Kanna-pertama dan terakhir

3.8K 231 6
                                    

"Assalamualaikum" ucapku saat memasuki rumah, walau aku tahu tak akan ada yang menjawab karena ini sudah pukul satu malam. Rumah dalam keadaan gelap menandakan jika semua penghuninya sedang berkelana di alam mimpi.

Aku berjalan menuju kamar dalam keadaan rumah gelap tanpa mau repot menyalakan lampu. Setelah sampai di kamar,  aku menekan saklar lampu lalu duduk diatas ranjang untuk membuka high heels yang membuat kakiku lecet dan pegal-pegal. Aku tahu seharusnya dengan jenis pekerjaan yang ku lakoni tak seharusnya aku bekerja menggunakan high heels, tapi bagaimana lagi aku sadar akan postur tubuhku yang pendek jadi mau tidak mau aku harus menutupi kekurangan tubuhku ini, mungkin orang lain tak peduli tetapi aku sangat peduli, aku adalah wanita pecinta fashion dan kesempurnaan, walau hanya bertahan di jam kerja.

Aku merebahkan diri diatas ranjang sambil memejamkan mata, tak peduli dengan tubuh lengket keringat yang ku inginkan sekarang adalah mengistirahatkan tubuh. Ahh.. nyaman sekali rasanya bisa meregangkan otot-ototku yang tegang akibat seharian berada dilapangan ditambah laporan yang harus dilaporkan besok pagi membuat tulangku rasanya remuk semua, plus ada sedikit insiden tadi siang yang menguras lebih banyak tenaga.

Ceklek. Seseorang membuka pintu dan aku tahu siapa pelakunya, siapa lagi jika bukan mama. Mama tak akan pernah tidur dengan tenang jika anak-anaknya belum sampai dirumah dengan selamat, sering mama terkena anemia karena kurang tidur dan itu tak lain gara-gara menunggu anak-anaknya yang gila kerja pulang. Ini juga lah alasanku memilih jauh dari rumah, aku tak mau selalu membuat mama khawatir dengan ritme kerjaku yang menggila walaupun aku tahu dimanapun aku berada mama akan selalu mengkhawatirkan anak-anaknya.

"Lembur lagi, Ann?"

"Hhmm" gumamku tanpa membuka mata, kurasakan sisi kasur bergerak menandakan mama duduk disampingku.

"Memang banyak banget pekerjaan di kantor?" Mama mengelus rambutku dan itu membuat rasa kantuk sedikit demi sedikit menyerang.

"Engga terlalu sih, hanya tadi aku menolong seorang ibu yang kecelakaan, jadi akhirnya pekerjaanku terbengkalai sementara laporannya harus selesai besok, jadi dengan terpaksa aku lembur lagi." Dengan berat aku membuka mata karena jika tidak, akan dipastikan aku akan tidur dengan usapan tangan mama.

"Terus bagaimana keadaan ibu itu sekarang?" Aku bangun lalu duduk dengan menyilangkan kedua kaki.

"Keadaannya sih tidak terlalu parah, hanya mendapat tujuh jahitan di kepala tapi tadi harus tambah darah soalnya tekanan darahnya drop dan juga tadi dirumah sakit persediaan golongan darah o tak ada."

"Terus bagaimana?" Tanya mama serius.

"Aku yang jadi pendonor"

"Ya ampun Ann, kamu lembur setelah jadi pendonor, kamu gila?! Kamu pikir kamu robot?! Tubuhmu ada batasnya Ann!" Aku meringis mendapat semprotan dari mama, tadi sehabis mendonorkan darah tubuhku memang lemas dan kepalaku pusing tapi aku paksakan untuk kembali ke kantor menyelesaikan laporan yang tertunda, aku mempunyai prinsip untuk selalu profesional dalam bekerja.

"Aku baik-baik saja ma" ucapku menenangkan mama.

"Memang tak ada keluarganya yang mau mendonorkan darah untuk ibu itu? Sampai harus kamu?!" Tanya mama sewot.

"Tak ada ma, sewaktu ibu itu membutuhkan donor darah keluarganya masih dalam perjalanan menuju rumah sakit" jelasku.

"Hahh! Ya sudahlah tak apa, yang penting kamu baik-baik saja" desah mama sedikit frustasi.

"Kamu sudah makan?"

"Sudah"

"Kapan?" Tanya mama penuh selidik.

My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang