Part 5

7.8K 448 4
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, waktunya untuk Clarisa meninggalkan kampusnya karena jadwal nya sudah habis hari ini. Dengan riang Ia keluar bersama kedua temannya. Rencananya malam ini mereka akan menghabiskan waktu untuk sedikit bersenang-senang. Sama seperti teman-teman lainnya, darah panas remaja membawa nya untuk mengunjungi club, pusat dari segala kesenangan malam.

"Kita langsung ke tempat elo ya, Jes !" pinta Wulan pada Jessica, Clarisa juga menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan Wulan. Rumah Jessica markas yang bagus untuk mengganti setelan, mengingat bahwa orang tua Jessica yang berada diluar negeri.

"Beres. Tenang aja, club udah nunggu kita malam ini." Kata Jessica riang yang disambut dengan kikikan dua gadis lainnya.

"Cla, loe boleh nge-club kan ?" tanya Wulan hati-hati. Mengingat kejadian tepo hari ketika Clarisa dimaki habis-habisan oleh kakak lelaki membuat Wulan bertanya untuk memastikan bahwa kejadian itu tidak akan terulang lagi. Clarisa tersenyum penuh arti lalu menjawabnya riang.

"Kak Langit lagi kerja. Gue bebas nge-club." Tukasnya dan mereka memekik riang mendengar berita bagus itu, tapi sedetik kemudian pudar karena sebuah suara.

"Nggak ada yang akan nge-club malam ini." Sebuah suara menginterupsi pembicaraan ketiga gadis itu. Clarisa membulatkan matanya begitu melihat siapa yang datang menghampirinya.

"Kak Raka !" pekik Clarisa terkejut.

"Hai gadis nakal. Ayo kita pulang." Ujar lelaki itu yang ternyata adalah Raka. Ia baru saja keluar dari kantornya, lalu sebuah telepon mengintruksinya untuk menjaga gadis nakal itu selama sang penelpon sedang tidak berada dirumah, siapa lagi jika bukan Langit.

"Kak Raka ngomong sama aku ?" tunjuk Clarisa pada dirinya, tak percaya bahwa teman kakaknya itu saat ini sedang mengajaknya untuk pulang. Hei, ini hari kebebasannya untuk nge-club. Kehadiran Raka merusak semua rencananya.

"Ya, siapa lagi emang nya." Sahut Raka enteng.

"No, kak Raka nggak bisa seenaknya ngajakkin aku pulang." Tolak Clarisa beringas. Hama dari mana lagi ini datang.

"Oh, ok kalau gitu." Ujar Raka santai sambil menganggukan kepalanya kecil, namun dalam sekejab kemudian Ia telah berhasil menggangkat tubuh gadis itu atas pundaknya seolah Clarisa adalah karung beras. Dengan buru-buru Raka membawa Clarisa menuju mobilnya, mengabaikan teriakan meronta dari gadis itu. Semua mata yang ada di sekitaran parkir melihat kejadian itu hanya terperangah tak percaya. Tidak mungkin ada penculik yang setampan dan serapi Raka, tapi lagaknya seperti penculik membuat siapapun yang melihatnya penasaran.

"Loe gila." Maki Clarisa begitu Raka sudah berada disisi gadis itu.

"Loe memang pantas berada ditangan orang gila kayak gue." Jawab Raka santai lalu menjalankan mobilnya meninggalkan area kampus.

"Gue mau turun. Gue nggak mau pulang." Teriak Clarisa marah.

"Nggak, loe tetap akan pulang." Raka menatap Clarisa dengan tatapan tajamnya itu. Jauh dilubuk hati Raka, Ia tidak melakukan ini semua untuk Langit, tapi untuk gadisnya. Ya, Ia begitu menyukai gadis nakal ini. Oleh karena itu, Ia sama sekali tidak keberatan untuk menjaga gadis itu, tidak peduli seberapa kesalnya Ia dengan tingkah gadis itu.

"Loe nggak berhak ngatur hidup..." sepasang daging kenyal menempel di bibir tipis milik Clarisa membuatnya terdiam dari celotehannya.

"Loe cukup diam dan jadi gadis manis." Raka mengacak poni Clarisa pelan lalu kembali fokus pada jalanan, seakan tak ada yang terjadi beberapa detik yang lalu. Clarisa yang masih shok dengan perlakuan teman kakaknya itu hanya terdiam membisu mencerna apa kejadian beberapa detik yang lalu itu nyata atau hanya sebuah hayalan semata. Ia meraba kembali bibirnya dan merasakan bahwa memang sedikit asing. 'Kak Raka barusan nyium gue' pekiknya dalam hati. Entahlah, Ia harus senang atau pun marah dengan hal itu.

Pilot, Aku Pada-mu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang