Semuanya baik-baik saja

1.8K 46 0
                                    

" Aku tak ingin seseorang memohon maaf padaku, aku tak perlu membuat mereka merasa buruk di hadapanku "

***

Di waktu-waktu tertentu terkadang aku kembali mencemaskan keadaanku dengan kak Kyra, kami belum bicara lagi setelah pertikaian kemarin. Setiap detik aku menunggunya datang, bahkan jika hanya sekedar pesan dengan satu kata yang bisa dia kirimkan padaku, aku akan sangat berterima kasih.

Kelihatannya kak Kyra masih belum menenangkan dirinya, aku sungguh menyesali semua yang terjadi padanya. Aku harus mencari jalan lain, agar hubungan kami bisa kembali membaik, aku tak bisa tetap seperti ini, hanya kak Kyra keluarga yang kumiliki saat ini.

Aku dan Kin pergi mengunjungi beberapa tempat di sekitaran Bandung, pertama kami datang bermain dengan rusa-rusa di halaman yang terbuka.

"Fotoin cepet fotoin! keburu rusanya buang muka lagi!" serunya dengan sikap hebohnya.

Selesai dari sana kami pergi menuju sebuah kafe bertema gua yang cukup menarik, suasananya cukup tenang.

"Masih kepikiran sama kak Ara?" tanya Kin.

Aku menatap matanya langsung dan mengangguk menjawab pertanyaan Kin.

"Lu mau gua ikut campur?" tanyanya dengan segan.

"Gak perlu, aku yakin kak Kyra cuma butuh waktu. Gimanapun juga kita ini saudara kandung, bisa jadi dia cuma khawatir" ucapku.

"Bener sih, semoga aja. Kalo gitu lu gak usah terlalu khawatir, lagian gua juga bakal nemenin lu" ungkapnya.

"Makasih" balasku dengan senyum tulus.

"Eh, kak Ray katanya mau ke sini besok" beber Kin.

"Kalo gitu sekalian aja ajak Jennie sama Nala, biar makin seru" tambahku.

"Bener, yaudah deh gua kabarin mereka" sahut Kin menyanggupi.

"Tante Dyana masih di luar kota?" tanyaku.

"Iya, 3 hari lagi baru pulang" jawabnya.

Sangat di sayangkan karena tante Dyana tak bisa bergabung dengan kami, padahal ada banyak yang ingin aku lakukan bersama beliau, sekaligus aku ingin menebus perasaan bersalahku karena kejadian tak mengenakan yang menimpanya kemarin.

Esok paginya aku dan Kin di temani oleh Bibi Jiah belanja bahan-bahan dapur, mulai dari keperluan membuat kue, sayur mayur dan daging serta bumbu-bumbu dapur lainnya. Bibi Jiah sangat ahli dalam urusan tawar-menawar sehingga kami bisa menghemat lebih banyak uang. Begitu menyenangkannya sehingga tanpa sadar kami telah membawa banyak kantong belanjaaan.

Mengingat akan ada banyak orang yang datang, aku memutuskan untuk membuat nasi liwet dengan tambahan pepes tahu, ayam goreng, tempe, tumis kangkung dan pesmol ikan nila. Setelah selesai memasak makanan utama, aku melanjutkan dengan membuat sweet lemon tart untuk makanan penutup.

Kin banyak membantuku di dapur, mulai dari menyiapkan bahan sampai mencuci semua peralatan dapur yang kotor.

Beberapa menit setelah semua makanan siap, Nala beserta kak Ray dan Jennie akhirnya tiba di rumahku. Aku dan Kin menyambut ketiganya dengan makan siang yang telah kami siapkan. Aku senang karena mereka semua menyantap makanan tersebut dengan lahap, sepertinya sudah cukup lama aku tak merasa sesenang ini.

"Gue gak nyangka lo bisa masak seenak ini" ucap Nala.

"Iya, aku juga pertama kali ngerasain masakan kamu, enak banget" sambung kak Ray.

"Kamu berbakat deh kayaknya Kay, gak semua bisa masak seenak ini" tambah Jennie.

Aku tersenyum lebar mendengar ucapan ketiganya, syukurlah karena mereka bisa menerima dan menikmati makanan yang aku masak. Tak habis-habis pujian dari mereka tentang masakanku, berlanjut sampai mereka menyantap tart yang aku buat.

I ( Everything In My Life )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang