✱ 3. Trouble

523 96 54
                                    

Reyes mengintip dari celah pagar besi yang tinggi menjulang di depannya. Ia mengawasi situasi di dalam pagar, ia mengira-ngira kapan saat yang tepat untuk melompat. Pagi ini ia terlambat datang lagi dan dengan alasan yang sama tiap hari yaitu lupa memasang alarm. Ia mengendap-endap menjauhi pos security. Setelah dirasa aman, Reyes melompati pagar itu namun ia seperti mendengar ada orang lain juga yang melompat pagar tersebut.

Karena penasaran, Reyes menoleh dan ia diberi tatapan tajam oleh dua orang yang berada di belakangnya. Ternyata, itu Reyhan dan Reymond.

Reyes tidak menghiraukan kehadiran dua orang yang-- entah kenapa-- selalu kebetulan berada di tempat yang sama dengan dirinya. Mereka selalu ada bersamanya bila menyangkut pelanggaran sekolah. Aneh. Ah sudahlah, ia tidak mempunyai waktu lagi untuk memikirkan itu. Ia lalu berlari menuju kelas. Sialnya, di kelas sudah ada guru yang masuk dan sedang mengabsen murid-murid.

"Avanza, Avanza," bisik Reyes dari balik jendela persegi kelasnya. Ia menampakkan wajahnya sedikit agar tidak terlihat dari meja guru, matanya pun mengawasi arah depan kelas sementara mulutnya masih berbisik memanggil Avanza. Hebat! Panca inderanya bekerja multi tasking.

Seketika, orang yang bernama Avanza menoleh dan mengangguk mengerti akan bisikan Reyes yang menyuruhnya untuk mengatakan dirinya sedang ke toilet bila guru mengabsen namanya. Reyes mengacungkan ibu jarinya ke arah Avanza, tidak sia-sia ia memilih cowok itu saat voting ketua kelas. Avanza mampu menjadi partner in crime anak-anak di kelas.

Reyes mengalihkan pandangannya ke arah meja guru, lalu saat guru itu membalikkan badan untuk menulis di white board ia meletakkan pelan-pelan tasnya melalui jendela yang terbuka sedikit. Kebohongannya akan terungkap bila ia datang masih menyandang tas. Avanza pasti akan terkena getah dari ulahnya bila itu terjadi. Cukup dirinya saja yang menanggung masalahnya sendiri, ia tidak mau melibatkan orang lain.

Reyes merapikan baju dan menyeka keringat sebelum memasuki kelas. Ia tidak mau terlihat seperti orang yang kelelahan karena mengejar-ngejar waktu. Ia mengatur napasnya yang masih terengah, berjalan pelan ke arah pintu lalu mengetuknya. Guru yang sedang menerangkan tersebut menyuruhnya untuk duduk. Yess! Kebohongannya berhasil.

Semenjak kejadian perdamaian paksa itu, Reyes, Reyhan, Reymond tidak pernah mencari gara-gara atau sampai berkelahi bila bertemu. Mereka sudah bersikap masa bodoh satu sama lain. Walau sering bertemu, tidak ada satu pun dari mereka yang bertegur sapa. Itu jauh lebih baik daripada harus bertengkar seperti beberapa waktu yang lalu.

Tapi, perdamaian itu hanya sementara..


CKITTT! TIINNN! TIINNN!

Reyes memukul stir mobilnya. Telinganya linu mendengar decitan ban akibat pengereman mendadak yang bergesekan dengan aspal serta suara klakson yang bersahut-sahutan. Ia sangat ingin tahu orang tidak sopan yang mengklaksoninya. Ia melirik dari spion samping. Keparat! Itu Ferrari dan Range Rover milik Reyhan dan Reymond! Pantas saja telinganya berdengung, ia diklaksoni dua mobil sekaligus! Brengsek!

Reyes berhenti mendadak saat akan keluar parkiran dikarenakan ada kucing melintas di depan mobilnya. Kecepatan mobilnya pun tidak berlebihan. Untuk apa dua orang itu mengklaksoninya? Mereka saja yang tidak sabaran atau mereka sedang ngebut lantas terkejut mendapati mobilnya berhenti mendadak. Lalu, mereka masih akan menyalahkan dirinya dalam hal ini?

Apa mereka mempunyai solusi untuk menghindari hilangnya nyawa kucing itu jika ia tidak mengerem? Apa ia harus melindasnya saja, begitu? Dua mobil itu masih mengklaksoninya, Ia pun membalasnya. Reyes kesal. Ia menurunkan kaca mobilnya lalu mencuatkan kepalanya ke belakang. Ternyata, dua orang itu sudah terlebih dulu melakukan hal yang sama.

THREE REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang