Perjodohan?

120K 5.2K 73
                                    

"Apa?! Aku bakal dijodohin pa?" Aku terperanjat mendengar penuturan papa yang sangat menyentak diriku. Bagaimana bisa papa melakukan ini padaku? Aku sedikit menjaga jarak dari papa sekarang dengan menggeser bokongku menjauh dari papa.

"Aku nggak mau pa! Aku nggak mau! Ini bukan jamannya Siti Nurbaya pa, lagian aku juga ingin menikah dengan laki-laki pilihan Vani sendiri!" Kekeuh ku dan terdengar sedikit membangkang pada papa.

Terlihat papa seperti mengembuskan napasnya kasar, sementara mama terus mengusap punggung papa, mencoba menenangkan papa.
"Van, kamu sudah dewasa sekarang, dan kamu perlu berkeluarga, umurmu sudah hampir 26 lho Van." Papa masih seperti biasa, menjawab dengan nada selembut mungkin.

"Tapi pa, kenapa Vani harus dijodohin? Lagipula Vani nggak tau siapa laki-laki yang bakal dijodohin sama Vani. Vani nggak tau apa laki-laki itu baik buat Vani, atau justru--"

"Laki-laki itu baik, baik sekali malah, dia itu sempurna buat kamu Van, papa yang jamin." Tukas papa memotong perkataan ku yang belum selesai.
"Kenapa papa bisa yakin kalau laki-laki itu baik buat Vani?" Tanyaku dengan sedikit kesal. Sumpah, aku begitu tidak mengerti dengan pemikiran papi. Apa papi tidak menyadari jika era sudah berubah? Ini bukan zamannya lagi jodoh jodohan, ini 2018, dimana semua orang berhak memilih sendiri pendamping hidupnya masing-masing.

"Karena papa tau siapa lelaki itu, dan papa yakin, dia akan dapat membimbing kamu agar lebih baik lagi, Vani."

Mendengar perkataan papa, aku tiba-tiba naik pitam, "Maksud papa, Vani nggak baik gitu? Vani wanita murahan gitu?" Tak kusadari air mata sudah membanjiri pipiku.

"Astagfirullahalazim, bukan gitu, Vani. Papa nggak bermaksud ngomong gitu. Papa cuma ingin yang terbaik buat anak semata wayang papa." Papa mendekat ke arahku, sementara aku masih terisak karena ucapan papa yang seakan menilai ku sebagai wanita yang tidak baik.

"Papa kalo udah nggak sayang sama Vani bilang aja pa, tapi nggak harus ngomong gitu juga kan pa?" Aku masih terisak, mama masih mengelus lembut punggungku.

"Jangan gitu dong, Sayang. Papa kamu nggak bermaksud ngomong gitu sama kamu, papa kamu cuma ingin yang terbaik buat kamu. Apa salah, seorang ayah ingin yang terbaik untuk anaknya?"

"Tapi ma, Vani nggak mau dijodohin! Pokoknya nggak mau, Titik!" Aku langsung melesat menuju kamarku dan menangis sejadi-jadinya disana, kenapa? Kenapa papa begitu kejam nya padaku? Apa papa udah nggak sayang lagi sama aku sampai harus menjodohkan ku pada laki-laki yang bahkan aku sendiri belum mengenal nya?

✈️✈️✈️

"Yaelah Van, mata lo kenapa sembab gitu sih? Lo habis dikencingin kecoa apa gimana?"

Lanknat! Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan didalam hatiku ketika temanku yang satu ini sedang menggodaku. Apa dia nggak bisa bedain mana bintitan dan mana yang sembab? Bahkan tak jarang aku ingin sekali menenggelamkan nya di rawa- dan memusnahkan nya saat ini juga.

"Nggak lucu tau gak!" Ketusku karena terlalu geram pada Ratna--sahabatku--.

"Lah, siapa yang lagi stand up, Vani? Gue gak lagi ngelawak loh, wajar lah kalo nggak lucu. Gimana sih lo?"

Ini temen satu lagi nyoba nguji kesabaran ku apa gimana? Aku lagi sedih gara-gara aku mau dijodohin sama papa. Dan teman yang satu ini justru menambah keruwetan pikiran ku. Andai saja hukum di negeri ini tidak ketat, sudah kupastikan, Ratna tewas ditanganku saat ini juga!

"Na, mending lo duduk deh, sebelum gue bener-bener nyekik lo gara-gara kesabaran gue abis." Ucapku dengan nada datar yang berhasil membuat Ratna begidik ngeri lantas mendudukan bokongnya secepat kilat di bangku yang ada di hadapanku. Aku sedikit mengembuskan napas lega, pikiran ku lantas kembali pada kondisi seperti semula, yaitu memikirkan tentang rencana perjodohan.

"Van, lo kenapa sih? Dari tadi gue liatin kayanya lo murung terus," Ratna mulai mengajukan pertanyaan padaku. Aku sebenarnya tidak ingin menceritakan pada Ratna jika sebentar lagi masa lajang ku akan berakhir, padahal aku masih menikmati masa lajangku ini. Dan aku tidak ingin--untuk saat ini-- meninggalkan dunia lajangku ini.

"Lo bisa jaga rahasia apa nggak? Kalo nggak, gue gak akan mau cerita sama lo!" Sinis ku, bukannya kenapa, Ratna itu kelewat polos, kalo ngomong ceplas-ceplos seenake dewek. Kalau aku menceritakan nya, takut masalah ini justru semakin merambat dan membesar.

"Iya gue janji, sebenarnya ada apa sih Van?" Tanyanya lagi.

"Yakin ya lo gak bakal bocorin sama yang lain? Kalo sampe bocor," aku menempelkan telunjuk di leherku, lantas menirukan gaya orang sedang disembelih lengkap dengan ekperesi wajah yang mendukung dengan mata melotot ke atas dan lidah dijulurkan. Dan itu berhasil membuat Ratna lagi-lagi begidik ngeri.

"Ish sadis banget sih lo."

"Gue nggak bakalan sadis kalo lo bisa sedikiiiiiiiit aja gunain otak lo untuk berpikir Na. Ngomong aja ceplas-ceplos, ntar masalah gue lo ceplosin lagi sama yang lain."

"Ishh, gue janji, gak bakal bocor Van. Gue janji cepet kasih tau gue Van, cepetan kasih tau!" Ucap Ratna antuisias seperti anak kecil yang sedang diiming-imingi lolipop.

Aku hanya mampu memutar bola mataku melihat tingkah Ratna yang kekanak-kanakan.

"Ok, lo diem, gue bakal kasih tau lo," seperti murid yang patuh pada gurunya, Ratna langsung menuruti apa kataku, dia langsung diam lantas memandangi ku untuk menyimak hal apa yang akan aku ucapkan.

"Gue... gue.." aku masih belum yakin mau menceritakan nya pada Ratna apa tidak.

"Gue? Gue apa?" Tanyanya lagi lantas mengambil gelas minuman yang ada di hadapannya. Aku mengembuskan napas panjang dan memantapkan hati untuk menceritakan nya pada Ratna, bismilahirohmanirhoim, semoga berkah.

"Gue.. gue mau di jodohin sama papa gue," ucapku pelan namun masih bisa didengar jelas oleh Ratna.

Uhuk! BYURR!!

Semburan luar biasa dari Ratna membuat wajahku basah kuyup, bahkan bukan wajah saja, tapi bajuku juga. Semburan dari mulut Ratna bahkan lebih deras dari shower air yang ada di kamar mandiku.

"APA?! LO MAU DIJODOH--" Cepat-cepat aku bangkit dari duduku untuk membungkam mulut ember Ratna, sudah kuduga ini akan terjadi, bahkan akibat kebodohanku menceritakan ini pada Ratna, aku mendapat dua musibah sekaligus. Yang pertama, aku mendapat semburan dahsyat dari Ratna. Dan yang kedua, rahasiaku hampir saja dibeberkan oleh Ratna di ranah publik.

"Lo bisa diem nggak?! Lo gak inget perkataan gue tadi, HAH! Gue cincang juga lo!" Ancamku karena benar-benar naik pitam gara-gara ulah Ratna, sahabat sangklek ku itu.

✈️✈️✈️
Tbc
Lanjut? 😊

Our Destiny [You're Perfect Pilot ✔]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora