Rolando - Kegilaan yang pertama

4.5K 270 30
                                    

Ayo kita berteman

Aku terkekeh, tak percaya dengan diriku sendiri atas kejadian kemarin. Sebuah tawaran pertemanan terlontar begitu saja dari mulutku, entah untuk tujuan apa, tapi satu hal yang pasti aku tak ingin dia terlihat antipati lagi terhadapku.

"Oh brother, apa semalam kau mendapat service yang begitu memuaskan sampai tersenyum menjijikan seperti itu?" Aku mendengus karena perkataan Edward.

"Kau lupa Ed, bukan Varo yang dipuaskan tapi mereka yang terpuaskan" seketika tawa Calvin dan Edward pecah membuat para pelanggan melirik ke arah kami, walau dari tadi kami memang sudah jadi pusat perhatian. Kalian tak percaya? Itu memang kenyataan.

Saat ini kami sedang makan siang di rumah makan sunda yang letaknya tak jauh dari kompleks perkantoran Edward. Awalnya aku keberatan dengan ajakan mereka karena tadinya aku berencana mengajak Kanna makan siang bersama, tapi apa boleh buat saat mereka menyeretku dan mengatakan bahwa kami sudah lama tak makan siang bertiga, dan itu memang benar, biasanya aku hanya makan berdua dengan Edward karena Calvin yang tinggal di London.

"Shut up and close your mouth!" kataku kesal. Bukannya mereda, tawa mereka semakin kencang tak peduli dengan sekitar.

"Tapi sepertinya bukan. Karena setahuku sudah sebulan ini dia tak pernah menggandeng wanita ke kamar hotel. Tapi besar kemungkinan jika dia melakukannya di belakangku. Benar tidak Var?" Edward menaik-turunkan alisnya jahil.

"Aku tak percaya jika dia tahan tak menyentuh wanita selama sebulan. Aku yakin dia melakukannya dibelakangmu Ed" sambut Calvin semangat.

"Shit! Aku memang sudah tak mengencani wanita manapun selama sebulan ini. Dan itu sedikit banyak membuatku frustasi!" Jujurku karena tak ada untungnya berbohong pada mereka, kelakuanku yang satu itu sudah jadi rahasia umum diantara kami bertiga.

"Poor Varo! Gertakan tante Hyuna sepertinya berhasil" ejek Ed.

"Bukan karena mami. Tapi entahlah tak ada yang berhasil menarik minatku selama sebulan ini"

Ooh. Koar mereka berdua serempak.

"Are you gay, Var?" Tanpa berpikir dua kali aku langsung melempar sendok ke arah Calvin yang dengan lihai berhasil menghindar.

Sepertinya Calvin sudah berhasil mengatasi masalahnya, dia terlihat lebih baik dari dua hari yang lalu. Dia tak mengatakan apa-apa, aku dan Ed pun sepakat tak akan memaksanya untuk bercerita ataupun menyinggung malam itu, karena jika sudah siap dia akan bercerita dengan sendirinya.

"Tak perlu pembuktian seberapa normalnya aku. Jika aku tak normal wanita-wanita itu tak akan menjerit terpuaskan olehku" ucapku jumawa. Dan langsung dibalas dengusan sebal oleh Calvin bahkan Ed berpura-pura seperti orang ingin muntah.

Pelayan datang mengintrupsi kelakuan konyol Ed. Membuat si empunya langsung dalam mode so cool. Ed tebar pesona selama pelayan wanita itu menghidangkan makanan yang kami pesan.

"Terimakasih" Ed tersenyum manis yang dibalas senyum malu-malu oleh pelayan wanita tersebut.

Dasar!

"Sikapmu menjijikkan Ed!" Ujarku sarkatis setelah pelayan itu pergi.

"Senyum itu ibadah Var" balas Ed.

Aku dan Calvin menghiraukan ucapan Ed, mulai mengambil lauk pauk ke atas piring kami.

"Kanna dengan siapa itu?" Perkataan Ed membuat tanganku melayang di udara yang sedang memegang sendok.

"Kanna!" panggil Ed sambil melambaikan tangannya. Aku menoleh saat Kanna sudah berada disamping meja kami.

Shit!

My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang