CHAPTER 8

1.5K 211 7
                                    

Hello there~
Selamat datang di chapter 8,

Not tryna be greedy, tapi aku juga pengen akunku berkembang yaa... Hehe

Imma bit ashamed to say this, tapi pengen dong dapet 810 followers sebelum up chapter selanjutnya... Hehe

I see ya soon




"Siapa Moon Taera?"

Jungha jelas terdengar tak suka kala menanyakan hal itu pada Sora. Ketenangannya terusik kala melihat bagaimana sang kekasih tampak begitu dekat dengan wanita bermata bening sehijau zamrud itu. Hatinya seperti dipanggang di dabwah terik matahari musim panas kala menyadari bagaimana Jimin tersenyum menatap wanita yang baru saja dipeluknya.

Untuk saat ini, Jungha bahkan sangat ingin mendekat dan menjauhkan prianya dari ancaman terbesar. Memasang badan di hadapan si mata hijau dan terang-terangan mengungkap kalau Jimin adalah miliknya.

Sungguh! Memangnya siapa wanita ini? Kenapa Jimin begitu bahagia kala menjumpainya?

"Sahabat lama mereka saat di sekolah," ujar Sora hati-hati.

"Mereka bertiga sangat dekat dulu. Moon Taera lalu melanjutkan studi di luar negeri. Sepertinya ini pertemuan pertama mereka setelah sekian lama."

Sora memilih untuk menjelaskan begitu hati-hati. Tak mau salah ucap dan membuat suasana hati Jungha makin memburuk.

Dilihat dari reaksi Jungha, sepertinya Jimin tak pernah membahas apapun mengenai sahabat lamanya itu. Toh Sora sangat tahu, tidak semua hal bisa diceritakan begitu saja meski sudah menjalin hubungan bertahun. Tidak semua masa lalu bisa dibagikan.

"Ayo ke sana, tidak baik kalau kita hanya berdiri di sini."

Dengan sekelumit kekacauan di kepala, Sora mencoba memantapkan langkah. Membuat semua seolah baik-baik saja, dan malah terlihat menenangkan Jungha. Well, mungkin Jungha akan sedikit membantu.

Jimin jelas terlihat antusias saat memperenalkan Taera pada kekasihnya, dan Jungha jelas bekerja keras menahan emosi dalam gurat wajahnya. Jungha bukannya terlalu pencemburu, itu kekanakan. Hanya saja, melihat kekasihmu begitu bahagia saat bertemu wanita lain akan membawa ancaman tersendiri di dalam kepala. Sungguh!

Memang sih, wanita ini terlihat begitu cantik, cantik sekali malah. Mendengar caranya berbicara saja sudah menunjukkan kalau gadis ini berasal dari kalangan bangsawan. Anggun dan menyiratkan kemewahan. Tapi entah mengapa, Jungha bisa merasakan setitik niat lain kedua mata hijaunya.

Kakek Kim meninggalkan kelima anak muda itu setelah waktu menunjuk angka sembilan. Pamit mendahului karena ia yakin jika mereka akan lebih bebas mengutarakan kerinduan tanpanya. Sekaligus bernostalgia setelah lebih dari sepuluh tahun tak bersua.

"Jadi, kau akan tinggal?" tanya Jimin. Kawan lamanya ini baru saja mengatakan jika ia diterima di salah satu rumah sakit terbesar di Korea. Setelah selesai menempuh studi dan mendapat gelas spesialis, Taera akhirnya memutuskan untuk pulang. Dan bagi Jimin, hal ini tentu sangat membahagiakan.

"Kurasa untuk enam bulan sampai setahun ini aku akan tinggal." Ucapnya sembari memainkan gelas wine-nya. "Kau tahu sendiri, Jim. Tidak ada lagi alasan untuk tinggal."

Taera bersungguh-sungguh saat mengatakannya. Keluarganya di Korea sudah tak bersisa sejak kematian sang ayah sepuluh tahun lalu. Si gadis Moon memilih untuk menetap di Amerika bersama keluarga sang mama.

"Kenapa tidak tinggal lebih lama? Ada kami di sini, Taera-ya."

Ucapan Jimin barusan sepertinya membuat wanita di sebelahnya tak tahan. Ingin sekali membalas dengan sesuatu yang sama menyakitkan, tapi tak bisa melakukan apa-apa untuk sekarang.

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang