Kanna- Melakukan yang terbaik

1.1K 86 4
                                    

Pukul 10.00 pagi di hari selasa adalah waktu tersibuk untuk orang-orang yang bekerja. Hari selasa adalah kembarannya hari senin dimana hari tersebut adalah hari yang paling dekat dengan weekend dan kalian pasti tahu apa artinya, aktivitas padat dengan segala keruwetannya harus dilakoni. Tapi tidak untukku yang saat ini tengah selonjoran di depan televisi dengan semangkuk indomie telor dengan kuah super pedas. Tayangan di televisi tak ku hiraukan lagi tat kala pedas dan panasnya kuah mie masuk ke dalam mulut. Syadap! Beberapa kali aku membersit ingus, meler karena kepedasan. Bukan hanya ingus yang keluar, air mata juga. Telingaku sudah berdenging saking pedasnya mie tersebut, tapi aku pantang menyisakannya karena suapan terakhir adalah yang ternikmat.

Sluurrpp. Aku menyeruput kuahnya langsung dari mangkuknya. Akh nikmatnya.

Tanpa membawa mangkuk bekas makan tadi, aku langsung berlari menuju dapur untuk mengambil minum karena tak kuat lagi menahan pedas di dalam rongga mulut. Aku langsung membuka kulkas mencari apapun yang bisa menghilangkan rasa pedas ini karena air putih tak bisa meredakannya sama sekali.

"Kenapa dia Bi?" Tanya Mama pada Bik Sumi yang sedang mencuci piring.

"Si Neng masak mie, rawit nya banyak banget," Ujar Bik Sumi lalu membereskan belanjaan yang Mama bawa dari pasar.

"Terus aja sampe lambung sama usus kamu rusak!" 

Aku tak menimpali omongan Mama karena mulutku masih kepedasan, segelas jus mangga dingin sudah tandas melewati kerongkongan, tapi aku semakin kepedasan.

"Minum ini!" Mama mengasongkan segelas air hangat. Aku menggeleng yang dibalas pelotototan oleh beliau.

Akh! Aku menjerit saat air hangat itu masuk ke mulutku. Kepala pening dan juga keringat dingin mengucur disekitar dahi saat panasnya air menyentuh panas mulutku. Gila! Reaksi yang dialami sepadan dengan hasil yang diberikan. Sedikit demi sedikit pedasnya hilang. Hah. Aku mengelap sudut mata lalu membersit hidung sekali lagi. Lega sudah.

"Ann!" Cegah Mama saat akan mengambil mangkuk bekas makan yang aku tinggalkan di depan Tv.

Aku mengerutkan kening saat Mama melototiku dari bawah sampai atas. "Apa sih Ma?!" tanyaku risih.

"Lihat penampilan kamu, Ann! Pake baju itu yang sopan dikit atuh! Daster sobek-sobek masih dipake! Masih bagusan dasternya Bik Sumi" Geram Mama.

"Orang cuman dirumah," Balasku santai. Aneh biasanya juga Mama fine-fine saja dengan apapun yang aku pakai, kecuali jika aku memakainya di luar rumah baru beliau boleh marah. Daster sepaha dengan motif bunga-bunga yang harus aku akui sebenarnya sudah mulai lusuh dengan robek di bagian pundak serta dua kancing dibagian dadanya hilang. Menurutku tak ada yang salah selama aku nyaman memakainya.

"Masalahnya di rumah ada orang lain Kanna Thalia dan itu adalah calon suami kamu!" Bersamaan dengan perkataan Mama, Bik Tiur datang. "Neng, Si Aa' nya mau dibikinin minum apa?" Aku speechless mendengar penuturan kedua orang tersebut. Jika mereka benar, matilah aku sekarang juga. Memalukan! Bukan karena aku ingin selalu tampil cantik di depan pria itu tapi ini menyangkut harkat dan martabatku, oke itu terlalu berlebihan. Ini hanya terlalu memalukan, mau ditaruh dimana mukaku jika berhadapan dengannya nanti. Penampilanku benar-benar acak-acakan, rambut lusuh yang ku ikat asal-asalan karena belum keramas tiga hari serta muka berminyak akibat belum mencuci muka dari bangun tidur karena aku sedang tidak shalat. Membuatku terlihat berantakan dari yang bekerja di rumah, bahkan Bik Sumi dan Bik Tiur saja rapi.

"Serius?" Aku berjalan menuju dinding pemisah antara ruang makan dan ruang keluarga. Dia ada disana duduk di sofa yang tadi aku duduki tengah memainkan handphonenya. Matilah aku!

"Sana pergi ke kamar kamu terus mandi gimana sih ini anak gadis! Kasih jus mangga aja Bik."

"Dikirain Bibik udah dibikinin minum sama Neng Kanna." Bik Tiur membuka kulkas lalu menuangkan jus mangga yang tinggal setengahnya pada gelas.

My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang