Part 9

6.1K 337 2
                                    

Clarisa baru saja selesai mengganti baju gaunnya dengan piyama tidur saat Raka masuk ke kamarnya. Clarisa tersenyum hangat mendapati lelaki yang telah tanpa sadar Ia cintai itu datang. Tidak perlu takut kakak nya akan marah karena Raka sudah minta ijin untuk menginap semalam lagi sebelum kepergiannya selama 2 minggu ke Singapura.

"Dari mana aja ?" tanya Clarisa.

"Kamar, ganti baju." Jawab Raka singkat, sekarang Raka sudah berbagi kmar dengan Langit serta memakai beberapa bagian dari lemari Langit untuk menaruh bajunya. Raka berlalu ke meja rias Clarisa, memeriksa satu persatu kosmetiknya.

"Vitamin wajah yang mana sih ?" tanya Raka yang mulai kebingungan. Raka ini tipe lelaki yang selalu menjaga kesehatan kulitnya. Ia tidak mau dikatai tidak punya modal apa-apa sebagai lelaki, setidaknya Ia punya wajah yang bersih terawat untuk pamerkan. Walaupun Ia tidak memiliki otot atau badan yang kekar seperti lelaki lain, tapi Ia masih bisa pede dengan tampilan wajahnya itu. Tidak kalah menarik.

"Ckckck, suka banget pakai vitamin, Kak !" kekeh Clarisa sambil menuangkan sedikit Vitamin wajahnya ke tangan lalu dengan telaten mengoleskan di wajah tampan milik Raka.

"Supaya kamu pede bawa lelaki tua ini ketemu teman-teman kamu nanti, Cla !" sunggut Raka kalem. Clarisa tertawa mendengar perkataan Raka. Jujur saja, wajah Raka ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Ia adalah pria yang sudah seperempat abad, bahkan lebih Ia lebih mirip dengan anak kuliahan semester awal.

"Apaan sih ngomong gitu. nggak peduli sejelek apapun Kak Raka nanti, Clarisa akan tetap bangga kok selama Kak Raka nggak pernah berubah."

"Sweet nya cebolku ini." Raka menghujami wajah Clarisa dengan kecupan-kecupan gemas darinya. Hal yang paling Raka suka, mengitili wajah Clarisa dengan kecupan kecil di seluruh wajahnya.

"Udah..nyerah ih. Ayo tidur, besok kakak berangkat pagi." Ujar Clarisa memperingati. Raka mengangguk pelan lalu membawa tubuhnya ke ranjang. Clarisa menyusul dan mengambil posisi yang pas dalam pelukan Raka.

"Kakak kamu gimana, Cla ?" tanya Raka sebelum benar-benar terlelap. Pillow talk time.

"Sekarang ya gitu, tapi Kak Langit masih suka dingin kadang-kadang." Ungkap Clarisa.

"Dia butuh proses, Cla. Kamu sabar aja. Lihat aja dia selama ini, nggak pernah emosian lagi kalau bukan karena kamu buat salah kan ? Dia sudah melunak, Cla. Kamu hanya perlu bersabar sebentar saja."

"Pasti, Cla pasti nungguin Kak Langit buat terima Clarisa sepenuhnya."

Bukan maksud Raka ingin ikut campur masalah pribadi Clarisa dan Juga Langit, tapi mengingat bahwa kedua orang itu adalah orang yang selalu berkeliaran dalam kehidupannya, sekiranya Ia juga harus peduli.

Langit itu bukan tipe orang kerasa kepala, susah dinasehti, atau sebagainya. Langit itu lebih lembut dari itu, juga orang yang perhatian hanya saja jangan memberi dia kesan yang buruk atau mengikis rasa nyamannya, maka Langit akan bersedia untuk membeci orang yang demikian.

"Kamu sekarang kuliah jurusan apa ?" tanya Raka. Selama ini Ia kurang tahu bakat dan minat pujaan hatinya itu, apalagi mereka baru 10 hari ini melalui masa pendekatan.

"Tekhnik Sipil." Jawab Clarisa kalem.

"Berat banget konsentrasi nya, Cla. Kamu sanggup ?" tanya Raka.

"Apa nya yang berat ? Aman kok."

"Elaaah, wanita ku ini ternyata punya otak encer ya. Bangga jadinya."

"Apaan sih ! udah ayo tidur. Besok kesiangan ntar." Sunggut Clarisa. Raka membenarkan posisi tidur mereka lalu mengecup singkat kepala Clarisa dan segera berlabuh ke alam mimpi. Tidak bisa terbayang kalau besok Ia harus berangkat ke Singapur dan meninggalkan kekasihnya.

Pilot, Aku Pada-mu ✔Where stories live. Discover now