✱ 10. Coincidentally

430 62 56
                                    

Reyes menatap layar in focus dengan mata yang hampir tertutup. Semalam ia mengerjakan tugas itu hingga pukul empat pagi. Akibatnya, kini dirinya mengantuk akut. Kelompoknya sudah mempresentasikan pembahasan tentang daur hidup tumbuhan paku. Ide itu sudah ada di kepalanya dari minggu lalu. Tapi, ia belum menemukan spesies tanaman itu di sekitar rumahnya. Maka, dengan terpaksa weekend kemarin ia pergi ke daerah lembab yang banyak ditumbuhi spesies tersebut. Kelompoknya hanya mendapatkan suplir dan semanggi.

Reyes mendengarkan dan mencatat hal-hal penting yang tengah dipresentasikan kelompok lain. Tiap kelompok harus mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang menjelaskan penelitiannya di muka kelas. Ia sudah tidak kuat lagi untuk membuka matanya. Kepalanya sudah terasa pusing karena menahan ngantuk. Sepertinya, ia membutuhkan orang lain untuk menggantikannya mencatat. Reyes melirik Avanza, cowok itu bukannya serius mengikuti pelajaran malah asik bermain fidget spinner dengan teman yang lain. Dasar tidak berguna.

Reyes menyikut lengan Avanza. Avanza menatap Reyes seolah merasa terganggu. Reyes tidak peduli, ia memberikan buku dan pulpen yang sedang dipegangnya pada ketua kelas dan anggota kelompok tidak berguna itu. Reyes merasa dimanfaatkan oleh Avanza, karena secara sepihak menunjuk dirinya sebagai ketua kelompok agar cowok itu bisa santai seperti sekarang. Reyes tahu, Avanza hanya ingin terbebas dari tanggung jawab lebih. Maka dari itu Avanza menjadikannya tumbal.

Avanza mengambil kasar buku dan pulpen yang diberikan Reyes. Ia dapat mendengar gerutuan Avanza yang ditujukan pada dirinya. Ia pura-pura tidak mendengar dan membolak-balikkan halaman buku paket lembar demi lembar sambil tertawa dalam hati. Ia senang dapat membuat kesal Avanza.

KRING!

Bel istirahat berbunyi. Reyes menggeser kursi dan keluar lebih cepat dibanding guru yang sedang membereskan peralatan kerjanya. Baginya, waktu satu detik sangat berharga bila menyangkut waktu istirahat. Ia tidak lapar, ia hanya ingin merokok di base camp bersama dua Rey lainnya.

Reyes melangkahkan kaki menuju taman. Ia melewati kelas Reyhan dan Reymond. Kelas mereka kosong. Mungkin penghuninya sudah ke kantin atau ada praktik di luar ruangan. Reyes membuka blazer hitamnya dan menyampirkannya di bahu. Blazer itu sering membuatnya kepanasan. Apalagi, bila terkena hukuman karena datang terlambat. Rasanya ia seperti terpanggang menggunakan blazer itu. Namun, blazer itu berguna untuk meredam rasa dingin kala berada di dalam kelas yang bersuhu rendah karena penyetelan AC. 

Reyes melihat ke sekeliling taman. Tempat itu sudah dipenuhi orang, wajar saja ini adalah jam istirahat. Semua orang berhak untuk memilih tempat untuk beristirahat. Taman ini cukup teduh dengan pohon-pohon di sekelilingnya. Air mancur yang berada di tengah taman membuat tempat ini seperti taman para bangsawan. Berbagai macam bunga warna-warni menghias pinggir kolam menambah indah pemandangan di sana. Sungguh pintar arsitek yang merancang bangunan sekolah ini.

Reyes menghela napasnya. Ia harus berbagi tempat dengan orang pacaran. Menyebalkan sekali harus melihat pemandangan dua orang sejoli yang sedang memadu kasih. Tidak mungkin ia pindah tempat, sudah tidak ada lagi bangku kosong yang tersedia. Terpaksa, ia merapatkan tubuhnya ke dekat pohon. Dan mulai memejamkan mata..

"Bangun, pelor!" teriak Reymond mengejutkan. Sial betul, baru saja ia akan pulas si cowok kurang ajar ini mengganggunya.

Nempel molor? Seperti Reymond tidak pernah melakukannya saja!

Reyes melirik kesal pada Reymond. Orang pacaran yang tadi berada di sampingnya sudah berganti dengan dua Rey yang tengah memegang nampan berisi tiga piring makanan dan satu nampan berisi tiga minuman kaleng. Sepertinya itu spaghetti. Reyhan menggulung mienya dengan garpu dan memasukkannya ke dalam mulut. Cowok itu tampak kelaparan. Rambut Reyhan basah, pasti dia baru saja selesai berenang.

THREE REYWhere stories live. Discover now