemukan 3 pembunuh ayahku. Mereka ditemukan tewas di ulur sungai" ungkap Natalie.
Erick pun terkejut saat mendengarnya.
"Oh ya? Apakah mereka masih mencari 1 pembunuhnya lagi?"tanya Erick.
"Bagaimana kau bisa tahu pembunuhnya masih ada 1 lagi? Aku bahkan belum pernah cerita kalau pembunuhnya 4 orang"
Erick pun bingung. Lalu, ia tidak habis akal.
"Oh ya. Aku pernah dengar polisi bilang 4 orang penjahatnya"
"Oh begitu. Baiklah Bryce"ungkap Natalie walaupun masih bingung.
Sepanjang malam Erick pun bingung. Ia mau tidak mau harus mengakui kesalahannya pada Natalie. Karena, Natalie sudah begitu baik padanya. Namun, jika ia mengakuinya itu berarti ia harus masuk penjara dan besar kemungkinan ia tidak akan bertemu dengan Natalie lagi. Erick jatuh cinta pada Natalie namun ia belum mengungkapkannya.
"Ya. Aku harus mengakui kesalahanku pada wanita yang kucintai"ungkap Erick.
"Besok aku akan menceritakannya"
Esok paginya..
Saat Natalie bangun. Erick masih tertidur di kamarnya. Natalie pun pergi ke kamar mandi. Ia menemukan sebuah kalung yang seringkali ia lihat dipakai oleh Erick.
"Ini kan kalung milik Bryce"ucap Natalie. "Tapi kenapa ada nama Erick Leonard"
Natalie pun mengingat-ingat nama tersebut karena nama itu pernah disebutkan oleh Kate di telpon.
"Oh iya itu nama penjahat yang berhasil membunuh ayahku"
Natalie pun menghubungkan kejadian demi kejadian awal mula bertemu mengenai Erick.
"Aku ingat saat itu Erick basah kuyup dan kaki serta tangannya terluka. Dan aku teringat bahwa mayat penjahat ditemukan disungai. Besar kemungkinan mobil mereka terjatuh ke sungai karena menghindar dari kejaran polisi dan yang berhasil selamat hanya Erick. Ia datang ke rumah disaat itu. Dan tidak lama aku mendapat kabar bahwa ayah meninggal. Dan disaat aku sibuk mengurus ayah. Erick selalu menghilang setiap ada polisi dan ada saja alasannya. Dan disaat aku tadi bercerita mengenai penjahat yang sudah ditemukan. Seakan-akan ia tahu. Padahal aku belum pernah menceritakan apapun mengenai jumlah penjahatnya. Aku yakin bahwa Erick adalah penjahatnya. Aku akan segera melaporkan Erick pada polisi" ungkap Natalie.
Pada saat Natalie keluar dari kamar mandi. Erick  sedang duduk dikursi wajahnya terlihat sangat frustasi. Natalie takut sekali karena saat ini ia benar-benar berhadapan dengan penjahat.
"Apa maksudmu?"ucap Erick.
"Aku sudah tahu mengenaimu Erick"
"Apa yang kau ketahui?"
"Semuanya. Sekarang akuilah kesalahanmu pada polisi. Dan segera serahkan dirimu pada polisi"
"Baiklah. Tolong beri aku waktu. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sangat bersalah karena aku telah bekerjasama untuk membunuh ayahmu. Tolong maafkan aku"
"Aku memaafkanmu. Tapi hal itu tidak akan membuat ayahku hidup kembali"
"Aku sangat menyesal sekali Natalie. Dan sekarang telponlah polisi. Aku sudah siap mengakui semuanya. Namun, sebelum polisi membawaku. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku mencintai dirimu Natalie. Kau adalah gadis yang spesial di hatiku"
Natalie sangat terkejut mendengar penuturan Erick. Jujur, Natalie juga tertarik pada Erick karena sering bersama. Namun, ia langsung membencinya ketika mengetahui bahwa fakta Erick adalah pembunuh ayahnya.
"Tidak. Aku tidak mencintai seorang pembunuh"ucap Natalie geram.
"Bahkan, seorang pendeta pun punya masa lalu Natalie. Tidak semua orang yg kau anggap suci memiliki masa lalu yg suci. Dan kau tidak bisa menganggap semua penjahat tidak bisa bertobat"
Natalie pun terdiam mendengar kata dari Erick yang selama ini jarang sekali berbicara.
"Terima kasih telah mengajarkanku semua hal. Selama aku hidup sebagai remaja berusia 16 dan hari ini adalah ulang tahunku yg ke 17 tahun. Aku telah membunuh 17 orang dalam hidupku. Dan semoga korban terakhir adalah ayahmu. Karena, aku ingin bertobat. Aku akan mengakui kesalahaku pada polisi"
Natalie kembali terdiam. Erick pun menelpon polisi dan mengabarkan bahwa ia siap untuk kembali ke penjara.
Natalie tidak menjawab perkataan demi perkataan dari Erick. Ia hanya diam.
"Polisi akan datang sebentar lagi. Aku punya sesuatu untukmu"
Erick mengeluarkan kertas berisi alamat pemakaman ibu Natalie.
"Selama aku tinggal disini. Aku mencari tahu"
Natalie pun menangis terharu. Lalu, ia memeluk erat Erick.
"Terima kasih Erick"
Erick hanya diam. Tidak lama polisi pun datang. Erick pun memeluk erat Natalie. Dan saat akan disergap oleh polisi. Erick meminta waktu pada polisi.
"Aku mencintaimu"ungkap Erick seraya mencium Natalie.
Natalie hanya diam. Dan setelah itu Erick menghampiri polisi. Dan polisi segera memborgolnya. Erick kembali melirik kearah Natalie. Dan Natalie menatap sedih kepergian Erick.
The End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Killer's RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang