Yang Dinantikan Datang

40.9K 4.9K 635
                                    

Hari-hari berlalu tanpa terasa. Jaehyun dan Taeyong berlaku sebagaimana tak pernah terjadi apapun di antara mereka.

Setiap pagi Taeyong membantu ibu Jung menyediakan sarapan. Kemudian Jaehyun dan Chaeyeon memakannya sebelum pergi kerja ke tempat masing-masing.

Chaeyeon tak pernah bersikap dingin pada Taeyong, meskipun ia tahu dosa apa yang telah diperbuat Taeyong dengan suaminya. Karena dosa itu, ia sendirilah yang menyetujuinya. Taeyong juga tak pernah bertindak kurang ajar. Taeyong cukup tau diri dan posisi.

Hanya ibu Jung yang sikapnya berubah pada Taeyong. Berubah menjadi semakin protektif.

"Taeyong-ah, jangan mengangkat itu! Itu berat, biar Jaehyun saja nanti yang-"

Taeyong jengah. Ibu Jung semakin sering melarangnya melakukan ini-itu. Memangnya ia kenapa?

"Ibu, saya sudah biasa mengangkat yang seperti ini, apa masalahnya?"

"Masalahnya adalah siapa tahu kau sedang mengandung. Jangan membahayakan kandunganmu."

Taeyong memutar matanya malas. Ia memang telah melakukan hubungan badan dengan Jaehyun. Sekali dan hanya sekali. Membayangkan ia mempunyai rahim saja sudah konyol (sayangnya sudah ada bukti tertulis dari dokter) apalagi membayangkan ia sedang mengandung saat ini.

"Ibu, kalau saya mengandung, saya akan tahu. Lihat, saya juga pernah melihatnya di tv, seorang yang mengandung pasti menunjukkan tanda-tanda yang tak biasa. Tapi saya tidak merasakan apa-apa."

"Bisa saja tandanya belum terlihat." ibu Jung tak mau kalah. "Atau mungkin kau harus melakukannya lagi dengan Jaehyun?"

Taeyong memutar matanya lagi. Ibu Jung terlalu pemaksa. Meskipun ia tak bisa mengatakan apapun karena ia memang telah bertekad untuk membalas budi.

xxx

Taeyong tidak mendengarkan ibu Jung untuk menahan diri. Taeyong mengerjakan pekerjaan apapun yang bisa dilakukannya hari itu. Bahkan membetulkan atap yang bocor di atas dapur. Ibu Jung sampai berteriak-teriak panik menyuruhnya turun dari atap. Demi apapun ini hal biasa bagi Taeyong.

Tapi Taeyong sepertinya harus mendengarkan kata-kata ibu Jung. Karena seharian tak berhenti bekerja, Taeyong merasa tubuhnya pegal-pegal dan kepalanya pusing. Sepertinya karena kepanasan terlalu lama di atas atap tadi siang.

Saat makan malam tiba, Taeyong hanya membantu sedikit di dapur. Kali ini ia menuruti kata-kata ibu Jung untuk duduk saja di meja makan. Sebagai gantinya Chaeyeon yang membantu ibu Jung. Jaehyun yang juga sudah di meja makan mengajak Taeyong mengobrol.

"Hei, mukamu pucat tahu, kau tidak apa-apa?" tanya Jaehyun perhatian. Tapi Taeyong tau itu hanya perhatian basa-basi.

"Mungkin anda baru menyadarinya Jaehyun-ssi, mukaku memang selalu seperti ini."

"Benarkah? Haha, aku saja yang tidak tahu ya?"

Taeyong tidak menjawab, hanya menarik sudut bibirnya sedikit. Dan pembicaraan mereka pun berakhir di situ.

Meskipun Jaehyun bilang begitu sebenarnya ia cukup khawatir. Dipikir Taeyong, ia bodoh apa? Jaehyun jelas bisa membedakan wajah orang yang pucat dan yang "selalu seperti ini". Tapi berhubung Taeyong juga tak ingin dikasihani, Jaehyun biarkan saja Taeyong berpikir begitu.

"Nah, sekarang ayo makan." Ibu Jung meletakkan mangkuk makanan terakhir ke meja makan. Sup daging. Yang aromanya sangat menyengat. Setidaknya bagi Taeyong. Dan itu membuatnya mual.

"Taeyong-ah, kenapa tak mulai makan?"
Pertanyaan ibu Jung membuyarkan konsentrasi Taeyong yang sedang mengalihkan rasa mualnya.

"Eh iya, saya sedang berdoa dulu." bohong Taeyong. Ia mengambil sup sedikit dan menyeruput kuahnya pelan. Tapi itu sama sekali tidak membantu. Ia malah jadi semakin mual.

Look at Me TooWhere stories live. Discover now