✱ 18. Dealing With Her II

263 41 30
                                    

Queenta mengetuk pintu dan melangkah masuk ke dalam ruang BK diikuti Reyes. Tiga orang yang berada di sana menoleh pada dua orang yang baru saja memasuki ruangan. Queenta menjadi bingung sendiri akan berbicara apa, ia bergeser ke samping Reyes. Kenapa jadi dirinya yang membuka percakapan? Padahal yang mempunyai urusan adalah Reyes. Ia terlalu bersemangat memberi hukuman cowok itu hingga tidak ingat mempersiapkan diri untuk berbicara dengan Bu Michelle.

"Queenta!" Reyhan dan Reymond memekik gembira kala melihat cewek itu berdiri di hadapan mereka. Apa kali ini dia datang sebagai penolong mereka juga?

"Hai, Kak." Queenta melambaikan tangannya pada mereka berdua.

"Queen, lo dateng telat ya?" tanya Reymond.

"Enggak, Kak. Nganterin Kak Reyes, katanya dia takut ketemu Bu Michelle." Queenta tertawa, begitu juga Reyhan dan Reymond.

"Gue nggak bilang begitu!" Reyes menggeram pelan di sebelahnya.

"Ah, Reyes emang suka malu-malu Queen." Reyhan menambahkan. "Sini duduk," Reyhan menepuk kursi di sebelahnya.

"Nggak usah, Kak. Aku berdiri aja." Queenta menolak dan menoleh pada Reyes. "Kita cuma sebentar, ya 'kan Kak? tanya Queenta.

"Hei, hei, hei kalian ini tidak sopan. Memang ini ruangan kalian? Ini ruangan saya, ruang guru." Bu Michelle menyela karena tidak terima dirinya tidak dianggap di ruangan sendiri. Mereka seperti bertemu di acara kongkow biasa tanpa ada rasa hormat pada dirinya.

"Oh, maaf Bu. Saya nggak ngeh ada Ibu di situ. Abis daritadi Ibu diem aja sih," Queenta berkata tidak enak dan langsung menyalami Bu Michelle.

"Santai aja, Queen. Ini sekolah gue, mau ngapain juga bebas." Reyhan berujar tanpa merasa bersalah, Bu Michelle manatap nyalang pada Reyhan. Reyes ngeri melihatnya, Reyhan belum pernah merasakan dilindas buldoser sih..

"Reyhan! Jaga sikap kamu!" Bu Michelle membentak, namun suaranya melembut kala berbicara dengan Queenta. "Queenta sayang, kamu ngapain dateng ke sini? Kangen sama Ibu?"

"Kak Reyes minta aku jadi saksi kalo dia nggak dateng terlambat, Bu."

"Oh, jadi kamu saksinya." Bu Michelle manggut-manggut. "Kalo kamu, Ibu percaya kok." Bu Michelle tersenyum dan menoleh ke arah Reyes. "Hari ini kamu beruntung, silakan kembali ke kelas."

"Makasih, Bu. Permisi." ucap Reyes datar dan langsung menuju keluar. Queenta yang tadinya datang bersama cowok itu protes karena Reyes seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Pergi begitu saja padahal sudah dibantu.

"Aku juga permisi Bu. Selamat siang," Queenta buru-buru keluar setelah mencium tangan Bu Michelle.

"Kita juga permisi, Bu." Reyhan dan Reymond berdiri serentak.

"Kalian mau kemana? Kalian ini terlambat! Ayo, bersihkan kebun dan toilet guru laki-laki." Bu Michelle menghampiri mereka dan menarik paksa kerah baju keduanya agar mereka tidak kabur.

"Nggak mau, Bu. Jijik." Reymond menolak.

"Saya laporin ke Ayah lho, Bu. Ibu nyuruh-nyuruh kayak gini." Reyhan mengancam.

"Laporin aja, Ibu nggak takut. Anak nakal seperti kalian tidak bisa dibiarkan."

Reyhan dan Reymond digiring menuju kebun belakang dan depan lalu terakhir membersihkan toilet. Reyhan merasa tidak berguna menyewa tukang kebun dan tukang pembersih toilet bila tiap siswa yang datang terlambat diberi hukuman seperti sekarang. Ini kan tugas mereka, kenapa dibebankan kepada murid? Memang Bu Michelle tidak berpikir jika menyampu dan mencabuti rumput seluas ini tidak lelah? Belum lagi setelahnya mereka harus membersihkan toilet. Menjijikkan.

THREE REYKde žijí příběhy. Začni objevovat