Chapter 3

157K 3.5K 27
                                    

Stella menangis tersedu-sedu sembari menaburkan kelopak bunga mawar ke atas tanah pemakaman kedua orangtuanya. Ia merasa benar-benar hidup sendirian, walaupun memiliki kekasih tetapi ia masih merasa sendiri. Mengapa? Karena James terlalu sibuk dengan bisnisnya membuat pria itu jarang memiliki waktu untuknya.

Alice selalu setia menemani Stella dalam suka maupun duka selama satu bulan ini, ia mengerti bagaimana keadaan Stella dan ia tahu apa yang Stella butuhkan ketika kedua orangtuanya telah pergi untuk selama-lamanya. Stella membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

"Ini sudah siang, sebaiknya kita harus segera pulang." Ucap Alice sembari membawa Stella untuk berdiri.

Stella menggeleng, ia masih setia mengelus kedua batu nisan orangtuanya. Stella merasa nyaman disini, setidaknya kehampaannya sedikit berkurang ketika ia mengunjungi makam kedua orangtuanya.

Alice menatap iba kepada putri majikannya, ia turut bersedih ketika Stella tengah menangis seperti ini. Sejak dulu, ia selalu menganggap Stella sebagai anak kandungnya sendiri. Sudah 10 tahun ia hidup bersama keluarga Rutherford dan sejak dari dulu Stella memang sudah sangat dekat dengan Alice.

Alice berjalan meninggalkan Stella menuju mobil untuk mengambilkan payung untuk Stella karena sekarang matahari semakin terik. Alice tidak akan membiarkan Stella kepanasan.

Di sisi lain, Stella terus menangis tetapi kali ini tidak seperti sebelumnya. Stella menangis dalam diam.

"Kenapa kalian meninggalkanku?" Tanya Stella lirih.

"Mengapa Tuhan tega memberikan ujian sebesar ini,mengapa Tuhan mengambil kesayanganku? Mengapa Tuhan membuatku bersedih? Mengapa? Apa aku tidak pantas bahagia?" Tanya Stella terdengar lirih bercampur frustasi.

"Aku tidak mampu hidup tanpa kalian..." ujar Stella kemudian kembali menangis lagi. Terdengar sangat pilu dan menyedihkan.

Stella berhenti menangis ketika ia mendengar suara derap langkah namun ia tidak melihat siapa yang datang. Stella menengok kanan dan kiri namun tak ada seorangpun di daerah pemakaman. Hingga perhatian Stella teralihkan ketika melihat Alice tergeletak lemas di atas rerumputan pemakaman. Mata Stella terbelalak lalu ia segera berlari menghampiri Alice.

Benar saja, Alice tergeletak tak sadarkan diri. Stella mengguncang dan mencoba menyadarkan Alice namun tidak juga berhasil. Ia menjadi sangat ketakutan dan ia tidak tahu harus melakukan apa karena ia tidak membawa obat-obatan atau minyak hangat atau sesuatu yang bisa menyadarkannya.

Mata Stella terbelalak ketika sebuah kain menutupi mulut dan hidungnya. Sesaat kemudian pandangannya mengabur setelah itu semuanya menjadi gelap.

***

Axel tersenyum puas sembari menatap wanita cantik di hadapannya. Wanita yang tengah tertidur pulas di atas kursi kayu dengan kedua tangan terikat tali di pegangan kursi dan juga kaki yang terikat di kaki kursi.

Rasanya Axel ingin sekali mencicipi tubuh Stella sebelum pada akhirnya membunuh wanita itu, brengsek bukan? Axel rasa itu sangat menguntungkan baginya karena selain ia mendapatkan uang dari James ia juga bisa mencicipi tubuh seorang putri tunggal dari keluarga ternama yaitu Stella Rutherford.

Axel membuka seluruh tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya kemudian memangku tubuh Stella di bahunya. Ia membawa wanita itu ke dalam kamar tamu yang ada di rumahnya.

Ia melempar tubuh Stella ke atas ranjang, kondisi Stella saat itu masih tidak sadarkan diri.

Axel berdiri di depan ranjang dengan kedua tangan yang terlipat di dada, mata elangnya menatap Stella dari ujung rambut hingga ujung kaki.

My Perfect Angel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang