Kanna - Bagian tak berjudul

2.6K 204 3
                                    

Hari ini tepat minggu ke tiga aku berada di Bandung, dan itu berarti minggu depan aku sudah kembali ke London, kembali pada rutinitasku, work work and work.

Seharusnya hari ini aku libur karena hari ini adalah hari sabtu, tapi karena aku ingin pekerjaan yang ku tangani cepat selesai jadi aku mengorbankan hari liburku untuk bekerja dan itu sempat membuat mama protes keras.

Aku memarkirkan mobil di parkiran khusus direksi, toh ini hari libur jadi tak akan mungkin ada petinggi perusahaan yang akan datang jadi tak akan masalah jika aku parkir disini. Keadaan begitu sepi saat aku memasuki loby kantor, pantas saja ini hari libur.

Bodoh!

Aku memasuki lift lalu menekan angka menuju ruanganku, penampilanku terpantul di kapsul besi itu, blous berwarna pastel dengan motif bunga dengan tangan tiga perempat dipadukan dengan rok berbentuk payung berwarna coklat diatas lutut tak lupa flat shoes menjadi pilihanku untuk bekerja hari ini, simpel tapi tetap rapi dan sopan.

Aroma lavender menguar lembut ketika aku memasuki ruangan.

Mengapa kali ini aromanya berbeda. Pikirku karena seingatku ruanganku selalu beraroma lemon.

Aku meletakan tas di meja kerja dan langsung mengeluarkan laptop siap untuk bekerja.

Tik

Tok

Tik

Tok

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang dan waktunya untuk mengisi perut, aku melepaskan kacamata dan memijit pangkal hidungku karena sudah empat jam berada di depan laptop.

Aku meregangkan tubuhku yang sedikit kaku lalu mengecek handphone takut ada yang menelpon karena aku selalu me-silent handphone jika sedang bekerja. Dan benar dugaanku, dua panggilan tak terjawab dan itu dari Dion, sahabatku. Aku mengerutkan dahi lalu menelponnya balik karena penasaran ada apa dia menelponku.

Apakah dia sudah tahu?

Tut tut tut.

"Ada apa?" Todongku saat panggilan sudah tersambung.

"Tak bisakah lo basa-basi terlebih dahulu tak langsung main todong seperti itu, terkadang gue nggak suka dengan sifat to the point lo itu" keluh Dion yang membuatku tersenyum.

"Lo tahu itu bukan gaya gue. Jadi cepat katakan ada apa?"

"Keep calm girl, bagaimana kabar lo dan keluarga? Nggak adakah kabar baik yang akan lo berikan ke gue?" Aku mendengus jengkel karena rasa penasaranku semakin tinggi.

"Good. Minggu depan gue balik ke London" jawabku malas.

"Bukan itu maksud gue, bodoh! Maksud gue kapan lo menikah dan beranak pinang?"

Hah. Aku menghela nafas kasar tak suka dengan arah pembicaraan ini.

"Jangan panggil gue bodoh karena lo nggak lebih pintar dari gue! Jika Allah sudah berkehandak mungkin" jawabku datar dan aku dengan jelas mendengar Dion mendesah jengkel.

"Umur lo tak kurang dari dua bulan lagi dua puluh sembilan tahun Ann, dan ini sudah empat tahun sejak meninggalnya Revan. Nggak adakah rasa iri di hati lo melihat gue sebentar lagi akan punya anak?"

"Jika lo menelpon hanya untuk membahas ini, gue tutup!" Aku tidak suka jika orang lain mencampuri urusan pribadiku, walaupun itu sahabatku sendiri.

"Ann, gue hanya khawatir"

"Ya gue tahu, semua orang khawatir karena sampe sekarang gue belum menikah. Gue nggak butuh dikasihani, gue nyaman dengan keadaan gue sekarang, banyak wanita diatas umur tiga puluh tahun belum menikah dan mereka biasa saja, jadi apa masalahnya?! Gue capek selalu dipojokkan tentang masalah pernikahan, jadi tolong mengerti gue, Yon" aku mengusap kasar air mata yang secara tak sadar sudah mengalir di sudut mataku.

My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang