Rolando- Kanna Thalia

2.7K 206 4
                                    

Kanna Thalia.

Satu nama yang selalu bisa membuatku emosi entah itu karena sikapnya atau bahkan kata-kata tajamnya. Aku yang selalu bisa mengendalikan diri dalam situasi apapun, tak pernah bisa jika sedang bersamanya entah karena apa.

Kesan buruk yang kuberikan saat pertemuan pertama kami membuatnya selalu antipati terhadapku, bahkan saat pertemuan ketiga kami di kantor Edward dengan jelas dia menganganggapku seolah tak ada, bahkan saat dia sangat membutuhkan pertolonganku pun dia berusaha menolaknya, aku mengasumsikan dia sepertinya lebih baik kesakitan daripada menerima uluran tanganku. Biasanya aku akan bersikap tak peduli dengan keadaan sentimentil seperti itu tapi entah mengapa aura permusuhan yang dia tunjukkan selalu berhasil mengusik pikiranku, dan aku benci akan hal itu.

Aku ingat saat itu jadwal mami pulang dari rumah sakit, dan kami sekeluarga sepakat untuk merayakannya di restaurant sunda favorit mami. Dan sepertinya akhir-akhir ini takdir senang sekali memperainkanku, buktinya saat ini aku melihatnya kembali.

Kanna Thalia, wanita super jutek dan memiliki harga diri yang tinggi tengah dirangkul oleh seorang dokter, dan aku tahu siapa dokter itu, dia Reynold Shidarta Nasution, mungkin kalian penasaran mengapa aku mengenalnya, karena dia adalah dokter yang merawat Rilley dulu.

Mereka terlihat sangat dekat, bahkan Reynold tak segan-segan mencium pipi Kanna di depan umum yang memang sejak tadi tertuju pada mereka berdua dan sepertinya wanita itu juga menikmatinya terbukti tak ada penolakan darinya walaupun pada akhirnya dia menendang tulang kering Reynold juga.

"Bukankah itu perempuan yang menolong mami?" Pertanyaan mami mengalihkan pandanganku dari pasangan yang sedang jadi pusat perhatian itu.

"Ya!" Jawaban sinis Rilley membuatku mengerutkan dahi.

Adaapa dengannya?

"Siapa namanya? Mami lupa berkenalan dengannya waktu itu?"

"Ya ampun, papi juga lupa menanyakan namanya" ujar papi menyesal seakan itu sangat berarti, ya walaupun benar karena dia yang sudah menolong mami, pelita kami.

"Namanya Kanna Thalia"

"Ooh. Eh bagaimana kamu tahu Var?"

"Kami berkenalan saat bertemu di kantor Edward" jelasku. Walaupun ada sedikit kebohongan yang ku sembunyikan tapi biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu.

"Dia bekerja di perusahaan Edward?" Tanya papi.

"Ya. Dia karyawan utusan dari perusahaan pusat"

"London?" Tanya mami antusias, aku mengangguk sebagai jawaban.

"Sepertinya kau tau banyak tentangnya!" Ujar Rilley sinis.

Mami dan papi memandangku penuh ingin tahu setelah mendengar perkatan Rilley, dan aku sedikit gelagapan mencari jawaban yang tepat.

"Tidak juga. Aku tahu saat Edward memperkenalkannya" jawabku setelah berhasil menguasai diri.

"Benarkah?" Mata mami mengerling jahil padaku.

"Tentu saja"

Dugaanku benar mami memanggil Kanna, membuat langkah wanita itu terhenti lalu menoleh kearah kami tapi dia hanya diam tak bereaksi apapun.

Kami menghampirinya dan lagi-lagi dia hanya diam, baru setelah mami menegurnya, dia bereaksi. Aku melihat penampilannya, dia hanya memakai hot pants dengan kaus kebesaran plus sendal jepit usang dan tas yang menyampir di bahu kirinya, berbeda sekali dengan waktu itu saat dia menolong mami dan pertemuan kami di kantor Edward, begitu fashionable dan trendy terlihat sekali bahwa dia sosialita serta wanita dengan karir cemerlang. Tapi dengan penampilannya yang amat sangat biasa dengan wajah yang tanpa make up satu polespun, dia terlihat lebih muda dari usianya dan lebih free.

Aku tak melepaskan tatapanku darinya saat Reynold semakin menempelkan tubuhnya pada Kanna saat dia menghalangi jalan.

Apakah mereka berpacaran?

Kata-kata itu terus terngiang di kepala membuatku semakin mentapnya tajam, dan sepertinya itu mempengaruhinya, dia sedikit canggung, ya hanya sedikit pengaruh auraku terhadapnya. Dan aku benci itu.

Akhirnya kami makan bersama dan dia satu mobil denganku, aku tahu dia keberatan tapi aku tak peduli, ada kesenangan tersendiri saat berargumen dengannya, karena dia wanita pertama yang antipati terhadapku.

Moodku kembali terjun bebas saat kami masuk kedalam restaurant dan dia langsung menarik kursi disamping Reynold, seolah dia tak bisa berjauhan dengan pria itu.

Shit!!

Aku makan dengan aura kelam menyelimuti hatiku, dan sepertinya mami tahu akan hal itu, terbukti saat mami selalu melirikku tapi kuabaikan.

Kanna pulang kembali bersamaku, awalnya dia menolak, tapi saat melihatku yang sepertinya saat itu tak mau dibantah, akhirnya dia bersedia dan itu sedikit meredakan emosiku.

Dan sepertinya wanita itu tahu bagaimana menjungkirbalikkan moodku, dia memintaku untuk mengantarkannya ke rumah sakit karena mobilnya berada disana.

Alasan!!

Emosiku langsung naik ke level tertinggi karena perkataanya, katakan saja jika dia ingin bertemu kembali dengan dokter sialan itu. Dan aku sangat benci saat dia bersikap formal padaku.

Aku membentaknya dan dia terlihat sedikit terkejut, tapi itu hanya sebentar, kali ini dia menantangku dan aku yang sedang emosi langsung terpancing, aku mengendarai mobil bagai orang kesurupan dan tak sadar jika sudah masuk jalur tol.

Setelah emosiku sedikit reda, aku bertanya dimana alamat rumahnya karena aku tak sudi mengantarnya untuk bertemu dengan Reynold. Dia menjawab dengan dingin tanpa menatapku, lagi-lagi sikapnya mengusikku dan aku tahu aku sudah keterlaluan tanpa alasan yang jelas membentaknya.

Aku meminta maaf saat dia akan keluar dari mobil, tapi balasannya yang sinis membuatku tersadar atas kelakuan bodohku.

Ya benar

Kami saling mengenal bukan karena kami memang ingin saling mengenal

Dan pertemuan pertama kamipun tidak berawal baik

Jadi untuk apa aku bersikap lunak padanya?

Tapi mengapa aku selalu terusik karenanya?

Mengapa aku seperti bukan diriku sendiri jika berurusan dengannya?

Mengapa aku selalu hilang kendali diri jika lagi dan lagi berurusan dengannya?

Aku tak pergi walau Kanna sudah menghilang di balik pagar. Aku termenung, mengapa aku kacau sekali hari ini dan itu karena wanita bernama Kanna Thalia.

Baiklah ini terakhir kalinya aku seperti ini, tak akan lagi. Dia tak akan pernah bisa lagi mengusikku. Aku akan menjadi aku yang dulu, Rolando yang tak pernah terusik oleh apapun dan siapapun.

....................................................

Aku sebelumnya minta maaf mungkin membuat kalian kecewa karena part ini begitu sedikit, aku memang sengaja melakukannya (haha), part ini memang ku rencanakan untuk sudut pandang Rolando saja.

Bye semoga kalian menikmatinya.

Rull(iam).

My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang